KERENDAHAN HATI YANG TIDAK ADA BANDINGNYA

 

Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"  Yohanes 19:5

 

Kristus berdiri—kepala-Nya ditusuk dengan mahkota duri, mengenakan pakaian orang lain, dipaksa untuk memegang buluh sebagai tongkat kerajaan, semua itu dilakukan untuk mengolok-olok-Nya yang katanya adalah raja—seperti yang dinyatakan oleh gubernur Romawi Pilatus kepada orang banyak yang mencemooh, “Lihatlah manusia itu!” Meskipun dia mengucapkannya dengan nada mencemooh, ironisnya perkataannya tepat; di sana berdiri Juruselamat dunia, dibalut dalam kerendahan hati yang tak tertandingi, berhias kasih yang melimpah terhadap dunia.

 

Kita harus banyak belajar dari teladan Kristus. Saat Raja yang rendah hati itu menanggung ejekan dan “pra-hukuman sebelum hukuman mati” berupa pencambukan brutal, Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk membela diri. Dan atas dasar apa mereka menghukum Dia? Karena menyembuhkan seorang perempuan yang bungkuk selama 18 tahun (Lukas 13:10-13)? Karena menghidupkan kembali anak janda di Nain yang telah meninggal (Lukas 7:11-17)? Karena membangkitkan Lazarus dari kubur (Yohanes 11:1-44)? Karena mengajak anak-anak datang dan mendorong murid-murid-Nya untuk memahami bahwa “orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga” (Matius 19:14)? Atas dasar apa para penuduh Kristus merasa ingin menganiaya Dia dengan cara seperti ini? Tidak  ada. Namun, mereka tetap melakukannya.

 

Ketika Tuhan kita yang rendah hati tetap diam dalam berbagai pencobaan yang dialami-Nya, Pilatus tersinggung dan merasa tidak dihargai. Ada ironi yang besar di sini, saat gubernur Romawi berusaha menyaingi Raja alam semesta! Sementara itu, Sang Raja tidak melakukan apa pun untuk menegaskan otoritas-Nya atau menyelamatkan nyawa-Nya sendiri. Dia dengan rendah hati menanggung cobaan yang tidak adil, mengatakan kebenaran ketika ditanya, dan berjalan maju bahkan sampai mati, semuanya demi kita.

 

Saya bertanya pada diri sendiri: Apakah saya benar-benar melihat Pria yang berdiri di hadapan Pilatus, yang berdiri di hadapan orang banyak—yang berdiri di hadapan saya? Ini bukanlah individu yang tidak berdaya yang tidak dapat melakukan apa pun untuk diri-Nya sendiri. Inilah inkarnasi Allah.

 

Apakah saya mengerti mengapa Dia menempuh jalan penghinaan ini? “Oh, kasih yang menggerakkan rencana keselamatan”—kasih dan keselamatan bagi Anda dan saya! Dua ribu tahun yang lalu, ada pemandangan yang menyedihkan di luar istana gubernur, sebagian karena nama kita ada di hadapan Yesus—nama-nama yang Dia ukir di telapak tangan yang akan tertusuk paku (lihat Yesaya 49:16).

 

Semoga kita tidak pernah menjadi seperti orang banyak yang suka membuat keributan, mengejek kerendahan hati Kristus, atau seperti Pilatus, yang mengharapkan Kristus  terkesan pada kita. Sebaliknya, lihatlah Manusia ini dalam segala kerendahan hati-Nya—memegang buluh, bermahkotakan duri, mengenakan jubah orang lain, tergantung di salib —dan lihatlah Dia mengulurkan tangan-Nya kepada Anda. Lihatlah Manusia itu, dan ketahuilah tanpa keraguan bahwa kasih-Nya kepada Anda tidak ada habisnya.

 

Refleksi

Bacalah Yesaya 52:13-53:12 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Imamat 19-20; Ibrani 13

Truth For Life – Alistair Beg