BEBAN YANG DIBERIKAN ALLAH
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Pengkhotbah 3:11
Pada akhirnya, tidak ada ateis sejati. Mereka yang mengaku sebagai ateis sesungguhnya sedang berusaha menolak kenyataan bahwa Allah telah menanamkan suatu kerinduan yang mendalam dalam hati setiap manusia. Di lubuk hati yang paling dalam, mereka tahu bahwa Allah itu ada—dan justru keberadaan Allah itulah yang sering kali menjadi dilema dalam hati dan pikiran mereka.
Allah menciptakan dunia ini dalam keindahan dan kesempurnaan-Nya. Dia juga menciptakan manusia untuk mengenal-Nya, berbicara dengan-Nya, berjalan bersama-Nya di taman Eden, dan menikmati kebersamaan dengan-Nya. Namun, manusia memilih untuk berpaling dari Sang Pencipta. Akibatnya, kesadaran tentang kekekalan yang sudah ditanamkan Allah dalam hati manusia kini justru menjadi beban yang menekan dan menguji kita.
Manusia secara alami berusaha menekan kebenaran tentang keberadaan Allah (Roma 1:18-19), tetapi pengetahuan tentang-Nya tidak bisa dihindari. Kita diciptakan untuk satu tujuan ilahi: mengenal dan menyembah Allah. Selama kita belum menemukan dan menjalani tujuan tersebut, tidak ada apa pun dalam hidup ini yang bisa benar-benar memuaskan hati kita. Tidak ada relasi dengan anak, orang tua, pasangan, atau sahabat yang bisa mengisi kekosongan itu. Tidak ada pengalaman, harta benda, atau pencapaian yang mampu memenuhi kerinduan terdalam kita. Inilah beban yang Allah letakkan dalam diri manusia: kita akan terus merasa tidak puas sampai kita mengenal Dia dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya.
Anda dan saya adalah makhluk yang terikat waktu, namun kita diciptakan untuk kekekalan. Kita diciptakan untuk hidup dalam hadirat Allah. Maka tidak mengherankan bila saat kita berpaling dari-Nya, hidup kita dipenuhi oleh kebingungan dan frustrasi. Ketika kita memilih berjalan dalam kegelapan, kita kehilangan penglihatan rohani. Hari ketika kita mengakui kebenaran ini adalah hari yang luar biasa—hari di mana beban hidup tanpa Allah membawa kita pada satu kesadaran: pasti ada jawaban di luar diri kita. Dan jawabannya memang ada.
Dalam hidup ini, ada begitu banyak hal yang indah, dan kita bebas menikmatinya sesuai dengan rancangan Allah. Namun, tidak satu pun dari hal-hal itu adalah yang paling hakiki. Kita tidak akan benar-benar bebas sampai kita mengakui hal ini—bukan hanya secara intelektual, tetapi juga dalam pengalaman hidup kita. Apakah saat ini ada sesuatu dalam hidup yang sangat Anda kejar karena Anda yakin itu akan membuat Anda benar-benar bahagia? Adakah sesuatu yang, jika hilang, Anda merasa hidup Anda hampa dan tidak berarti?
Berhati-hatilah agar sesuatu yang baik tidak mengambil tempat Allah dalam hidup Anda. Letakkan harapan Anda yang paling dalam bukan pada hal-hal yang fana, tetapi pada satu-satunya Pribadi yang cukup kuat untuk menanggungnya: Dia yang Kekal.
Refleksi
Bacalah Matius 6:25-34 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 23 – 24 ; Wahyu 2
Truth For Life – Alistair Beg