Baca: Amos 7:1-9
Lalu berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Apakah yang kaulihat, Amos?" Jawabku: "Tali sipat!" Berfirmanlah Tuhan: "Sesungguhnya, Aku akan menaruh tali sipat di tengah-tengah umat- Ku Israel; Aku tidak akan memaafkannya lagi.” (Amos 7:8)


Bacaan Alkitab Setahun: 
Mazmur 120-131



Sebuah rumah dibangun dengan berbagai material seperti batu, batu bata, pasir, semen, besi dan sebagainya. Selain itu dibutuhkan juga berbagai alat, seperti cangkul, sekop, pahat, gergaji dan lain-lain. Akan tetapi ada satu alat kecil yang digunakan untuk menetapkan apakah tembok yang dibangun tegak lurus atau tidak. Alat ini disebut tali sipat, benang yang diberi pemberat untuk mengukur lurus atau tidaknya sesuatu. Tanpa tali sipat, pekerjaan konstruksi bangunan rumah niscaya menjadi lebih sulit. 

Di dalam nas ini, ada tiga aktor penting. Pertama, Amos. Setelah mendapat penglihatan dari Allah, Amos tak lagi berani meminta agar Allah memberikan "pengampunan". Kekudusan Allah membuat Amos tak berani berkata-kata lagi. Aktor kedua adalah Israel. Mereka lemah, tetapi keras kepala dan gagal hidup sesuai standar kebenaran Allah. Aktor ketiga adalah Allah sendiri. Walaupun pada akhirnya Allah menjatuhkan hukuman kepada Israel, tetapi kesabaran-Nya tak terbantahkan. Dua kali Ia "menyesal" dan tidak jadi melaksanakan penghukuman-Nya. "Tali sipat" menjadi simbol bahwa Allah menghukum Israel secara adil, berdasarkan standar kebenaran-Nya. 

Allah selalu mengukur umat berdasarkan standar kebenaran-Nya dan bukan tolok ukur lain. Tali sipat Tuhan adalah firman-Nya. Kita yang bengkok sudah “diluruskan” oleh anugerah keselamatan melalui kematian Yesus di kayu salib. Tetapi anugerah keselamatan Tuhan bukanlah surat pas yang membolehkan kita melenceng dari firman-Nya. Anugerah itu memberdayakan kita melalui kuasa Roh Kudus untuk bisa menepati standar kebenaran Allah.

 

TALI SIPAT ORANG KRISTEN ADALAH FIRMAN TUHAN