KUNCI UNTUK ANDA MENJADI BERGUNA

Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. 1 Korintus 1:26

 

Film seri komedi Inggris Dad’s Army menceritakan sekelompok orang berbeda latar belakang berkumpul karena mereka tidak dapat ikut wajib militer Perang Dunia II, karena faktor usia dan faktor lainnya. Kelompok orang yang tidak biasa ini bersiap untuk mengusir invasi Jerman dengan bersenjatakan beberapa senapan tua, sapu dan barang-barang lainnya. Entah bagaimana, mereka merasa percaya diri dengan peralatan seadanya itu mereka bisa mengusir tentara musuh.

 

Seperti karakter-karakter dalam Dad’s Army, orang-orang percaya di Korintus, Smirna, dan Filadelfia tampak seperti kelompok yang tidak menjanjikan. Orang Kristen mula-mula ini dikenal oleh orang-orang di sekitar mereka karena kemiskinan, kelemahan, penderitaan mereka di tangan para penguasa (Wahyu 2:9; 3:8).

 

Kita mungkin cenderung berpikir bahwa orang-orang atau tempat-tempat seperti ini memiliki sedikit prospek untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi Allah. Tentu saja, itulah yang dipikirkan jemaat Korintus saat mereka mencari hikmat dan kekuasaan duniawi. Namun, itu terjadi karena kita sering kali menganggap remeh Allah. Dia tidak mencari yang kuat, berkuasa, seolah-olah Dia membutuhkan mereka di pihak-Nya untuk meneruskan tujuan-Nya di dunia. Tidak, yang terjadi justru sebaliknya: Dia mencari yang lemah, sehingga melalui mereka Dia dapat menunjukkan kekuatan-Nya.

 

Seperti di Smirna, Filadelfia, dan Korintus, dan di seluruh dunia, Allah dengan sengaja memilih “apa yang bodoh bagi dunia, … untuk memalukan orang-orang yang berhikmat” dan “apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat” (1 Korintus 1:27). Dan Dia telah memberi kita sebuah pesan yang tampaknya merupakan kebodohan total (ayat 18), sehingga ketika orang-orang dikuasai dan diubahkan olehnya, iman mereka tidak akan bergantung pada argumen-argumen yang persuasif atau kefasihan yang menginspirasi pembicaranya, tetapi pada kuasa Allah sendiri. Kita sering kali berusaha untuk membuat diri kita lebih baik daripada yang sebenarnya, dengan berpikir bahwa jika kita dapat menampilkan sisi baik, orang-orang akan terkesan dan tertarik untuk mendengarkan pesan yang kita sampaikan. Namun, yang harus kita cari lebih dari apa pun adalah agar orang-orang tertarik kepada Kristus dan tidak ada yang meninggikan dan mengagungkan Kristus dibandingkan kesaksian kita bahwa kasih karunia Allah cukup dan “dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Korintus 12:9).

 

Jika Anda sangat menyadari kekurangan, kelemahan, Anda, maka Anda siap untuk bersukacita bersama rasul Paulus, yang menulis, "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (2 Korintus 12:9-10). Pernahkah Anda berpikir bahwa kelemahan pribadi Anda mungkin menjadi kunci bagi kegunaan Anda di tangan Allah? Dia tidak membutuhkan kekuatan Anda, dan Dia dapat bekerja dengan kelemahan Anda.

 

Refleksi

Bacalah Kisah Para Rasul 18:1-11 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

  1. Pola pikir apa yang harus saya ubah?
  2. Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 30–31; Matius 26: 1-25