MEMBERITAKAN KERAJAAN ALLAH
“Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat dan di situ ia berbicara dengan berani. Ia berdebat dan berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.”
— Kisah Para Rasul 19:8

 

Sangat sulit berada bersama Paulus tanpa mendengar dia berbicara tentang satu hal ini: Kerajaan Allah.

 

Setiap kali Paulus tiba di kota baru, seperti kebiasaannya, ia akan pergi ke rumah ibadat orang Yahudi untuk mulai memberitakan tentang Yesus Kristus. Dan tema utama pemberitaannya selalu sama—Kerajaan Allah. Bahkan ketika Paulus dipenjarakan di Roma, ia tetap menyambut setiap orang yang datang menemuinya dan menggunakan kesempatan itu untuk berbicara tentang Kerajaan Allah (Kis. 28:30–31). Dalam hal ini, Paulus sedang mengikuti teladan Tuhan Yesus, yang sejak awal pelayanan-Nya sudah berkata, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (Mrk. 1:15).

 

Tetapi apa sebenarnya yang dimaksud dengan Kerajaan Allah?
 

Bagi orang Yahudi, istilah itu identik dengan harapan akan runtuhnya kekuasaan Romawi, pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem, dan tegaknya keadilan di dunia. Namun Paulus tahu bahwa Kerajaan Allah bukanlah tentang hal-hal itu.  Ia tahu bahwa Kerajaan Allah sudah datang melalui Yesus Kristus.

 

Musuh yang dikalahkan-Nya jauh lebih besar daripada bangsa Romawi—yaitu dosa dan maut. Kemenangan yang Yesus menangkan jauh lebih mulia daripada sekadar kebebasan politik. Akses yang Dia buka menuju Allah jauh lebih besar daripada apa pun yang bisa diberikan oleh Bait Allah. Keadilan yang Dia janjikan jauh lebih sempurna daripada sistem apa pun di dunia ini—dan penggenapan penuhnya akan datang ketika Yesus kembali untuk memulihkan segala sesuatu. Namun, Kerajaan Allah bukan hanya sesuatu yang akan datang nanti; Kerajaan itu sudah hadir saat ini di dalam hidup orang-orang yang telah tunduk kepada Raja itu—Yesus.

 

Paulus sering berbicara tentang Kerajaan Allah kepada orang-orang yang rindu akan keadilan dan kebebasan dari penindasan. Dan ini menjadi peringatan bagi kita juga: jangan sampai kita memberitakan Yesus dengan cara yang membuat orang berpikir bahwa kita (dan Dia) tidak peduli terhadap masalah-masalah dunia—seperti ketidakadilan, kemiskinan, atau penderitaan manusia. Ketika orang memiliki pertanyaan yang nyata tentang penderitaan dunia ini, kita seharusnya punya jawaban yang nyata pula.

 

Tapi jawaban itu tidak bisa datang dari kata-kata rohani yang dangkal atau kalimat klise. Paulus mengajarkan bahwa kita bisa mengatakan dengan jujur: “Ya, saya peduli dengan penindasan. Ya, saya peduli dengan mereka yang tertindas. Ya, saya peduli dengan keadilan. Dan Alkitab berbicara banyak tentang semua hal itu.”

 

Tapi kemudian kita harus menunjukkan bahwa jawaban sejati terhadap penderitaan dunia ini hanya dapat ditemukan dalam Raja kita, Yesus Kristus. Hanya Dia yang bisa mematahkan kuasa dosa, menghancurkan tembok permusuhan, dan membawa perdamaian sejati bagi umat manusia.

 

Maka, pertanyaannya adalah apakah Anda melihat Kerajaan Allah hanya sebagai janji masa depan, atau juga sebagai kuasa yang sedang bekerja sekarang, mengubah hati dan hidup orang-orang yang percaya kepada Yesus? Apakah Anda hidup sebagai warga Kerajaan itu—menundukkan diri kepada Raja, hidup dalam kasih-Nya, dan menjadi saksi bagi dunia yang sedang menantikan keselamatan?

 

Kerajaan Allah bukan sekadar konsep, tetapi kabar baik tentang Raja yang telah datang untuk menebus, memulihkan, dan memerintah dengan kasih serta keadilan. Maukah Anda hidup sebagai warga Kerajaan itu—dan memberitakannya kepada dunia yang haus akan harapan?

 

Refleksi

Bacalah Lukas 6:20-23 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 10–12; Efesus 5:17-33