HARAPAN ORANG-ORANG BENAR

Harapan orang benar akan menjadi sukacita, tetapi harapan orang fasik menjadi sia-sia.

Amsal 10:28

 

Dalam budaya Barat kontemporer, ada anggapan umum bahwa kematian adalah akhir yang mulia—tidak peduli apa yang seseorang percayai atau lakukan selama hidupnya. Pandangan ini menganggap bahwa setelah kematian, semuanya akan disamakan. Namun, Alkitab menyatakan bahwa hal ini tidak benar. Hanya orang benar yang dapat berharap untuk mengalami sukacita yang berlimpah dalam hadirat Allah, seperti yang tertulis dalam Mazmur 16:11: "di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."

Kisah dalam kitab Ester menggambarkan kontras yang jelas antara harapan orang benar dan orang fasik. Haman, yang dipenuhi kemarahan terhadap Mordekhai, mengikuti saran dari istri dan teman-temannya untuk membangun tiang gantungan guna menyingkirkan Mordekhai (Ester 5:14). Namun, keesokan harinya, justru Haman yang diperintahkan oleh raja untuk menghormati Mordekhai secara terbuka. Ketika Haman kembali kepada orang-orang terdekatnya, mereka menyadari bahwa rencananya telah gagal. Mereka berkata, "Jikalau Mordekhai, yang di depanmu engkau mulai jatuh, berasal dari keturunan Yahudi, maka engkau tidak akan sanggup melawan dia, malah engkau pasti akan jatuh di hadapannya" (Ester 6:13). Harapan Haman untuk ditinggikan runtuh, sedangkan maksud Allah bagi umat-Nya justru digenapi.

Sementara itu, Mordekhai mungkin sedang tidur tanpa mengetahui bahwa nyawanya sedang terancam. Bahkan jika dia tahu, dia tetap tidak punya kekuatan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Harapan satu-satunya hanyalah pada pemeliharaan Allah—dan harapan itu cukup untuk memberinya kedamaian. Pada akhirnya, justru Haman yang harus memuliakan Mordekhai, bukan sebaliknya.

Hal ini menggambarkan apa yang akan terjadi kelak ketika Kristus datang kembali. Firman Tuhan mengatakan bahwa pada saat itu, "setiap lutut akan bertelut di dalam nama Yesus, dan setiap lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan"(Filipi 2:10-11). Namun, tidak semua akan melakukannya dengan suka cita—sebagian akan tunduk dengan terpaksa, seperti Haman, sedangkan yang lain akan bersujud dengan penuh kegembiraan.

Dengan kata lain, seperti Haman, "harapan orang fasik akan musnah," tetapi "harapan orang benar tetap untuk selamanya."

Jika Anda telah percaya kepada Kristus dan menerima kebenaran-Nya sebagai milik Anda, maka Anda dapat menyambut Dia bukan hanya sebagai Tuhan, tetapi juga sebagai Juruselamat dan Sahabat. Dengan pengharapan ini, Anda memiliki alasan untuk beristirahat dengan damai—meskipun melalui air mata, rasa sakit, atau penyesalan. Anda dapat menantikan saat di mana Anda akan berada di hadirat Allah untuk selamanya.

 

 

Refleksi

Bacalah Lukas 23:32-43 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 26-27; Wahyu 4

Truth For Life – Alistair Beg