BATASAN DAN MANFAAT PENDERITAAN

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya. 1 Petrus 1:6-7

 

Penderitaan adalah bagian dari hidup yang tidak bisa kita hindari. Bersatu dengan Kristus tidak berarti kita akan bebas dari rasa sakit. Justru, sebagai orang percaya, kita tetap harus menghadapi berbagai pencobaan dan kesedihan. Karena itu, kita perlu melihat penderitaan dari sudut pandang yang sesuai dengan firman Tuhan.

Dalam surat 1 Petrus, rasul Petrus menulis kepada jemaat mula-mula yang sedang menderita karena iman mereka. Mereka dikucilkan, disakiti, dan mengalami berbagai kesusahan. Petrus tidak mengabaikan rasa sakit mereka—dia justru mengakuinya dengan empati. Tapi ia juga mengingatkan mereka (dan kita) untuk tetap bersukacita di tengah penderitaan, karena penderitaan itu hanya berlangsung sementara.

Masalahnya, sering kali penderitaan terasa tidak ada akhirnya. Saat kita mengalami sakit yang terus-menerus atau hubungan yang rusak tak kunjung membaik, rasanya sulit percaya bahwa semua itu hanya “sebentar.” Bahkan, bagi sebagian orang, hidup mereka dipenuhi penderitaan sejak awal sampai akhir. Tapi justru karena itu, Alkitab sering mengarahkan pandangan kita kepada surga—untuk mengingatkan bahwa hidup di dunia ini singkat jika dibandingkan dengan kekekalan.

Rasul Paulus berkata:"Kami tidak tawar hati… penderitaan ringan yang sekarang ini mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang jauh lebih besar."(2 Korintus 4:16-18)

Artinya, penderitaan kita di dunia ini akan digantikan dengan kemuliaan yang tak terbandingkan di surga.Lebih dari itu, saat kita tetap percaya kepada Kristus di tengah penderitaan, itu membuktikan bahwa iman kita asli.
 

Mudah menjadi Kristen saat hidup lancar, musik pujian mengalun, dan semuanya terasa nyaman. Tapi bagaimana saat kita berada di titik terendah? Saat kita hanya bisa berdoa, “Bapa, tolong aku,” sambil menangis dalam kesendirian? Di situlah iman kita diuji dan dimurnikan. Di situlah terlihat bahwa kita sungguh-sungguh percaya kepada-Nya.

Dan kita bisa bersukacita karena apa pun yang kita alami, Allah tidak tinggal diam.
Dia melihat penderitaan kita, Dia mendengar doa kita, Dia peduli pada hati kita, dan Dia bekerja untuk menjaga iman kita tetap kuat, sampai akhirnya kita menerima warisan kekal yang Ia janjikan—suatu kehidupan yang tidak akan binasa, rusak, atau pudar (1 Petrus 1:4-5).

Perjalanan melewati “lembah kekelaman” bisa terasa panjang dan melelahkan, tapi Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Dia akan menyertai kita sampai akhir.

Tuhan juga memakai penderitaan untuk membentuk kita menjadi seperti Kristus. Kita tidak akan pernah menjadi pribadi yang dewasa secara rohani jika hidup kita hanya berisi kenyamanan dan kemudahan. Tapi ketika kita percaya bahwa pencobaan dipakai Allah untuk membentuk dan memurnikan kita, kita akan menemukan pengharapan dan hidup dengan cara yang semakin menyerupai Sang Juruselamat.

Hari ini, apakah Anda merasa terhibur dengan mengingat bahwa suatu hari nanti Anda akan hidup bersama Allah selamanya? Bagaimana pengharapan itu bisa Anda gunakan untuk menguatkan orang lain yang sedang menderita?

 

Refleksi

Bacalah 1 Petrus 1:1-9 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 32–33; 1 Korintus 11:1-16

Truth For Life – Alistair Beg