PANGGILAN UNTUK MENDENGARKAN
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Yakobus 1:19-20
Ayat-ayat ini berisi pernyataan menantang yang membuat banyak dari kita merasa gelisah karena kebenaran yang terkandung di dalamnya. Kita terlalu banyak bicara. Entah itu kita sedang duduk makan bersama teman-teman, atau di kedai kopi sambil membaca berita terbaru, kita seringkali tidak sabar untuk menceritakan apa yang kita tahu atau baru saja kita baca atau baru kita dengar.
Jika kita mendapati diri kita sendiri yang berbicara, bisa dipastikan kita tidak mendengarkan. Meskipun hal ini berlaku dalam hal hubungan antarpribadi, hal ini juga berlaku dengan Alkitab dan teologi. Seorang pendeta abad ke-19 menulis tentang korelasi ini: “Ada beberapa orang yang selalu berbicara … dan dengan berbicara tanpa henti mereka melumpuhkan diri mereka sendiri dari berpikir. Mereka kehilangan kemampuan untuk memahami makna sebenarnya dari segala hal serius yang dikatakan kepada mereka … Dan lebih jauh lagi, kebiasaan ini mencegah mereka untuk mendengarkan firman Allah dan untuk memikirkannya.”
Apa yang paling perlu kita dengarkan adalah “firman kebenaran” (Yakobus 1:18). Kita harus, seperti kata Yakobus, “terimalah” firman ini dan kemudian “menjadi pelaku firman” (ayat 21-22). Di sini dia menekankan bahaya dari bersikap cepat menyatakan kebenaran kepada orang lain sebelum benar-benar memerhatikannya sendiri.
Jika terlalu cepat berbicara membuat kita terlalu lambat untuk mendengarkan Allah dan orang lain, demikian pula halnya dengan cepat marah dalam hati kita. Dan dalam banyak kasus, aliran kata yang cepat merupakan tanda dari sifat pemarah. Orang yang banyak bicara sering kali sangat keras kepala dan menjadi marah ketika orang lain tidak memiliki perasaan yang sama. Panas dan nafsu bukan merupakan ekspresi kesetiaan dan kesalehan justru kebalikannya, dan kekerasan kita mungkin menjadi penyebab tersandung alih-alih membantu.
Kemarahan "tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah" dalam hidup kita. Intensitas, fokus, dan penekanan kita, jika didorong oleh kekesalan atau kemarahan yang mementingkan diri sendiri, tidak akan membuat kita melakukan kehendak Allah. Jika tidak, Yesus tidak akan bertindak seperti yang dicatat Alkitab. Dia lemah lembut, rendah hati, dan persuasif, tetapi Dia bisa “garang” ketika menyucikan Bait Suci — karena itu adalah ekspresi kemarahan-Nya yang benar dan sah, meskipun tidak biasa.
Firman Allah tidak hanya memberi Anda hidup (Yakobus 1:18) tetapi juga mengubah hidup Anda. Rindukanlah untuk menjadi seseorang yang diubahkan: dengarkan firman Allah dengan baik dan dengarkanlah orang-orang di sekitar Anda dengan menjadi lebih lambat berbicara dan lebih lambat marah, sehingga Anda akan bertumbuh dan membantu orang lain bertumbuh dalam kehidupan yang diinginkan Allah.
Refleksi
Bacalah Yakobus 1:17-25 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-raja 12 – 13; Matius 9: 1 – 17
Truth For Life – Alistair Beg