Pembacaan :   Yunus 4:1–11

Bacaan Alkitab Setahun:  2 Samuel 23-24

 

 

Karakter Allah memiliki sifat tidak terbatas. “Allah itu Roh yang tak terhingga, kekal, dan tidak berubah-ubah dalam hakikat-Nya, kuasa-Nya, hikmat-Nya, kekudusan-Nya, keadilan-Nya, kebaikan-Nya, dan kebenaran-Nya.” (Pengakuan Iman Westminster, Katekismus Kecil, Pertanyaan 4). Kitab Suci sering menekankan karakter Allah bahwa Allah itu agung dan baik, kuat, dan penuh kasih.

Dalam kitab Yunus, sifat-sifat ini diperlihatkan. Inti dari kitab ini adalah pembelaan Yunus. “Aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya” (Yunus 4:2). Masalahnya adalah bahwa pengetahuan ini tidak membuat perbedaan. Jika pun ada perbedaan, itu malah membuatnya lebih buruk, setidaknya dari sudut pandang Yunus. Aneh memang, karena Yunus percaya kepada kasih Allah, tetapi dia tidak mau mempercayai-Nya. Kita mungkin percaya bahwa Allah mengasihi kita, tetapi kita tidak begitu yakin Dia akan memberikan apa yang kita inginkan. Kita ingin dikasihi, tetapi kita juga ingin mendikte cara dan oleh siapa kita dikasihi. Yunus percaya bahwa Allah pengasih dan penyayang, tetapi dia ingin kasih ditampilkan sebagai penghakiman dan kehancuran terhadap musuh-musuhnya.

 Pengakuan sekali lagi merupakan jalan keluarnya. Bagi Yunus dan diri kita sendiri, ketika keinginan kita menyimpang dari Allah, keinginan itu menjadi berhala. Kita tidak ingin apa pun ada di antara kita dan objek penyembahan kita. Yunus tidak mau tunduk kepada Allah; dia ingin menjadi Allah.

 

 

Edward T. Welch