Baca: 2 Tawarikh 26:1-16
Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan. (2 Tawarikh 26:16)


Bacaan Alkitab Setahun: 
Bilangan 16-18



Seorang teman saya bukan hanya penggemar bola tetapi juga pendukung setia sebuah tim bola. Selayaknya “fan sejati, ia menunjukkan kesetiaannya itu dengan memakai atribut dan jersey tim kebanggaannya dalam kesehariannya. Ia rajin mengikuti pertandingan yang dijalani timnya, sibuk berkomentar di media sosial, dan tidak berhenti membahas berbagai prestasi yang diraih tim-nya bersama para fan lainnya. Para fan sejati biasanya mati-matian membela tim kesayangannya itu dan tidak berubah setia walau timnya sedang terpuruk. 

Apakah kesetiaan seperti ini juga terwujud dalam hubungan kita dengan Tuhan? Nyatanya setia mengikuti Tuhan itu tidak mudah. Kita gampang berubah setia, terutama saat situasi berubah. Mari belajar dari raja Uzia. Uzia memulai perjalanan hidupnya dengan kesetiaan luar biasa. Ia hidup benar sejak muda dan mencari Allah selama Zakharia ada di sampingnya. Buah kesetiaannya pun berbuahkan berkat-berkat Tuhan dalam segala aspek kehidupannya. Sayang, keadaan itu justru membuatnya berubah setia sampai-sampai melakukan hal yang merusak. Kebenaran pun dilanggarnya. 

Di awal-awal perjalanan hidup kita, mungkin kita mampu menunjukkan kesetiaan luar biasa kepada Tuhan. Kita tidak bisa berhenti untuk membicarakan-Nya, tidak pernah lupa bersekutu dengan-Nya, bahkan mengorbankan banyak hal untuk-Nya. Tetapi apakah kesetiaan itu masih bertahan bahkan semakin meluap-luap saat hidup kita “semakin kuat”?

PENGIKUT SEJATI ITU TIDAK AKAN PERNAH
BERUBAH SETIA MESKI SITUASINYA BERUBAH