Pembacaan : 2 Timotius 3: 10 - 17

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Lukas 1

 

 

Saya suka teologi Kitab Suci. Saya tidak akan tahu cara berpikir tanpanya. Di hari-hari awal seminari, saya akan naik kereta bawah tanah pulang, berlari menaiki tangga ke apartemen lantai tiga kami, dan berkata kepada Luella: “Aku belajar untuk berpikir. Aku sedang belajar untuk berpikir.” Itu lebih dari sekadar pemahaman sistem teologi atau  mengenal iman saya dengan lebih baik. Saya menerima lebih dari sekadar literasi Alkitabiah tingkat lanjut yaitu saya diberi cara untuk berpikir tentang segala sesuatu, dan seluruh sistem berdiri di atas tiga kata radikal yaitu tiga kata pertama dari Alkitab: “Pada mulanya, Allah..”

Saya tidak hanya dididik. Saya tidak hanya mengumpulkan banyak sekali informasi teologis. Tidak, sesuatu yang lebih dalam sedang terjadi. Saya sedang mengalami proses transformasi hati dan kehidupan yang lebih dalam dan lebih formatif daripada yang saya pahami saat itu. Saya berubah, dan begitu juga seluruh arah hidup saya, pemikiran tentang identitas saya, definisi saya tentang makna dan tujuan, dan di mana saya akan mencari kesejahteraan batin saya juga berubah. Segala sesuatu yang saya tulis telah ditulis dari perspektif yang mengubah hidup saya, yang membantu saya untuk melihat hidup dari Firman Allah pada hari-hari itu. Saya masih bisa melihat diri saya di barisan belakang kelas teologi, berkata pada diri sendiri, “Aku rasa pikiranku sedang mencair.” Semua ini memberi bentuk dan arah pada hidup saya. Ini memberikan konteks di mana semua keputusan saya akan dibuat. Ini memberi saya alasan untuk bangun di pagi hari dan mengkonfrontasi saya dengan betapa besar kebutuhan saya akan kasih karunia.

Inilah tujuan teologi Kitab Suci. Maksud dari doktrin yang diwahyukan dalam Firman Allah bukanlah untuk menghasilkan generasi demi generasi dari apa yang saya sebut “akademisi biblika pintar “ yang memikirkan hal-hal yang tidak dilakukan orang lain, yang berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti orang lain, dan yang tidak banyak bermanfaat bagi banyak orang. Inilah hal yang perlu kita ingatkan berulang kali yaitu teologi Firman Allah tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi akhirnya, tetapi sarana untuk mencapai tujuan yaitu kehidupan yang diubah secara radikal. Tujuan teologi bukanlah pengetahuan tetapi kekudusan.

Sekarang, renungkan apa sebenarnya Alkitab itu. Alkitab adalah kisah besar tentang penebusan. Mungkin akan lebih baik untuk mengatakan bahwa Alkitab adalah cerita yang diberi catatan teologis. Alkitab adalah cerita dengan catatan penting Allah. Alkitab adalah kisah tentang Yesus, yang datang untuk menawarkan satu hal yang sangat Anda butuhkan yaitu kasih karunia. Teologi yang tidak bersemangat untuk mempromosikan anugerah pengampunan, transformasi dan anugerah yang mengubah hidup Anda adalah teologi yang buruk.

 

Menyebut Yesus sebagai Tuhan adalah awal dari komitmen teologis.

Hidup dengan menjadikan Dia sebagai Tuhan membutuhkan anugerah yang mengampuni, menyelamatkan, dan mentransformasi dari hari ke hari