DIPILIH OLEH ALLAH
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Efesus 1:5-6
Dalam The Merchant of Venice karya William Shakespeare, karakter Portia menyampaikan solilokui yang menggambarkan penghargaan penulisnya terhadap prinsip belas kasihan dan pengampunan:
Meskipun keadilan menjadi permohonanmu, pertimbangkan ini:
Bahwa dalam keadilan tidak seorang pun dari kita
akan melihat keselamatan. Kami berdoa memohon belas kasihan.
Ketika merenungkan doktrin pemilihan—bahwa Allah “menetapkan kita untuk diangkat sebagai anak”—kita tidak perlu bertanya, “Mengapa Allah tidak memilih semua orang?” melainkan “Mengapa Allah memilih untuk mengasihani siapapun?” Kenyataannya adalah, jika hanya keadilan yang ditegakkan, kita semua akan menghadapi hukuman, karena hukuman adalah hal yang pantas untuk dosa kita. Namun karena kasih-Nya kepada kita, Allah memilih agar kita “tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Dia memilih kita bukan karena sesuatu yang ada pada diri kita (yang akan menjadi alasan untuk berbangga pada diri sendiri) tetapi semata-mata karena kasih-Nya (yang seharusnya membuat kita memuji dan menyembah Dia).
Bila kita mengerti doktrin pemilihan Allah, maka kita akan lebih serius melihat dosa, karena tujuan Dia memilih kita adalah “supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (Efesus 1:4). Dengan kata lain, walaupun Dia tidak memilih kita karena kita suci, kita dipilih agar kita bisa menjadi suci. Ada sesuatu yang sangat salah ketika kepercayaan pada kasih Allah yang memilih membuat kita merasa punya hak untuk hidup dengan cara kita sendiri. Faktanya, orang-orang yang terus-menerus hidup dalam dosa tetapi mengaku diselamatkan menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak memahami Allah atau Injil-Nya.
Sebaliknya, bukti bahwa kita telah dipilih oleh Allah, dikhususkan bagi-Nya, dan dilayani oleh-Nya melalui Roh Kudus pada akhirnya terlihat ketika kita semakin menjadi serupa dengan gambaran Putra-Nya. Pertumbuhan dalam kemurnian moral merupakan indikasi utama dari pengabdian yang mendalam kepada Yesus Kristus. Ketertarikan yang tulus dan kekaguman pada kasih Allah menghasilkan dalam diri kita keserupaan dengan keindahan Yesus.
Apa yang bisa kita harapkan dari kehidupan orang-orang yang benar-benar memahami hal ini? Kemungkinan besar bukan sikap sombong, omongan yang egois, atau pembelaan kosong terhadap iman Kristen. Tidak—kita akan melihat kerendahan hati hidup berdampingan dengan rasa aman, percakapan mereka penuh dengan Kristus, bukan diri mereka sendiri, dan hidup yang penuh sukacita dan pengorbanan. Itu adalah sesuatu yang seharusnya Anda lihat dalam diri Anda, tidak sempurna tetapi semakin meningkat. Dan itulah yang akan bertumbuh dalam diri Anda hingga Anda berkata pada diri sendiri sambil tersenyum dan merasa kagum, “Bukan karena saya memilih Dia; Dia memilih saya.”
Refleksi
Bacalah Keluaran 20:1-21 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Daniel 8 – 10; Wahyu 8
Truth For Life – Alistair Beg