Pembacaan : Filipi 2 : 1 - 11
Bacaan Alkitab Setahun :
Yoel 1 - 3
Sebagian besar dari kita terlalu mudah puas. Bukannya kita meminta terlalu banyak dari Juruselamat kita. Masalah kita justru sebaliknya —kita bersedia menerima terlalu sedikit. Tujuan, keinginan, dan impian pribadi kita jauh dari rencana dan tujuan Allah bagi kita. Allah tidak akan puas sampai kita menjadi serupa dengan Anak-Nya. Dia akhirnya akan dan sepenuhnya mengalahkan dosa dan kematian. Dia tidak akan meninggalkan tujuan-Nya untuk alasan apa pun. Masalah kita adalah sering kali kita tidak sependapat atau tidak setuju dengan tujuan-Nya. Mentalitas lain menguasai kita:
- Mentalitas Konsumen. Di sini kita seperti orang yang belanja di swalayan rohani. Kita benar-benar tidak memiliki loyalitas fungsional terhadap rencana Allah. Kita mencari pengalaman religius yang nyaman dan memenuhi kebutuhan kita, dan kita tidak ragu untuk pergi ketika tidak puas.
- Mentalitas “Baik Itu Cukup Baik”. Di sini kita bersyukur atas perubahan yang telah dibawa anugerah ke dalam hidup kita, tetapi kita terlalu mudah merasa puas. Kita puas dengan sedikit literasi alkitabiah atau pengetahuan teologis, pernikahan yang sedikit lebih baik, sedikit pertumbuhan rohani pribadi, dan seterusnya. Kita berhenti mencari, tetapi Allah masih belum selesai dalam proses mengubahkan.
- Mentalitas "Hal Buruk Ini Bisa Berhasil". Di sini kita berusaha untuk menjadikan sesuatu yang baik dari hal buruk yang Allah katakan. misalnya, pasangan suami istri puas dengan “gencatan senjata” dalam pernikahan; mereka belajar untuk menegosiasikan penyembahan berhala satu sama lain daripada berusaha membangun pernikahan yang benar-benar ilahi.
- Kenyamanan Pribadi vs. Mentalitas Kekudusan Pribadi. Di sini yang memikat hati kita adalah keinginan untuk hidup yang nyaman, menyenangkan, dapat diprediksi, dan bebas masalah. Kita cenderung menilai kebaikan Allah berdasarkan seberapa baik kehidupan bekerja untuk kita daripada berdasarkan semangat-Nya untuk memenuhi janji penebusan-Nya kepada kita.
- Mentalitas Acara vs. Proses. Di sini kita tidak sabar. Kita ingin Allah melakukan hal-hal baik yang telah Dia janjikan kepada kita, tetapi kita tidak mau menjalani proses seumur hidup. Kita ingin pekerjaan Allah menjadi sebuah peristiwa daripada proses, dan ketika hal itu tidak tercapai komitmen kami mulai pudar.
Tanyakan pada diri Anda hari ini, “Apa yang sebenarnya yang aku inginkan dari Allah?” Sudahkah Anda menjadikan tujuan kasih karunia-Nya sebagai tujuan hidup Anda? Apakah Anda menginginkan apa yang Dia inginkan atau Anda terlalu mudah puas?
Baik atau tidak cukup baik; menjadi serupa dengan Kristus adalah rencana kasih karunia.