Pembacaan : 1 Korintus 1 : 18 - 31

Bacaan Alkitab Satu Tahun :  2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas

 

Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. (1 Korintus 1:26–29)

 

KEBODOHAN BERITA SALIB: BAGIAN 2. Orang hebat adalah orang yang bijaksana dan berpengaruh, kaya dan berprestasi menurut standar manusia. Namun Allah sengaja memilih orang-orang yang ditolak dunia untuk menunjukkan bagaimana keselamatan-Nya bekerja. “Prinsip Gideon” (Hakim-hakim 6:15) adalah bahwa Allah memilih orang-orang yang paling lemah dan paling kecil kemungkinannya untuk berhasil, sehingga segala kemuliaan jelas milik-Nya dan tidak datang melalui perantaraan laki-laki dan perempuan.

 

Ini juga “prinsip Petrus”. Dari sebelas murid yang masih hidup, Petrus mengalami kegagalan paling parah saat Yesus ditangkap dan dieksekusi. Namun dalam Yohanes 21 Yesus mengampuninya dan menjadikannya pemimpin. Seolah-olah Yesus berkata, “Karena engkau adalah orang yang paling gagal, engkau mempunyai potensi untuk menjadi pemimpin terbesar. Serahkan kegagalanmu ke dalam kasih karunia-Ku dan itu akan membuatmu sangat berani sekaligus sangat rendah hati—dan sangat bijaksana.” Identitas orang Kristen berakar pada anugerah dan penghargaan Allah, bukan pada faktor-faktor duniawi. Dan itu membawa kebebasan yang luar biasa.

 

Apakah Anda cukup lemah untuk dipakai oleh Allah? Akankah Anda membiarkan Dia menggunakan kelemahan Anda untuk menjadikan Anda bijaksana?

 

Doa: Bapa, melihat Putra-Mu mati karena aku, sungguh meyakinkan sekaligus menakjubkan, dan itu mengubah inti keberadaanku. “Dengan kesedihan yang menyenangkan, dan kegembiraan yang menyedihkan, semangatku kini penuh; bahwa aku harus menjalani kehidupan yang hancur, tetapi aku hidup di dalam Dia!” Amin.