DIKUASAI NAFSU

Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda kepada Mehuman, Bizta, Harbona, Bigta, Abagta, Zetar dan Karkas, yakni ketujuh sida-sida yang bertugas di hadapan raja Ahasyweros, supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya. Ester 1:10-12

 

Dalam suatu pertunjukan kesombongan dan keberanian, Raja Ahasyweros mengeluarkan perintah untuk menghadirkan ratunya. Ini bukan sikap seorang suami yang baik hati dan peduli yang ingin mengenalkan istrinya kepada teman-temannya. Sebaliknya, ini adalah kesombongan, keinginan untuk menunjukkan dan memberi tahu teman-temannya keagungan, kekuatan, dan apa yang dia miliki. Josephus, sejarawan Yahudi, mencatat bahwa merupakan pelanggaran kode etik Persia jika istri seorang pria menjadi sasaran pengamatan atau perhatian pria lain. Maka, sebenarnya raja melanggar batas kesopanan dalam segala hal.

 

Perilaku raja lalu berubah lagi. Anggur telah membuatnya mabuk, dan dia membuat permintaan yang tidak dipikirkan dengan matang. Ketika istrinya menolak untuk datang, dia menjadi marah. Dia kemudian meminta nasihat dari orang-orang di sekitarnya, yang hanya menuruti egonya. Dia bisa saja berhenti sejenak untuk mempertimbangkan apakah nasihat mereka tepat dalam kaitannya dengan hukum negara atau dengan ratu dan rasa hormatnya terhadapnya—tetapi sebaliknya, kemarahan dan pengendalian diri yang lemah membuatnya mengambil keputusan yang cepat dan bodoh. Jika pada pagi itu, ada orang yang memberi tahu raja bahwa pada tengah malam dia akan mengusir ratu dari hidupnya selamanya, dia mungkin akan berpikir itu mustahil. Namun, dia tetap melakukannya. Ego yang besar, terlalu banyak alkohol, cepat marah, dan nasihat yang buruk menyebabkan hasil yang pasti tidak pernah diinginkannya. Tiga tahun setelah dia mengusir ratunya dan baru saja menyelesaikan kampanye militer yang mengecewakan melawan orang-orang Yunani, kita membaca bahwa "kepanasan murka raja Ahasyweros surut," dan "terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang diputuskan atasnya" (Ester 2:1). Egonya terluka dan dia bersedih karena masa lalunya—sebuah gambaran kesedihan yang hampa dari seseorang yang telah mengejar segala sesuatu, untuk kepuasannya sendiri, dengan mengorbankan Allah yang hidup (Pengkhotbah 4:7-8). Pengalaman Raja Ahasyweros menjadi peringatan bagi kita bahwa di saat-saat nafsu menguasai, kita juga dapat mengubah dan mengurangi, atau bahkan menghancurkan, hidup kita selamanya.

 

Ada jalan yang tampaknya benar, tetapi kita diberi tahu bahwa pada akhirnya jalan itu mengarah kepada kehampaan dan kematian (Amsal 14:12). Saat Anda harus membuat keputusan, segera tanyakan kepada diri sendiri apakah ego Anda, amarah Anda, teman-teman palsu atau konsumsi berlebihan yang menuntun Anda; dan cepatlah mencari Juruselamat agar menuntun Anda di jalan hikmat, di sepanjang jalan sempit yang menuntun pada kepenuhan hidup (Matius 7:13-14).

 

Refleksi

Bacalah Daniel 3:1-18 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

  1. Pola pikir apa yang harus saya ubah?
  2. Bagaimana saya bisa lebih mengasihi Allah?
  3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 31-32Kisah Para Rasul 16:1-21