WARGA NEGARA DAN ORANG ASING
Pada waktu itu ada di dalam benteng Susan seorang Yahudi, yang bernama Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, seorang Benyamin yang diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang turut dengan Yekhonya, raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar, raja Babel. Ester 2:5-6
Di dunia ini, Anda adalah orang asing.
Dalam hal ini, Anda dan saya memiliki kesamaan dengan Mordekhai. Sebagai “seorang Yahudi” di “dalam benteng Susan”. Mordekhai berasal dari keluarga yang telah diangkut ke pembuangan saat penyerbuan Babel ke Yerusalem. Beberapa generasi kemudian, di Persia, kita bertemu dengan Mordekhai, di usia yang cukup untuk menjadi ayah, Mordekhai telah mengadopsi sepupunya yang yatim piatu, Ester (Ester 2:7). Dia seorang yang pragmatis. Karena merasa tidak akan ada gunanya jika Ester menyatakan dirinya sebagai orang Yahudi, dia memerintahkannya untuk menyembunyikan identitasnya ketika dibawa ke istana (ayat 10). Mordekhai kemudian menempatkan dirinya di tempat yang tepat untuk mengamati apa yang terjadi pada sepupu yang dia sayangi ini (ayat 11). Dan dia kemudian menemukan rencana pembunuhan yang memungkinkannya untuk mendapatkan dukungan dari raja (ayat 21-23).
Tampaknya Mordekhai, seperti banyak orang buangan generasi kedua atau ketiga, memiliki minat khusus terhadap kesejahteraan negaranya. Dia diusir dari tanah kelahiran keluarganya, dan dia mencoba mencari tahu bagaimana menjadi orang Yahudi yang baik dan warga negara yang baik di Persia. Kondisinya tidak ideal; dia dan orang-orang buangan lainnya yang bersamanya berada dalam konteks minoritas, di tengah mayoritas yang sangat menentang mereka. Namun, sebagai orang Yahudi di negeri asing ini, tugas mereka bukanlah untuk menguasai Persia atau menjatuhkan pemerintah. Tugas mereka adalah untuk mempelajari apa artinya meneguhkan iman mereka dalam situasi yang tidak dikenal dan sulit.
Banyak orang Kristen di Barat perlu berhenti berpikir dalam istilah mayoritas. Kekristenan yang sejati, percaya Alkitab, dan berdasarkan Injil adalah minoritas. (Memang, sering kali demikian—mungkin lebih sering daripada yang kita duga!) Kita seperti orang buangan yang tinggal di negeri asing. Namun, tidak perlu khawatir. Kisah Ester mengingatkan kita bahwa Allah memelihara umat-Nya dalam lingkungan yang tidak saleh sehingga mereka dapat menjadi saksi bagi nama-Nya.
Pertanyaan yang harus kita tanyakan sebagai orang percaya saat ini adalah: Bagaimana saya bisa menjadi orang Kristen dan warga negara yang baik? Bagaimana saya bisa hidup bagi Yesus dan "mengusahakan kesejahteraan kota" tempat Dia telah mengutus saya (Yeremia 29:7)?
Paulus meyakinkan kita bahwa kita memang bagian dari rencana Allah, dengan mengatakan, “di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan — kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya — supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya” (Efesus 1:11-12). Jadi, saat Anda berusaha untuk hidup setia bagi Allah dalam konteks orang asing ini—dan jangan salah, jika Anda adalah orang percaya yang hidup di dunia ini, Anda adalah orang asing!—Anda masih memiliki alasan besar untuk berharap.
Refleksi
Bacalah Roma 13:1-10 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 33-34; Kisah Para Rasul 16:22-40