Pembacaan : Matius 2 : 1 - 23
Bacaan Alkitab Setahun :
Wahyu 1 - 2
Mungkinkah ada momen yang lebih menggambarkan perayaan kasih karunia berbenturan langsung dengan kengerian dosa selain saat kelahiran bayi Yesus?
Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.” Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.” Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: “Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi.” (Mat. 2:13–18)
Kisah Natal adalah ini—bayi di palungan itu adalah Putra Allah Yang Mahatinggi. Dia rela datang ke tempat di mana kekerasan dan ketidakadilan yang tak terpikirkan terjadi. Kemarahan penguasa akhirnya akan menimpanya. Dia akan mati di tangan orang-orang jahat. Para pengikut-Nya akan menangisi Mesias sudah mati, tetapi Dia akan bangkit kembali dan menyelesaikan pekerjaan yang harus Dia lakukan di bumi.
Saat kita duduk di bawah pohon yang didekorasi dengan indah dan makan makanan Natal yang enak, kita tidak boleh membiarkan diri kita melupakan kengerian dan kekerasan di awal dan akhir cerita Natal. Kisah ini dimulai dengan pembantaian mengerikan terhadap anak-anak dan diakhiri dengan pembunuhan kejam terhadap Anak Allah. Pembantaian menggambarkan betapa bumi membutuhkan kasih karunia. Pembunuhan adalah saat ketika anugerah itu diberikan.
Lihatlah ke dalam palungan itu dan lihat Dia yang datang untuk mati. Dengarkan nyanyian para malaikat dan ingatlah bahwa kematian akan menjadi satu-satunya cara agar kedamaian diberikan.
Lihatlah pohon Anda dan ingatlah pohon lain—yang tidak dihias dengan perhiasan berkilauan, tetapi berlumuran darah Anak Allah. Saat Anda merayakannya, ingatlah bahwa jalan menuju perayaan Anda adalah kematian Dia yang Anda rayakan, dan bersyukurlah.
Yesus menanggung ketidakadilan manusia di sini dan sekarang sehingga kita akan diberkati dengan belas kasihan ilahi untuk selama-lamanya.