ALLAH YANG BERDAULAT ATAS PENDERITAAN

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Yohanes 9:2-3

 

Terkadang, Allah memberikan sesuatu yang lebih baik daripada sekadar menjawab pertanyaan kita.

Ketika murid-murid Yesus melihat seorang pria yang buta sejak lahir, mereka langsung bertanya, “Siapa yang salah?” Tetapi Yesus menunjukkan bahwa mereka sedang mengajukan pertanyaan yang keliru. Daripada mencari siapa yang harus disalahkan, mereka seharusnya belajar tentang kedaulatan Allah atas penderitaan.

Para murid berasumsi bahwa dosa dan penderitaan selalu berhubungan langsung. Pemahaman ini memang ada benarnya—Kejadian 3 menjelaskan bahwa masuknya dosa ke dalam dunia menyebabkan kehancuran pada kebaikan ciptaan. Segala penderitaan, kekacauan, dan penyakit adalah akibat dari ketidaktaatan manusia pertama. Tetapi, anggapan bahwa penderitaan seseorang selalu disebabkan oleh dosa tertentu tidaklah benar.

Hal ini menguatkan kita, karena dua ribu tahun lalu, bahkan orang-orang yang paling dekat dengan Yesus juga bergumul dengan pertanyaan tentang penderitaan. Kita pun menghadapi pertanyaan yang sama—ketika hasil diagnosis dokter tidak sesuai harapan, atau ketika orang yang kita cintai menderita dan kita tak bisa berbuat apa-apa untuk mengubahnya.

Saat kita mencari jawabannya dalam Alkitab, kita menemukan bahwa meskipun dosa memiliki konsekuensi, penderitaan bukanlah cara Allah menghukum kita. Allah yang Alkitab perkenalkan bukanlah sosok yang tak peduli di atas takhta-Nya. Sebaliknya, Dia adalah Allah yang turun ke dunia, yang memahami penderitaan kita karena Dia sendiri telah mengalami penolakan, rasa sakit, dan duka. Bahkan, Dia menanggung semua itu demi kita.

Yesaya 53:4 mengatakan bahwa Dia telah "menanggung segala penyakit kita dan memikul segala kesakitan kita." Ketika Yesus mati di kayu salib, Dia menanggung dosa kita dan membuka jalan bagi kita untuk memiliki pengharapan, bahwa "penderitaan ringan yang sekarang ini" sedang mempersiapkan "kemuliaan yang kekal" yang jauh lebih besar (2 Korintus 4:17).

Yesus yang memberi penglihatan kepada pria buta di Yohanes 9 juga telah memberi kita, yang lahir dalam dosa, keselamatan. Kita mungkin tidak memahami alasan Allah membawa kita melalui jalan tertentu di kehidupan ini. Namun, kita memiliki pengharapan bahwa kelak, di surga yang penuh sukacita, kita akan melihat bagaimana Allah membimbing kita menuju rumah kekal-Nya.

Apakah Anda pernah menghadapi masa sulit yang membuat Anda merasa kehilangan arah? Atau mungkin Anda sedang mencari siapa yang harus disalahkan atas penderitaan Anda? Ingatlah bahwa Allah telah menderita dan mati bagi Anda, dan Dia berjanji tidak akan pernah meninggalkan Anda (Ibrani 13:5). Dia tidak terkejut dengan keadaan atau pergumulan Anda. Mungkin Dia belum memberi jawaban yang Anda cari, tetapi salib-Nya adalah jaminan bahwa Dia tidak akan berhenti bekerja untuk kebaikan kekal Anda. Datanglah kepada-Nya dengan segala rasa sakit dan kebingungan Anda. Dia akan memberi Anda kelegaan.

 

Refleksi

Bacalah Yohanes 9:1-11 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yesaya 5-6 : Markus 2

Truth For Life – Alistair Beg