KEKUATAN DALAM KELEMAHAN

Aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." 2 Korintus 12:7-9

 

Kesulitan, kekecewaan, kegagalan, dan kelemahan adalah hal-hal yang tidak dapat dihindari dalam hidup. Namun, bagaimana dengan pelayanan kepada Kristus? Kita sering kali mendapati diri kita mengatakan atau berpikir seperti, “Jika aku tidak seperti ini, atau jika keadaanku berbeda, atau jika aku lebih sehat atau dalam kondisi yang lebih baik, maka Tuhan dapat dan akan memakai aku dengan lebih baik.” Mudah saja untuk berharap kita bisa menjadi seseorang yang bukan diri kita, alih-alih memercayai apa yang Alkitab katakan: bahwa Tuhan membentuk kita dengan sengaja, ilahi, dan rumit di dalam rahim ibu kita dan telah mengawasi setiap hari kita sejak saat itu (Mazmur 139:13), menjadikan dan membentuk kita masing-masing sebagai individu yang unik.

 

Ketika kita meragukan nilai diri kita, Iblis dengan cepat mendorong kita untuk mempertanyakan integritas karakter dan janji Tuhan. Memang, Paulus menyebut kelemahannya, duri dalam dagingnya, sebagai utusan dari Iblis. Mengapa? Karena Iblis telah menggunakannya untuk menimbulkan keraguan dalam diri Paulus: Mengapa engkau, Paulus? Mengapa Petrus tidak memiliki duri ini? Bukankah pelayananmu akan lebih efektif tanpanya? Tuhan tidak akan datang untukmu, bukan? Tetapi Bapa surgawi tahu yang terbaik, dan Dia melukis di kanvas yang jauh lebih besar. Tujuan-Nya bukanlah untuk membuat perjalanan hidup kita menyenangkan atau mewujudkan semua impian kita. Tujuan-Nya bagi kita jauh lebih agung: untuk menjadikan kita serupa dengan gambar Putra-Nya, Yesus Kristus. 

 

John Berridge, seorang pendeta abad ke-18, mengamati, “Seorang Kristen tidak pernah tertidur di dalam api atau di dalam air, tetapi menjadi mengantuk di bawah sinar matahari.” Kita menjadi terlalu nyaman, terlalu mengandalkan diri sendiri, ketika hidup mudah dan kekuatan kita tampak. Maka Allah dengan murah hati memberi kita duri untuk membangunkan kita. Ketika Allah berkata kepada Paulus, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna,” Dia tidak mengubah rasa sakit Paulus. Dia mengubah perspektifnya. Paulus mampu berhenti berfokus pada kelemahannya dan mulai menghargai karunia yang datang melaluinya: kekuatan Kristus sendiri. Duri itu tiba-tiba berubah menjadi mawar: sesuatu yang diberikan sebagai penebusan alih-alih sesuatu yang tidak diinginkan. Allah bahkan membuat sindiran Iblis bekerja untuk kebaikan kita, menyebabkan kita berpaling kepada Kristus dalam ketergantungan seperti anak kecil dan penuh doa pada janji-janji-Nya.

 

Hal-hal tentang diri kita yang ingin kita hindari, sembunyikan, atau tutupi adalah hal-hal yang dapat tiba-tiba membuka pintu bagi pelayanan yang fenomenal. Sudahkah Anda mempertimbangkan kebenaran ini? Sudahkah Anda mempertimbangkan kemungkinan bahwa keterbatasan, kekecewaan, dan kelemahan Anda bukanlah halangan bagi efektivitas, melainkan aset sejati, karena hal-hal tersebut membuat Anda bersandar pada kekuatan-Nya? Jangan melihat kelemahan Anda sebagai hambatan untuk melayani Tuhan, tetapi sebagai kesempatan untuk itu. 

 

 

Refleksi

Bacalah 2 Korintus 4:7-18 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yesaya 3-4 : Markus 1: 23-45

Truth For Life – Alistair Beg