KASIH PERSAUDARAAN

Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Roma 12:10

 

Kakak beradik cenderung saling sikut dan menyenggol serta saling mengeluh. Kalau boleh jujur, terkadang gagasan kita tentang “mengasihi sebagai saudara” di gereja lebih dicirikan dengan pemikiran dan perilaku seperti itu dibandingkan dengan kasih dan rasa syukur. Ketika kita melihat sekeliling, alih-alih bernyanyi bahwa kita senang bahwa kita adalah bagian dari keluarga Allah, kita sering kali berpikir dalam hati, “Saya tidak menyangka kamu bagian dari keluarga Allah.”

 

Paulus memanggil kita untuk berjalan di jalan yang lebih baik.

 

Dalam ayat ini, kasih digambarkan dengan kata yang berhubungan dengan keluarga. Philostorgoi, yang diterjemahkan di sini sebagai “kasih,” berasal dari kata Yunani storge, yang mengacu pada kasih yang orang tua curahkan terhadap anak. Philadelphia, yang diterjemahkan di sini sebagai “mengasihi sebagai saudara”, adalah kata yang digunakan untuk kasihantar saudara kandung (seperti dalam nama kota Philadelphia, “Kota kasih Persaudaraan”). Di Roma 8, Paulus mengingatkan para pembacanya bahwa mereka bersatu sebagai anggota satu keluarga karena anugerah Allah (Roma 8:12-17). Kini, karena mereka masing-masing telah dibawa ke dalam keluarga atas dasar yang sama—yakni, di dalam Yesus—mereka mempunyai banyak alasan untuk saling mengasihi.

 

Kasih seperti ini tidak hanya membutuhkan kasih sayang yang tulus tetapi juga kerendahan hati. NIV menerjemahkan kalimat kedua dalam ayat ini sebagai “Hormatilah satu sama lain melebihi dirimu sendiri.” Hal ini mirip dengan apa yang kita lihat dalam Filipi 2, di mana Paulus menulis, “dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri” (Filipi 2:3). Kitab Suci memanggil kita untuk mendahulukan orang lain. Kita harus belajar untuk menjadi orang kedua tanpa mengeluh atau berusaha keras untuk dipuji karena melakukan hal tersebut. Satu-satunya elemen kompetitif di antara keluarga gereja adalah melihat siapa yang paling mampu bangkit dan berbuat baik kepada orang lain.

Memikirkan kasih persaudaraan seperti ini membawa kita kembali kepada Yesus, yang dengan bangga menyebut kita sebagai saudara dan saudari-Nya (Ibrani 2:11-15). Bagi Yesus, “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Filipi 2:6-7). Yesuslah yang menunjukkan apa itu kasih persaudaraan yang sejati; Yesuslah yang dengan sempurna mengasihi keluarga-Nya, mengungguli semua orang lain dalam menunjukkan hormat; kita dipanggil untuk menjadi seperti Yesus, dan kita hidup seperti Dia setiap kali kita memilih untuk mengasihi dengan kasih persaudaraan  orang di sekitar kita. Hari ini, kasihilah seperti Dia.

 

Refleksi

Bacalah 1 Samuel 20 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Yeremia 48-49; Filipi 1

Truth For Life – Alistair Beg