Baca: Nehemia 1:1-11
Ketika kudengar berita ini, duduklah aku menangis dan berkabung selama beberapa hari. Aku berpuasa dan berdoa ke hadirat Allah semesta langit. (Nehemia 1:4)

Bacaan Alkitab Setahun: 
Yeremia 37-40



Menata perasaan ketika kehilangan sesuatu atau seseorang yang dikasihi tentulah tidak mudah. Pertanyaan “Mengapa?” membuat orang berlarut-larut dalam kesedihan dan kedukaan. Tentu manusiawi jika ia merasa berduka. Namun, tidak semestinya ia kehilangan pengharapan. 

Nehemia berada dalam pembuangan di puri Susan, Persia, sebagai juru minuman raja. Ia memendam kerinduan akan kampung halamannya, Yerusalem. Ketika saudaranya, Hanani, dan beberapa orang dari Yehuda datang, ia segera menanyakan kabar orang Yahudi yang terluput dan keadaan Yerusalem. Alangkah sedihnya Nehemia ketika mendengar situasi kampung halamannya yang begitu hancur, tanpa tembok dan pintu gerbang, dan orang-orangnya dalam keadaan tercela. Nehemia berduka atas situasi ini, tetapi responsnya tidak hanya berhenti di situ. Ia berpuasa dan berdoa kepada Allah semesta langit. Allah yang telah memilih umat-Nya adalah Allah yang besar, dahsyat, dan setia sehingga patut menjadi tempat pengharapannya. Ia tidak hanya berduka, tetapi juga mau dipakai Tuhan untuk membangun kembali Yerusalem. 

Adakah sesuatu yang buruk terjadi kepada kita, bahkan begitu buruk? Ditinggalkan pacar, kehilangan anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, atau mengalami sakit. Marilah kita tidak berhenti pada kesedihan saja, tetapi memandang Tuhan yang besar dan sumber pengharapan itu sehingga kita mendapatkan kekuatan untuk bangkit dan hikmat dalam menghadapinya.


DALAM TANGISAN DUKA PUN TETAP ADA
SECERCAH HARAPAN BAGI ORANG PERCAYA