CARA UNTUK MEMILIKI HARAPAN

Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya. Ratapan 3:21-22

 

Di Mana, pada Akhirnya, Anda Menemukan Harapan Anda?

Pembuangan di Babel telah meninggalkan bangsa Israel dalam keadaan tanpa harapan. Segala sesuatu yang dulunya menjadi milik mereka—segala yang dahulu membawa sukacita—telah hilang, tertinggal jauh di Yehuda. Yeremia menggambarkan dengan jujur perasaan mereka: "Lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN" (Ratapan 3:18). Namun, hanya dalam beberapa ayat berikutnya, nada suaranya berubah secara drastis: "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap" (ayat 21). Keadaan belum membaik. Tidak ada yang berubah secara lahiriah. Jadi, mengapa tiba-tiba muncul harapan?

Jawabannya sederhana: karena iman.

Kekristenan adalah tentang sejarah. Kekristenan adalah tentang realitas. Kekristenan adalah tentang orang-orang nyata di waktu nyata yang mengalami perjumpaan nyata dengan Allah yang hidup dan nyata. Kekristenan bukanlah fiksi—dan karena itu, ia memberikan dampak yang nyata.

Tak seorang pun mengalami hidup yang penuh sukacita dan kemenangan tanpa henti. Kita semua menghadapi penderitaan dan keterbatasan. Orang yang kita kasihi bisa meninggal, pernikahan bisa runtuh walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga, kesehatan bisa memburuk, dan kegagalan masa lalu bisa menghantui kita seperti bayangan di malam hari. Jadi, apa yang harus kita lakukan ketika menghadapi kesulitan hidup?

Kita harus melakukan seperti yang dilakukan Yeremia. Ia memulai dari imannya—dari apa yang ia ketahui dan percaya tentang Allah—dan ia berpikir. Ia menggunakan pikirannya untuk memengaruhi perasaannya. Demikian pula kita: di tengah pencobaan, kita harus mengingat siapa Allah dan datang kepada-Nya dengan kejujuran dalam doa. Kita bisa berdoa seperti ini:

"Allah yang penuh kasih, Engkau telah menciptakanku. Engkau mengasihiku di dalam Kristus Yesus. Engkau telah berjanji akan memegangku erat. Saat ini aku merasa tidak aman, Tuhan, tapi aku tahu apa yang dikatakan firman-Mu: bahwa kasih setia-Mu tidak pernah berkesudahan, dan belas kasihan-Mu tidak pernah berakhir."

Baik dalam kemenangan maupun pencobaan, inilah yang akan memberi kita keteguhan: bahwa kasih setia dan belas kasihan Allah tidak pernah berakhir. Maka, peganglah kebenaran ini dengan teguh: bahwa meskipun seluruh neraka tampak dilepaskan terhadap Anda, Tuhan—Allah yang Mahakuasa—memerintah, dan Ia melakukannya dengan sempurna, penuh kasih dan belas kasihan. Dia akan menyelesaikan apa yang telah Dia mulai. Tidak ada satu hal pun yang dapat menghalangi jalan-Nya.

Ingatlah kebenaran ini di hari-hari yang sukar, dan Anda akan dapat hidup dengan harapan yang tak tergoyahkan di dalam hati, dan tetap teguh dalam iman sampai akhir.

 

Refleksi

Bacalah Ratapan 3:16-33 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Pengkhotbah 7 – 9Wahyu 12

Truth For Life – Alistair Beg