Pembacaan : Kejadian 22

 

Bacaan Alkitab Setahun :

2 Tawarikh 18 - 20

 

Ini adalah kisah yang luar biasa, sebuah studi kasus yang jelas tentang apa iman itu dan apa yang bisa dikerjakannya:

Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali. (Ibr. 11:17-19) 

Allah telah berjanji kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi sebanyak bintang di langit dan lewat keturunannya, semua bangsa di bumi akan diberkati. Namun, Abraham dan istrinya, Sara tidak punya anak, apalagi petunjuk bagaimana dia bisa meneruskan janji itu kepada generasi berikutnya. Mereka menunggu dan menunggu. Puluhan tahun berlalu dan tidak ada anak. Abraham sudah menjadi tua dan Sara sudah melewati masa mampu bisa punya anak. Lalu dalam keajaiban kesetiaan Allah, seorang anak, Ishak, lahir. Waktu itu pasti ada perayaan besar! Allah setia kepada janji-Nya. Dia punya kuasa menggenapi janji-Nya. Dia menepati perjanjian-Nya. Berkat akan datang ke dunia yang sudah rusak. Sepertinya akhir kisah yang indah.

Lalu Allah datang kepada Abraham dan menyuruhnya mempersembahkan anak yang dijanjikan! Tidak masuk akal. Semua janji kesetiaan dan semua harapan perjanjian Allah ada pada anak ini. Jika Abraham membunuhnya, semuanya akan selesai. Jika Ishak mati, maka yang telah terjadi puluhan tahun sebelumnya menjadi tidak masuk akal. Anda bisa membayangkan Abraham berkata: “Ya, Allah, mintalah apa pun dariku, tapi jangan yang ini, tolong, jangan. Engkau menjanjikanku seorang anak. Aku menunggu dalam iman dan sekarang Engkau mau aku membunuhnya. Aku tidak mengerti.” Kita tidak tahu semua emosi yang ada dalam diri Abraham, tetapi ada kemarahan dan kecemasan dalam reaksinya. Abraham cepat-cepat mempersiapkan apa yang Allah perintahkan. Kita tahu bahwa anugerah datang dan mengubah hatinya, jika tidak, dia tidak mungkin bereaksi seperti itu.Jelas Abraham tidak tahu mengapa Allah memintanya melakukan itu, dan jelas dia tidak tahu apa yang Allah akan lakukan.

 Abraham berpikir Allah mungkin akan membangkitkan Ishak setelah dikorbankan, tetapi bukan itu maksud Allah. Di sinilah ayat ini mengungkapkan apakah iman itu. Abraham tidak bergantung pada apa yang bisa dia lihat atau mengerti. Dia tenang karena dia bertindak atas dasar perintah Allah yang teguh dan juga hadirat-Nya, janji-Nya, kesetiaan-Nya, dan kuasa-Nya. Iman percaya Allah benar-benar ada dan Dia memberi upah mereka yang mencari Dia. Namun iman tidaklah natural bagi kita; iman adalah karunia dari anugerah Allah. Carilah anugerah itu lagi hari ini.

Iman hidup dalam terang apa yang Allah katakan, beristirahat dalam apa yang telah Dia lakukan, dan mempercayakan masa depan dalam pemeliharaan-Nya.