MENEMUKAN PERKENAN

Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Kejadian 6:8

 

Nuh dalam imajinasi populer adalah raksasa rohani, pahlawan iman. Namun sebenarnya, dia hanyalah manusia biasa. Dia sama seperti orang lain ketika melakukan pekerjaan sehari-harinya, mencari nafkah, dan membesarkan anak-anaknya.

 

Sebelum kisah Nuh terungkap, kita membaca “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya” (Kejadian 6:5-6). Tidak ada perbedaan di sini. Seluruh umat manusia terlibat dalam kejahatan—termasuk Nuh.

 

Intinya jelas: Semua orang telah berdosa. Semuanya terasing dari Allah. Semua orang harus menghadapi penghakiman. 

 

“Tetapi Nuh…” Dengan karunia Allah, realitas dosa dan penghakiman selalu diimbangi oleh “tetapi”. Anugerah Allah,yang tidak dapat dijelaskan dan tidak patut diberikan, dilimpahkan kepada Nuh. Inilah satu-satunya hal yang pada akhirnya membedakannya dari manusia lainnya. Allah memilih Nuh dan keluarganya untuk menjadi penerima rahmat-Nya, menjalin hubungan yang belum pernah terjalin sebelumnya. Karena anugerah inilah Nuh menjadi “ seorang yang benar” yang “hidup bergaul dengan Allah” (Kejadian 6:9).

 

Nuh tidak bisa mengklaim perkenan Allah. Dia tidak memiliki kebaikan dalam dirinya, tetapi Allah campur tangan dalam kehidupan Nuh.

 

Banyak orang berpikir kasih karunia tidak terdapat dalam Perjanjian Lama—bahwa di masa itu, semuanya adalah tentang “api dan belerang”, hukum dan penghakiman, dan baru pada saat Yesus datang, kasih karunia baru datang. Namun kenyataannya, kasih karunia tidak hanya mendahului penciptaan tetapi juga terungkap di tengah penghakiman sepanjang sejarah dan di setiap halaman Alkitab.

 

Dan di seluruh Alkitab, kasih karunia bekerja. Nuh membuat bahtera dengan menaati firman Allah, karena hanya firman Allah yang satu-satunya dia harus pegang. Ketika kita mengalami anugerah dalam segala kepenuhannya, hal itu merendahkan kita dan meninggikan Allah. Hal ini menyadarkan kita bahwa hidup adalah tentang Dia dan kebaikan-Nya kepada kita. Hal ini menggerakkan kita untuk memercayai firman-Nya dan menaati perintah-perintah-Nya.

 

Satu-satunya hal yang membedakan Anda dari budaya di sekitar Anda adalah hal yang sama yang membedakan Nuh dari orang-orang pada zamannya: kemurahan Allah yang tidak layak untuk kita terima. Jadi waspadalah terhadap kesombongan rohani dan juga kompromi terhadap hal-hal duniawi. Tak seorang pun di antara kita yang cukup cerdas untuk memahami gagasan keselamatan atau cukup baik untuk menerima sukacita keselamatan. Anda dan saya tidak layak menerima hal ini—tetapi Allah telah campur tangan. Hanya ketika kasih karunia Allah menguasai hati kita maka kita, seperti Nuh, akan berjalan di jalan Pencipta kita dan bukan di jalan dunia dan hidup dalam ketaatan yang rendah hati dan pengharapan yang penuh keyakinan. Hanya kasih karunia yang bisa menghasilkan hal tersebut.

 

Refleksi

Bacalah Kejadian 6 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

 

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Mazmur 120-122; 2 Korintus 6

Truth For Life – Alistair Beg