Pembacaan : Filipi 3: 1 - 11

 

Bacaan Alkitab Setahun :

Pengkotbah 1 - 4

 

Inilah inti keterusterangan moral – penyangkalan berakar pada ketakutan dan pengakuan berakar pada harapan. Anda tidak dapat menerima harapan radikal dari pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus dan memahami dorongan kita untuk menampilkan diri kita sebagai orang yang berkecukupan. Tapi naluri itu hidup dalam banyak dari kita. Saat dihadapkan dengan dosa kita, kita segera beralasan atau mengalihkan kesalahan. Ketika hati nurani kita mengganggu kita, kita menyembunyikan kesalahan yang telah kita lakukan seperti Adam dan Hawa bersembunyi dari Tuhan di taman Eden, atau kita mencoba meyakinkan diri kita sendiri bahwa apa yang kita lakukan tidak terlalu buruk.

Sekarang, karena dunia Tuhan begitu besar, akan selalu ada tempat untuk bersembunyi, dan karena Anda hidup di dunia yang tidak beroperasi seperti yang Tuhan maksudkan, akan selalu ada orang dan hal-hal untuk disalahkan, tetapi semuanya adalah sebuah kebohongan irasional yang besar dan menyedihkan. Mengapa Anda dan saya bekerja begitu keras untuk menyembunyikan atau menyangkal apa yang telah sepenuhnya dan selamanya diampuni? Mengapa kita bekerja begitu keras untuk berpura-pura bahwa kita bukan orang berdosa ketika pesan Injil adalah bahwa Yesus mengasihi dan menerima orang berdosa? Mengapa kita bersembunyi dalam rasa bersalah ketika Yesus telah sepenuhnya menanggung kesalahan kita? Mengapa kita membiarkan diri kita dimotivasi oleh rasa malu ketika Yesus dengan rela menanggung rasa malu kita? Mengapa kita membangun tampilan kebenaran palsu ketika Yesus telah memberikan kebenaran-Nya bagi kita? Mengapa kita takut akan murka Tuhan ketika Yesus menanggung beban kemarahan Tuhan bagi kita di kayu salib? Mengapa kita peduli dengan apa yang orang lain pikirkan tentang kita jika kita jujur ​​tentang dosa kita ketika Dia yang memegang takdir kita di tangan-Nya telah menerima kita seolah-olah kita tidak pernah berdosa? Mengapa menyangkal siapa kita dan apa yang kita butuhkan ketika penyediaan penuh telah diberikan? Mengapa bertindak seolah-olah kita adalah sesuatu yang bukan diri kita ketika kasih karunia telah menjumpai kita tepat di tempat kita berada? Mengapa bertindak seolah-olah tidak ada yang akan mengerti ketika kita telah diberi Imam Besar yang setia dan pengertian yang bersimpati dengan semua kelemahan kita? Mengapa bertindak seolah-olah tidak ada harapan bagi orang-orang seperti kita ketika Juruselamat kita telah menaklukkan dosa dan kematian bagi kita? Mengapa menyanyikan kebenaran Injil pada hari Minggu dan secara fungsional menyangkal Injil selama minggu itu lewat tindakan penyangkalan, dalih, dan menyalahkan? Mengapa Anda membela diri ketika orang yang dicintai menunjukkan kesalahan atau menghilang saat Anda ketahuan salah? Mengapa, di hadapan kesalahan, Anda berusaha untuk melunakkan rasa sakit dari teguran dengan memperdebatkan bisikan Roh Kudus?

Paulus mendorong orang-orang percaya di Kolose untuk “ bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar” (Kol. 1:23). Tinggalkan alasan, penyangkalan, dan semua tindakan irasionalitas lainnya yang meminimalkan dosa Anda. Dengan begitu, Anda tidak akan pernah melupakan harapan luar biasa yang telah diberikan kepada Anda di dalam Yesus. 

 

Karena oleh kasih karunia Tuhan mengampuni, tidak masuk akal untuk menyembunyikan, memaafkan, atau mengalihkan kesalahan ketika Anda dihadapkan dengan dosa Anda.