Baca: Yohanes 9:1-7
Jawab Yesus, “Bukan dia dan
bukan juga orang tuanya, tetapi supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam
dia.” (Yohanes 9:3)
Bacaan Alkitab Setahun:
Wahyu 14-16
Hari itu Yesus bertemu seorang buta sejak lahirnya. Murid-murid lalu bertanya,
siapa gerangan yang berdosa, dirinya atau orang tuanya, sehingga ia terlahir
demikian (ay. 1-2). Yesus menegaskan bahwa kondisi itu bukan disebabkan dosa,
melainkan karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dirinya (ay.
3).
Murid-murid memandang kebutaan sebagai akibat dosa. Kita pun sering berpikir
demikian terhadap peristiwa buruk yang terjadi. Tidak heran kalau kemudian
muncul perasaan bersalah, tudingan, bahkan penghakiman. Yesus tidak berpikir
demikian! Menurut Yesus, kondisi si buta justru merupakan sarana untuk
menyatakan pekerjaan Allah. Yesus tentu tidak asal berbicara. Sebaliknya, Dia
mampu membuktikan perkataan-Nya. Segera setelah itu Yesus meludah, mengaduk
ludah-Nya dengan tanah, mengoleskan pada mata si buta, dan memerintahkannya
pergi membasuh diri di kolam Siloam. Terhadap perintah Yesus, ia taat sehingga
sekembalinya dari kolam itu, matanya melek kembali (ay. 6-7).
Ketika dihadapkan pada situasi buruk, pikiran manusia kita cenderung terprogram
untuk menjadi negatif. Faktanya, Yesus mampu mengubah ratapan menjadi tarian,
penderitaan menjadi sukacita, dan kemalangan menjadi kebahagiaan. Jika saat ini
kita dihadapkan pada situasi demikian, jangan takut atau tawar hati. Jumpai Dia
di dalam doa! Ingatlah, Allah tidak merancangkan penderitaan. Sebaliknya,
rancangan-Nya adalah damai sejahtera dan kehidupan penuh harapan.
BERPIKIR POSITIF DALAM SETIAP
KEADAAN, MEMAMPUKAN KITA
MENSYUKURI HARI INI DAN MENGHADAPI HARI ESOK