Pembacaan : Efesus 4:25–32
Bacaan Alkitab Setahun : 2 Korintus 1-4
Kemarahan menanggapi sebuah insiden: "Saya marah dengan apa yang kamu lakukan." Kepahitan masuk lebih dalam untuk membentuk sikap—posisi atau postur yang sudah pasti—melawan sang pelaku: "Saya pahit pada kamu, karena kamu adalah orang jahat." Kita menyimpan rasa sakit di hati kita, memelihara, dan membiarkannya tumbuh ke titik di mana kita memandang pelaku dengan tatapan permusuhan.
Harapan apa yang Anda dan saya miliki untuk lepas dari kesedihan, perbudakan, dan kerusakan jiwa yang dibawa oleh kebencian? Jawabannya ada di dalam Yesus. Yesus datang kepada kita dalam penderitaan kita dan tetap bersama kita untuk membantu kita. Sebagai orang yang sangat mengalami perlakuan yang salah, Dia mengerti penderitaan. Kitab Suci memberi tahu kita bahwa Dia datang untuk menyelamatkan bangsa-Nya sendiri tetapi mereka tidak menerima-Nya (Yohanes 1:11). “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan” (Yesaya 53:3). Yesus sangat disalahmengerti: diejek, dikata-katai, ditinju, diludahi, ditinggalkan, dan disalibkan. Paulus memanggil kita untuk “segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:31–32). Paulus memanggil kita untuk membiarkan pikiran kita secara sadar dikendalikan oleh pengampunan Allah melalui kematian Yesus di kayu salib. Saat kita memahami karya besar inkarnasi Tuhan kita, yang disalibkan, dan bangkit lagi, kita tergerak untuk memaafkan orang lain.
Robert D. Jones