KASIH DALAM TINDAKAN

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Roma 12:19-20

 

Kata “bara api” dalam ayat ini bukanlah sebuah metafora untuk balas dendam atau rasa sakit. Sebaliknya, inimelambangkan rasa malu dan penyesalan yang dirasakan individu ketika, alih-alih memberikan mereka balasan yang kita anggap pantas mereka terima, kita malah menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati. Ini adalah akibat yang timbul ketika orang Kristen memperlakukan orang yang berbuat salah kepada mereka dengan cara yang sepenuhnya tanpa niat jahat atau dendam, dan oleh karena itu pada dasarnya bersifat supranatural. Ketika hal ini terjadi, John Calvin mengamati, pikiran musuh mungkin  “terkoyak karena salah satu hal ini. Entah musuh kita akan dilunakkan oleh kebaikannya, atau… dia akan disengat dan tersiksa oleh kesaksian hati nuraninya.”

 

Oleh karena itu, bara api ini pada akhirnya tidak membawa luka, melainkan menyembuhkan. Tindakan kemurahan hati kita adalah untuk mendorong rekonsiliasi, menarik individu kepada kita, bukan menjauhkan mereka dari diri kita. Ini seperti anugerah yang kita terima dari Allah ketika kita masih menjadi musuh-Nya (Roma 2:4; 5:8). Namun, jika kita jujur, hal-hal tersebut bukanlah bara api yang kita cari ketika kita dianiaya dan disakiti. Banyak di antara kita yang akan sangat senang saat mengetahui bahwa bara api benar-benar mendarat di kepala musuh kita, membakar dan melukai mereka. Memang itu adalah hal yang layak mereka dapatkan! Namun ini mencerminkan kejatuhan kita dan bukan iman kita. Ini tidak terlihat atau terdengar seperti Yesus. Itulah yang membuat ayat-ayat ini sangat menantang.

 

Perhatikan bahwa firman Allah memanggil kita bukan sekedar untuk tidak bereaksi dengan rasa dendam tetapi juga proaktif dalam memberi berkat. Ketika kita berhasil untuk tidak membalas, kita belum sepenuhnya taat. Sebagai murid Yesus, kita tidak hanya harus menahan diri untuk tidak melakukan kejahatan terhadap musuh kita; kita sebenarnya harus melakukannya dengan baik. Sangat mudah untuk meyakinkan diri kita sendiri bahwa mengabaikan musuh akan menyelesaikan masalah atau merupakan hal yang secara realistis dapat kita lakukan; tetapi di sini kita menyadari bahwa kita sebenarnya seharusnya menunjukkan kebaikan kepada mereka! Peran kita adalah menyikapi perbuatan salah dengan kemurahan hati, percaya bahwa Allah akan selalu menghakimi dengan adil dan karena itu kita tidak perlu menghakimi, dan memang tidak boleh melakukan hal tersebut (1 Petrus 2:23).

 

Bahkan sebagai anggota tubuh Kristus, banyak di antara kita yang masih berusaha membenarkan tindakan atau pemikiran kita yang tidak taat dan bersifat retributif yaitu berusaha memberikan balasan yang setimpal atas suatu kesalahan. Namun meskipun pikiran musuh kita mungkin mampu mengatasi argumen kita dan semangat mereka cukup kuat untuk melawan ancaman kita, kasih dalam tindakan mungkin membawa mereka pada pertobatan.

 

Bagaimana hati Anda perlu diubah atau tindakan Anda dipengaruhi oleh ayat-ayat ini? Jangan menghindari tantangan mereka. Salah satu bagian dari bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus adalah mencari cara untuk berbuat baik kepada musuh Anda, bertindak berdasarkan limpahan kebaikan dan kemurahan hati Allah yang radikal.  

 

Refleksi

Bacalah Lukas 22:47-53 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?  

Bacaan Alkitab Satu Tahun : Ulangan 7-9; Kisah 2: 22 - 47

Truth For Life – Alistair Beg