USAHAKAN UNTUK HIDUP DAMAI
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Roma 12:18-19
Alkitab adalah buku yang sangat praktis. Hikmatnya kaya dan realistis, dan semakin lama kita hidup, semakin kita sadar bahwa mendengarkannya dalam setiap situasi adalah suatu kebijaksanaan. Seiring bertambahnya usia, banyak dari kita menyadari bahwa orang tua kita sering kali benar dalam memberikan peringatan dan nasihat; dan ketika kita berjalan dengan cahaya firman Allah, maka firman akan terbukti tepat pada waktunya, setiap saat.
Paulus menunjukkan hikmat yang realistik dan abadi ini di sini. Di satu sisi, ini kedengarannya sederhana: cobalah untuk berdamai dengan semua orang. Tidak sulit untuk memahaminya. Namun bukan itu saja yang dia katakan. Instruksi ini didahului dengan dua kualifikasi: “Sedapat-dapatnya” dan “kalau hal itu bergantung padamu.” Implikasinya adalah hal itu tidak selalu memungkinkan!
Paulus tidak memberikan ruang atau toleransi bagi kita untuk memendam kepahitan atau kemarahan. Sebaliknya, dia mengajarkan bahwa kita harus sepenuhnya menghindari sikap-sikap tersebut dan berusaha untuk selalu hidup dalam damai dan kasih. Seruannya kepada kita adalah untuk memastikan bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan konflik dalam kehidupan kita, meskipun konflik tersebut bukan kita yang memulainya. Hal ini berarti kita harus proaktif dalam mencari solusi damai dan tidak membiarkan konflik berlarut-larut karena keengganan kita untuk bertindak atau berdamai.
Namun meskipun kita telah melakukan bagian kita, ada dua situasi di mana perdamaian tidak mungkin terwujud. Salah satunya adalah ketika pihak lain tidak mau berdamai dengan kita. Kita mungkin berurusan dengan seseorang yang berniat merugikan kita dan tidak tertarik untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dalam situasi tersebut, kita mungkin tidak dapat mengubah orang tersebut atau mencegah kekejamannya—tetapi kita bisa tidak melakukan perlawanan. Ketika kita memastikan bahwa kita tidak berkontribusi terhadap konflik, kita mengupayakan perdamaian “kalau hal itu bergantung pada” kita.
Kendala lain muncul ketika istilah perdamaian tidak sesuai dengan prinsip kekudusan, kebenaran, dan kebajikan. Penulis kitab Ibrani mempunyai pemikiran seperti ini ketika dia memberikan instruksi kepada para pembacanya, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibrani 12:14). Ini bukanlah dua instruksi yang tidak saling berhubungan; perjuangan kita untuk mencapai perdamaian dan kekudusan tidak boleh membawa kita ke arah yang berbeda. Berusaha hidup damai bukan berarti mengejar perdamaian dengan cara apa pun. Beberapa dari kita perlu berhati-hati agar ketidaksukaan kita terhadap konflik dan konfrontasi tidak membuat kita mengejar perdamaian dengan mengorbankan kebenaran.
Anda tidak bisa mengubah hati; itu adalah urusan Tuhan. Anda tidak boleh mengkompromikan integritas Anda; itulah fokus utama Tuhan. Namun Allah memberi Anda suatu keharusan, meskipun terserah pada Anda, agar Anda mengupayakan perdamaian. Apakah Anda perlu didorong oleh perintah ini untuk meredam perkataan Anda, mengubah perilaku Anda, atau mengambil langkah pertama untuk memperbaiki konflik, saat ini?
Refleksi
Bacalah Daniel 6 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut
Bacaan Alkitab Satu Tahun : Ulangan 4-6; Kisah 2: 1 - 21
Truth For Life – Alistair Beg