JALAN MENUJU KEKUDUSAN
Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. — Roma 8:13
Kekudusan adalah hal yang penting!
Dalam Perjanjian Lama, kata “kudus” tidak selalu berbicara soal standar moral atau benar–salah. Sering kali, kata itu dipakai untuk menunjuk pada hubungan khusus dengan Allah. Misalnya, ada kota kudus, bejana kudus, atau tempat kudus. Bukan karena benda-benda itu sempurna, tapi karena Allah memilih dan memisahkan mereka untuk tujuan-Nya. Demikian juga dengan kita: lewat penebusan-Nya, kita sudah ditempatkan dalam hubungan khusus dengan Allah. Kita dipisahkan untuk tujuan yang kudus.
Kalau Anda sudah menikah, mungkin dulu Anda punya banyak hubungan lain sebelum menikah dengan pasanganmu. Tetapi ketika menikah, Anda dipersatukan dalam perjanjian kudus. Semua hubungan lama berakhir. Anda menjadi satu dengan pasanganmu. Sama seperti itu, saat kita bersatu dengan Kristus, kita dipisahkan untuk-Nya. Ada komitmen perjanjian yang kita buat dengan-Nya.
Dalam hubungan kita bersama Kristus, kita tidak bisa bersumpah setia kepada-Nya lalu memperlakukan-Nya seenaknya. Kekudusan bukan sesuatu yang bisa dianggap main-main. Mengapa? Karena firman Tuhan jelas berkata: “Tanpa kekudusan, tidak seorang pun akan melihat Tuhan” (Ibr. 12:14). Rasul Paulus bahkan menegaskan bahwa kita harus “mematikan perbuatan-perbuatan tubuh”. Dengan arti lain yaitu “mematikan daging.” Tapi ini tidak terjadi secara otomatis. Kekudusan tidak tumbuh hanya karena mengalir begitu saja.
Kekudusan adalah perjuangan setiap hari. Dibutuhkan kesungguhan, keputusan setiap hari, dan berjalan dengan Roh Kudus. Rasul Paulus berkata kita harus “mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar” (Filipi 2:12). Roh Kuduslah yang menolong dan mengingatkan kita untuk benar-benar berduka atas dosa kita, bertobat, meninggalkannya, dan memampukan kita untuk hidup taat kepada Allah. Dan yang perlu kita lawan bukan hanya dosa-dosa yang jelas terlihat seperti berbohong atau mencuri, tapi juga dosa-dosa tersembunyi di hati: iri hati, kesombongan, kemunafikan, kedengkian, bahkan sikap membenarkan diri sendiri.
Anugerah besar adalah ketika Allah menunjukkan betapa busuknya dosa yang tersembunyi di hati kita, supaya kita bisa segera bertobat. Karena itu, jangan biarkan dosa tinggal nyaman di hati kita. Lawanlah dengan tegas, cepat, dan konsisten. Tapi jangan keliru sebab mengejar kekudusan bukan berarti kita jadi orang yang keras dan penuh aturan. Itu legalisme. Kekudusan bukan soal menyenangkan diri sendiri dengan merasa lebih baik dari orang lain. Kekudusan adalah hidup yang benar-benar berkenan kepada Allah—ditandai dengan kerendahan hati, kasih, kebaikan, dan kelembutan. Kekudusan membuat hidup kita indah.
Kalau kita melihat orang yang hidup kudus, hati kita juga ikut rindu hidup kudus. Tapi ini bukan karena kekuatan kita. Kekudusan menjadi mungkin karena Yesus sudah mati menanggung kegagalan kita, dan Roh Kudus-Nya tinggal dalam kita, sehingga kita mampu melawan dosa dan berjalan menuju hidup yang kekal.
Jalan menuju kekudusan dimulai dari merenungkan pengorbanan yang Yesus sudah lakukan bagi kita. Mintalah kepada-Nya untuk membuat kebenaran itu nyata dalam hidup Anda. Dan ingatlah: “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan” (Ibrani 12:2).
Refleksi
Bacalah Roma 6:1-11 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?
2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?
3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?
Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 24-26; Yohanes 1:3-8