ANTARA IMAN DAN KETAKUTAN

Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” — Lukas 24:39-41

 

Para murid Yesus sebenarnya hanyalah manusia biasa—dan mereka pun merasa sangat sulit untuk percaya pada kebangkitan Yesus.

 

Kabar kebangkitan Yesus membuat hati mereka seperti naik roller coaster. Kadang mereka bersemangat dan berpengharapan, tetapi sebentar kemudian mereka dipenuhi keraguan dan ketakutan. Mendengar berita bahwa kubur Yesus kosong, mereka diliputi rasa heran sekaligus ragu. Bahkan, ketika para wanita menyampaikan kabar itu, para murid menganggapnya hanya “omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu” (Luk. 24:11).

 

Bahkan saat Yesus benar-benar hadir di tengah-tengah mereka, rasa takut dan sedih mereka tidak langsung hilang. Malah, mereka semakin panik. Lukas mencatat, ketika melihat Yesus berdiri di hadapan mereka, mereka “terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu” (Luk. 24:37). Meski Yesus sudah menunjukkan tangan dan kaki-Nya, hati mereka tetap bergumul antara ragu dan sukacita yang mulai muncul. Jujur sekali gambaran ini, bukan? Para murid yang kelak menjadi dasar dan pilar gereja, justru pada saat itu bersembunyi ketakutan dan berkata dengan ketakutan, “Kami kira kami melihat hantu!”

 

Pergumulan iman dan ketakutan para murid justru menjadi penghiburan bagi kita. Sebab kita pun sering mengalami hal yang sama—berusaha percaya, tetapi hati diliputi keraguan. Mudah untuk menyatakan iman kita pada kebangkitan Yesus di hari Minggu, di tengah jemaat. Tetapi bagaimana dengan hari Selasa yang berat, ketika kita dikelilingi orang-orang yang meremehkan iman, menunggu hasil tes di rumah sakit, atau merasa sendirian?—itu cerita yang berbeda.

 

Seorang Kristen sejati bukan berarti tidak pernah ragu. Seorang Kristen sejati adalah orang yang membawa keraguannya kepada Tuhan, mengingat kembali kubur kosong, dan meneguhkan hati lewat karya Allah. Iman kita bukan berdiri pada perasaan, tetapi pada karya Allah dalam sejarah. Peristiwa itulah yang terus menyalakan rasa kagum dan syukur kita kepada Allah.

 

Kalau hari ini Anda sedang bergumul dengan rasa takut dan keraguan, berserulah kepada Tuhan seperti doa seorang ayah dalam Markus 9:4, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!”.

 

Perhatikanlah: keraguan dan ketakutan para murid tidak menghalangi mereka masuk ke dalam Kerajaan Allah, dan tidak pula menghentikan mereka dari pekerjaan Allah. Begitu juga dengan kita. Jadi, mintalah Allah menjaga iman Anda, dan teruslah melangkah maju dengan keyakinan bahwa Yesus sungguh telah bangkit—dan Dia sungguh punya pekerjaan yang ingin Ia percayakan kepada Anda.

 

Refleksi

Bacalah 1 Korintus 15:50-58 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?

2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?

3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 22-23; Yohanes 13:1-20