MELAYANI SANG PENGUASA
Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?… Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah kediaman! Dia yang membuat pembesar-pembesar menjadi tidak ada dan yang menjadikan hakim-hakim dunia sia-sia saja! Yesaya 40:18,22-23
Bagaimanakah seharusnya hubungan orang Kristen dan penguasa?
Di satu sisi, kita tidak boleh meremehkan otoritas manusia karena kita mengakui bahwa Allah berada di balik tegaknya otoritas manusia. Kalau kita menganggap bahwa Alkitab adalah sebuah ajakan untuk menggulingkan pemerintah manusia, berarti kita harus menutup mata terhadap banyak ayat yang mengatakan sebaliknya. Namun, di sisi lain, kita juga memahami bahwa tidak ada otoritas manusia yang memiliki otoritas tertinggi atau permanen. Allah menetapkan siapa yang naik dan siapa yang turun. Tidak peduli seberapa berkuasanya mereka di satu saat, satu musim, atau bahkan selama hidup mereka, dalam waktu yang relatif singkat kekuasaan mereka akan hilang dan dalam hampir setiap kasus, dunia tidak akan mengingat mereka lagi.
Kita harus mengingat siapa yang pada akhirnya kita layani—Allah yang berdaulat dan semua penguasa lain adalah “belalang” di hadapan-Nya. Oleh karena itu, ketika otoritas manusia berusaha menentang otoritas Tuhan, kita harus bertanya, bersama para rasul, “manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah” (Kisah Para Rasul 4:19)—dan kita harus menjawab seperti yang mereka lakukan.
Dalam Kisah Para Rasul 4, para rasul menghabiskan malam di penjara setelah menyembuhkan seorang pria lumpuh. Ketika dibebaskan, mereka berkumpul dengan orang-orang percaya lainnya dan mendapatkan kembali perspektif yang benar dengan mengingat bahwa mereka melayani Allah yang berdaulat, Pencipta bumi, laut, dan segala isinya (Kisah Para Rasul 4:24-26). Dengan menerapkan kebenaran ini, mereka kemudian menyadari bahwa meskipun mereka ditundukkan oleh penguasa Romawi dan menghadapi penganiayaan dari lembaga keagamaan Yahudi, para pemimpin ini hanya melakukan apa yang telah "Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu" (ayat 28), sementara mereka telah diutus untuk memberitakan kabar baik ke seluruh bumi oleh Raja yang telah naik ke surga, Yesus. Dengan perspektif itu, mereka terus membagikan Injil dengan berani dan terbuka.
Dapatkah hal yang sama dikatakan tentang kita di zaman kita? Akankah kita menaati Allah dan membagikan Kristus bahkan jika mereka yang memegang kekuasaan duniawi atas kita memerintahkan kita untuk diam atau berkompromi?
Apa yang membuat kita bungkam? Salah satu jawabannya tentu saja betapa cepatnya kita melupakan bahwa Allah berdaulat dan bahwa bangsa-bangsa serta penguasa dunia berada di bawah otoritas-Nya. Setelah melupakan hal itu, kita menyerah pada kebenaran politik yang membuat kita semakin takut untuk memberi tahu siapa pun bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat. Jadi, apakah Anda telah kehilangan fokus tentang pemerintahan dan kekuasaan Yesus sebagai raja? Apakah mereka yang pada akhirnya menjadi belalang di hadapan Allah tampak terlalu besar dalam pandangan Anda sehingga harus didengarkan dan diikuti? Maka bergabunglah dengan gereja mula-mula dalam mengingat, mengenali, dan menyatakan kebenaran bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, Dia tidak tertandingi dan otoritas tertinggi adalah milik-Nya.
Refleksi
Bacalah Daniel 6:1-28 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 68-69; Kisah Para Rasul 24