DIUTUS DAN MENGUTUS

“Maka kata Yesus sekali lagi: ”Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: ”Terimalah Roh Kudus.” – Yohanes 20:21–22

 

Yesus datang ke dunia sebagai Pribadi yang membawa misi, dan Ia meninggalkan dunia dengan memanggil umat-Nya untuk melakukan misi yang sama.

 

Sejak awal, Yesus sudah menegaskan bahwa Ia datang untuk memberitakan kabar baik: “kata-Nya: ”Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (‭‭Mrk.‬ ‭1‬:‭15‬)‬‬. Hal itu tetap berlaku hingga sekarang, jadi sangat masuk akal bahwa sudah menjelang akhir pelayanan-Nya di bumi, ketika Tuhan mengutus murid-murid-Nya untuk melanjutkan misi itu. Ketika menampakkan diri kepada sahabat-Nya di malam Paskah pertama setelah kebangkitan-Nya, Yesus segera mengutus mereka untuk memberitakan jalan pengampunan dan mengingatkan bahwa Roh Kudus akan menolong mereka di saat Ia tidak lagi bersama mereka secara fisik.

 

Bagi para murid, beberapa hari sebelumnya terasa begitu berat. Dalam waktu hanya 72 jam, mereka sudah mengalami Perjamuan Kudus pertama, melihat Guru sekaligus Sahabat mereka diadili dan disalibkan secara tidak adil, dan telah memulai proses duka yang mendalam. Tetapi kesedihan itu berubah total ketika Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada mereka. Sejak saat itu, hidup mereka berarti satu hal: melakukan apa yang Yesus minta—memberitakan kisah menakjubkan ini, kabar baik, pengampunan, dan kasih Allah. Mereka hidup untuk itu, dan sebagian besar dari mereka bahkan rela mati untuk itu.

 

Hanya beberapa minggu kemudian, kita menemukan Petrus berkhotbah. Ia memulai dengan berkata:
“Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mukjizat-mukjizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu.” (‭‭Kis. ‭2‬:‭22‬-‭24‬ )

 

Petrus secara langsung membahas situasi yang dihadapi para pendengarnya: mereka adalah pemberontak yang tidak layak menerima kebaikan Allah, yang telah menolak Raja yang diutus Allah untuk tinggal diantara mereka dan menyatakan diri-Nya kepada mereka. Namun sekarang Allah yang sama telah menghukum Anak tunggal-Nya sebagai ganti orang berdosa dan menawarkan pengampunan kepada mereka melalui mulut salah seorang pengikut Yesus.

 

Panggilan Kristus untuk kita memberikan alasan atas pengharapan yang ada dalam diri kita (1 Ptr. 3:15) tidak berbeda dengan panggilan yang Ia berikan kepada murid-murid-Nya saat itu. Kita dikelilingi oleh kematian, keputusasaan, kekosongan, penyesalan, dan ketakutan. Setiap waktu, Kita semua terus-menerus menatap masa depan yang tidak pasti. Orang-orang di sekitar kita perlu tahu bahwa hanya di dalam Yesus mereka dapat  menemukan pengampunan dan damai sejahtera. Puji Tuhan, Roh-Nya berjalan di depan kita.

 

Apa yang akan berubah dalam perkataan Anda kepada orang lain jika Anda sungguh menyadari bahwa Anda diutus kepada mereka oleh penetapan ilahi, sebagai bagian dari misi ilahi? Yesus berkata, “Sama seperti Bapa mengutus Aku,“ kata Yesus, “demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”

 

Refleksi

Bacalah Yohanes 20:19-21 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

 

1. Kebenaran Injil mana yang mengubahkan hati saya?

2. Hal apa yang perlu saya pertobatkan?

3. Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 146-147; Yohanes 1:1-28