TRANSPARAN
Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu. Kisah Para Rasul 20:18-20
Dalam pertemuannya dengan para penatua gereja Efesus, Paulus mengingatkan saudara-saudara seimannya bahwa hidup dan tindakannya di antara mereka sangat transparan dan jujur. Dia sama sekali tidak seperti penjual yang tidak jujur yang sangat berharap Anda akan membeli mobil bekas dan meninggalkan tempat itu sebelum Anda melihat bahwa lantai mobil yang dijual berkarat tetapi ditutupi karpet.
Waktu Paulus di Efesus bukanlah kunjungan singkat seorang penginjil keliling yang sekadar datang, membuat orang-orang menyukainya, dan kemudian pergi lagi. Tidak, dia telah menghabiskan setidaknya dua tahun di sana, terlibat aktif, mengajarkan Injil, dan membangun gereja (Kisah Para Rasul 19:1–20:1). Orang-orang di Efesus telah melihatnya di jalan-jalan dan di pasar. Banyak dari mereka telah berkesempatan untuk berbicara secara pribadi dengannya. Mereka pasti tahu bahwa ketika dia mengatakan bahwa dia melayani Tuhan dengan sangat rendah hati, dia mengatakan kebenaran. Mereka telah melihat air matanya buat mereka dan pencobaan yang dia hadapi di antara mereka.
Dengan kata lain, pelayanan Paulus dan hati Paulus transparan. Tidak ada yang perlu disembunyikan, dan dia tidak akan pernah berusaha untuk melakukannya. Paulus kemudian menulis kepada jemaat di Korintus tentang perlunya transparansi, dengan mengatakan, “Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah” (2 Korintus 4:2). Dia juga menekankan pentingnya keterbukaan kepada anak didiknya, Timotius: “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu” (1 Timotius 4:16).
Paulus percaya bahwa orang Kristen harus menutup kesenjangan antara apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka hidup. Kuasa dan efektivitas firman Tuhan dapat dirusak jika tidak ada keterbukaan di pihak orang yang membawa kabar baik.
Ketika Anda membagikan harapan dan kebenaran Injil, mereka yang mendengarkan seharusnya dapat menyelidiki kehidupan Anda dan memastikan bahwa Anda sungguh-sungguh percaya pada kebenaran yang Anda nyatakan. Di dalam dan di luar gereja, cara hidup Anda seharusnya meneguhkan Injil sama seperti kata-kata yang Anda ucapkan. Ini tidak berarti Anda akan bebas dari dosa; ini berarti bahwa hidup Anda akan mencerminkan bahwa Anda telah diubahkan oleh kasih karunia Allah. Berdoalah agar Allah akan membantu Anda, dengan kasih karunia-Nya, untuk menjadi kesaksian hidup tentang kebenaran pesan yang Anda nyatakan.
Refleksi
Bacalah Kisah Para Rasul 19:1-20 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 28–29; Kisah Para Rasul 7:1–21