8 JULI

KEADILAN YANG TAK TERDUGA

Apabila seseorang membuat orang sesamanya bercacat, maka seperti yang telah dilakukannya, begitulah harus dilakukan kepadanya: patah ganti patah, mata ganti mata, gigi ganti gigi; seperti dibuatnya orang lain bercacat, begitulah harus dibuat kepadanya. Imamat 24:19-20

 

Kita mungkin pernah membaca ayat ini dan berpikir ayat ini terlalu keras dan tidak mencerminkan Allah yang penuh kasih. Namun, prinsip Perjanjian Lama ini bukan tentang membalas dendam musuh secara tidak terbatas. Sebaliknya, ayat ini ditulis untuk memastikan bahwa hukuman atas kejahatan itu sepadan, dan hukuman tersebut tidak dapat menggantikan, kerusakan yang telah dilakukan. Hal itu merupakan perlindungan terhadap tindakan balas dendam yang berlebihan sekaligus memastikan bahwa keadilan ditegakkan.

 

Banyak orang yang heran dengan kegagalan budaya Barat untuk menyesuaikan hukuman dengan kejahatan. Misalnya, bayangkan seseorang mencuri jutaan dolar melalui skema yang rumit dan berlangsung selama puluhan tahun. Setelah berbulan-bulan menjalani pengadilan, orang itu mungkin akan dijatuhi hukuman penjara selama bertahun-tahun. Namun, korban kejahatan yang tak terhitung jumlahnya masih tidak punya uang. Dari sudut pandang Kitab Suci, penjahat harus bekerja keras sampai mereka membayar kembali kepada semua orang apa yang telah diambil. Dengan cara itu, hukuman akan setimpal dengan kejahatannya.

 

Agar keadilan ditegakkan, hukuman harus dilakukan. Dan setiap orang mendambakan keadilan semacam ini, jauh di lubuk hati. Ketika membahas perlunya akhir yang memuaskan bagi protagonis yang memiliki kekurangan dalam film dan drama, Sara Colleton, seorang produser eksekutif televisi, berkomentar, "Terserah apakah Anda ingin menyebutnya pembalasan, tapi menurut saya istilah itu terlalu Alkitabiah, yang pasti ada kebutuhan untuk penilaian moral yang terakumulasi dengan karakter-karakter ini, yang tidak dapat mereka hindari."

 

Fakta bahwa kita tahu keadilan perlu ditegakkan merupakan indikasi bahwa kita diciptakan oleh Allah sebagai makhluk moral. Kita semua memiliki kesadaran internal tentang "keharusan," tidak peduli seberapa keras kita mencoba untuk menyangkalnya.

 

Namun, dalam Alkitab, keadilan tertinggi disampaikan dengan cara yang sama sekali tidak terduga yang memuaskan tidak hanya keinginan kita untuk keadilan tetapi juga keinginan kita untuk penerimaan. Meskipun kita adalah para penjahat yang pantas diadili, ada orang lain telah mengambil semua ketidakbenaran moral, korupsi, dan ketidakpedulian kita. Hukuman yang pantas untuk kejahatan kita adalah kematian—tetapi Yesus Kristus, Putra Allah, menanggung hukuman itu menggantikan kita dan sebagai gantinya memberi kita apa yang diperlukan untuk hidup sebagai duta-Nya dan mati sebagai sahabat-sahabat-Nya.

 

Jika Anda telah memegang jubah kebenaran itu, jangan pernah lupa bahwa Anda tidak layak menerimanya. Hari ini, bersukacitalah lagi dalam kasih karunia Allah. Pembalasan-Nya yang benar telah dipuaskan melalui Kristus. Seperti yang telah Anda lakukan, demikian pula yang telah dilakukan kepada Yesus. Hukuman-Nya sesuai dengan kejahatan Anda. Maka sekarang Hakim Anda memeluk Anda dalam kasih-Nya dan memanggil Anda sebagai anak-Nya. Inilah alasannya orang Kristen bisa tetap rendah hati, aman dan merasa dikasihi. 

 

Refleksi

Bacalah Galatia 3:10-14 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

  • Pola pikir apa yang harus saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini?

 

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 32-34; Kisah Para Rasul 7:44-60