BERMEGAH DALAM KELEMAHAN

“Tetapi barangsiapa bermegah, hendaklah dia bermegah di dalam Tuhan." Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan. 2 Korintus 10:17-18

 

Dunia mendorong kita untuk percaya pada diri sendiri dan membanggakan pencapaian kita. Baik di zaman Paulus maupun sekarang, semakin banyak kita menceritakan tentang diri sendiri—apa yang telah kita lakukan dan rencanakan—semakin besar peluang kita untuk sukses dan diterima oleh orang lain. Tanpa disadari, cara berpikir ini bisa merasuki hidup kita, bahkan dalam pelayanan. Kita mulai bertanya, "Apakah saya telah melakukan hal-hal besar? Apakah saya disukai? Apakah saya berhasil?" Namun, Paulus mengingatkan, "Bukan apa yang Anda katakan tentang diri Anda yang penting, tetapi apa yang Allah katakan tentang Anda" (2 Korintus 10:18, MSG).

Surat kedua Paulus kepada jemaat Korintus sangat pribadi. Di dalamnya, Paulus membela pelayanannya dari kritik yang ia terima. Bukan karena ia peduli dengan reputasinya, tetapi karena ia mengasihi jemaat yang dipercayakan kepadanya. Dari situ, kita belajar tentang kesombongan dan kerendahan hati.

Paulus sebenarnya bisa saja membanggakan dirinya di hadapan para pengkritiknya (2 Korintus 11:21b-23a), tetapi ia memilih jalan lain (ayat 23b-29). Alih-alih menonjolkan status dan keberhasilannya, ia justru menceritakan penderitaan dan kelemahannya. Baginya, kelemahan adalah anugerah—jalan untuk mengenal dan mengalami kuasa Allah. Prinsip ini sering terlupakan. Kita cenderung ingin terlihat hebat dan sukses, seakan semuanya karena usaha sendiri. Kita menyembunyikan kelemahan dan malah memoles diri agar terlihat lebih baik. Padahal, seperti bejana tanah liat (2 Korintus 4:7), keindahan dan nilai kita bukan terletak pada diri sendiri, tetapi pada kuasa Kristus yang bekerja melalui kita, bahkan dalam kelemahan kita.

Kita tidak bisa mengklaim karya Allah seolah-olah itu hasil usaha kita, atau membanggakan apa yang Allah lakukan melalui kita seakan itu karena kehebatan kita sendiri. Kesombongan rohani adalah hal yang berbahaya—itu membuat kita lupa akan salib. Karena itu, baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, pastikan hati kita tetap menyanyikan lagu yang sama: .

 

Semua milikku hanya kut'rima,

Waktu kupercaya pada Yesus,

Congkak dan megah aku tolak,

Ku hanya seorang berdosa.

- Aku Hanyalah Seorang Berdosa, James M. Gray

 

Refleksi

Bacalah 2 Korintus 11:21b-33 dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut

  • Pola pikir apa yang perlu saya ubah?
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya?
  • Apa yang bisa saya terapkan hari ini? 

 

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 11–13; 1 Korintus 5

Truth For Life – Alistair Beg