HARI KE 19: ISRAEL SANG HAMBA

 

Ayat Bacaan: Yesaya 49:1-6 (TB)

1 Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. 

2 Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. 

3 Ia berfirman kepadaku: "Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku." 

4 Tetapi aku berkata: "Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna; namun, hakku terjamin pada TUHAN dan upahku pada Allahku." 

5 Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya — maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi kekuatanku —, firman-Nya: 

6 "Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi."

 

Perenungan:

Bagaimana kita tahu Allah itu baik? Yesaya 49 dimulai sebagai sebuah surat yang dikirim ke segala bangsa (ayat 1, “daerah pesisir … dan orang-orang dari jauh”), namun surat ini dibaca dan didengar oleh orang-orang Israel. Sesungguhnya penulis sedang berkomunikasi kepada semua orang. Orang-orang Yahudi yang berada di pengasingan merindukan untuk dapat kembali ke tanah asal mereka, dan mereka bertanya-tanya dari manakah keselamatan itu akan datang. 

 

Yesaya membuat pernyataan yang mengherankan, yaitu bahwa “sang hamba” (ayat 3), yang telah dinubuatkan, akan datang dan membawa bangsa itu kembali, namun caranya tidak dengan kekuatan militer, melainkan melalui kuasa perkataan-Nya (ayat 2). Artinya, apa yang dikatakan dan dilakukannya akan membawa keselamatan yang sesungguhnya, dan bukan sekadar pembebasan secara fisik.

 

Yang menarik adalah hamba yang misterius ini disebut Israel (ayat 3) — dan meskipun ia adalah seorang manusia, ia adalah sosok sempurna yang mewujudkan seluruh karakteristik yang seharusnya dimiliki oleh bangsa Israel. Kita perlu mengingat bahwa dari sejak semula bangsa Israel dimaksudkan untuk menjadi berkat bagi semua bangsa (Kejadian 12), sebuah perintah yang tidak pernah dapat mereka penuhi. Lalu siapa yang dapat melakukannya? Pribadi ini haruslah seorang yang sempurna agar bisa menjadi Israel yang sesungguhnya, dan tidak hanya menyelamatkan orang  Yahudi saja, tetapi juga agar Allah benar-benar dimuliakan (ayat 3) dan menjadi “terang bagi segala bangsa” (ayat 6).

 

Kita tahu bahwa Allah itu baik karena meskipun Ia melihat umat-Nya yang tidak patuh, Dia sendiri yang membawa umat-Nya kembali ke dalam hubungan dengan-Nya (ayat 5). Bagaimana caranya? Ayat 6 mengatakan, “supaya keselamatan-Ku sampai ke ujung bumi,” namun di dalam bahasa aslinya kalimat tersebut diungkapkan dengan lebih jelas, yaitu “untuk menjadi keselamatan-Ku sampai ke ujung bumi.” Yesus sebagai hamba bukan sekadar sarana keselamatan dari Allah tetapi Ia adalah keselamatan itu sendiri — melalui kematian dan kehidupan-Nya.

 

Pertanyaan Reflektif:

  • Apakah saya telah mencerminkan Kristus melalui perilaku dan ucapan saya? Hal apakah yang belakangan ini menghambat saya untuk menjadi saksi Kristus bagi orang lain? 
  • Apa yang perlu dikalibrasi dalam hati saya melalui perenungan hari ini?

 

Doa:

Tuhan Yesus, Sang Hamba dan Penebus saya yang menderita, Engkau telah memulihkan saya dengan Allah Bapa melalui karya keselamatan-Mu. Berilah saya hati yang taat untuk senantiasa hidup dalam tuntunan kasih dan kebenaran-Mu. Dalam nama Kristus. Amin.