Yohanes 10 : 11 - 16
11Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 12sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 13Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. 14Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. 16Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Kalau ada perkataan gembala yang baik maka artinya ada gembala yang tidak baik. Pada waktu itu banyak tuan tanah dan pemilik domba yang tidak punya waktu karena mengurusi perdagangan di perkotaan sehingga mempekerjakan gembala-gembala upahan. Dan karena hanya seorang upahan dan bukan pemilik maka para gembala itu bisa berbuat semaunya terhadap domba-domba yang dipercayakan kepada mereka. Bisa saja selama berminggu-minggu mereka membawa domba-domba itu ke padang mencari rumput. Lalu saat kembali mereka mengatakan kepada pemiliknya bahwa di tengah perjalanan pulang beberapa domba mati dimakan serigala. Siapa yang bisa membuktikan perkataan mereka benar atau tidak? Di tengah perjalanan bisa saja gembala upahan itu mencuri dan menjual beberapa domba dan melaporkan domba-domba itu hilang, pemilik tidak bisa mengecek kebenaran perkataannya. Itu sebab maka persepsi mengenai gembala menjadi negatif di dalam era jaman Tuhan Yesus. Bahkan mereka tidak diijinkan untuk masuk di bait Allah karena dianggap najis.
Maka sangat menarik sekali, Tuhan sengaja menyuruh malaikat menyampaikan berita mengenai kelahiran Mesias kepada para gembala yaitu orang-orang yang dianggap paling hina pada waktu itu. Dan Injil Lukas mencatat ketika para gembala itu masuk ke kota dan menceritakan kabar kelahiran itu, reaksi orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa? Karena mereka tidak percaya akan perkataan gembala yang suka menipu itu. Dan pada waktu Yesus mengatakan kalimat, “Aku adalah Gembala yang Baik ” maka Dia ingin membawa orang-orang tersebut untuk melihat siapa diriNya.
Yohanes 10:11-13
11Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 12sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. 13Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.
GEMBALA PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU
Ada perbedaan antara gembala Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pada Perjanjian Lama maka gembala adalah pekerjaan yang mulia seperti Daud adalah seorang gembala yang akhirnya menjadi raja. Bahkan Allah menggambarkan diriNya sebagai gembala atas bangsa Israel. Namun identitas gembala itu menjadi rusak pada waktu jaman Yesus. Dan Yesus ingin mengembalikan gambar gembala itu pada yang sesungguhnya.
Selama masa itu bangsa Yahudi terus-menerus mengalami penjajahan. Dan dalam 400 tahun sebelum Yesus lahir, begitu banyak perang dan pemberontakan yang terjadi. Tercatat bahwa kerajaan Babel menghancurkan Kerajaan Yehuda dan membawa seluruh perkakas Bait Allah ke Babel dan juga membawa orang-orang muda, seperti Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Lalu Babel runtuh dan kerajaan Persia dan kemudian Yunani menguasai dunia. Selanjutnya bangsa Yahudi yang pulang ke Yerusalem dari pembuangan kemudian mengalami tekanan dan penjajahan Romawi.
Jadi pada waktu itu bangsa Israel menantikan Mesias yang mereka pikir akan seperti Daud yang perkasa dan akan membawa kemerdekaan bagi bangsa Israel dan mengembalikan Israel pada kejayaan kerajaannya.
Sebab itu pada waktu Yesus berkata “ Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; dan orang Farisi mendengarkan hal ini maka mereka merasa bahwa Yesus bukanlah Mesias yang mereka tunggu-tunggu. Sebab yang mereka tunggu adalah Mesias yang hebat dan perkasa, bukan seperti gembala yang waktu itu dianggap hina dan korup. Apalagi ditambah dengan “yang mau memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ‘ maka itu adalah hal yang tidak masuk akal pada waktu itu.
Perlu kita ketahui bahwa gembala di dalam Perjanjian Lama paling tidak selalu membawa tiga senjata. Yang pertama, senjata seperti yang dipakai oleh Daud membunuh Goliat yaitu ali-ali atau sling. Yang kedua, tongkat yang bengkok di ujungnya, untuk menarik leher domba yang jatuh ke jurang. Yang ketiga adalah gada untuk memukul serigala dan binatang buas yang hendak menyerang domba-domba. Itulah yang digambarkan di dalam Mazmur 23 dimana Allah menggembalakan kita dengan tongkat dan gada. Namun sepanjang 400 tahun maka orang Israel tidak memiliki pandangan yang baik tentang gembala.
1. YESUS GEMBALA YANG BAIK MEMBERIKAN NYAWANYA BAGI DOMBA-DOMBANYA
Ketika Yesus mengatakan “ Akulah gembala yang baik “ maka point pertama yang ingin Dia sampaikan adalah bahwa Dia ingin mengembalikan bahwa image bahwa Tuhan yaitu Yahweh, Aku adalah Aku, itu menyatakan kesetaraan diriNya dengan Tuhan. Dan Dia yaitu Tuhan sendiri mau menggembalakan domba-dombaNya kembali. Namun menggembalakannya bukan dengan mengalahkan musuh melalui keperkasaanNya tetapi dengan cara memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya.
Yesus memberikan point yang pertama ini yaitu “ Gembala yang baik memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya.” Penggambaran Yesus sebagai pintu maupun penggambaran Yesus sebagai gembala sama-sama berhubungan dengan keselamatan. Sebagai pintu, Yesus merupakan satu-satunya jalan masuk pada keselamatan dan sebagai gembala maka Yesus menyerahkan nyawaNya untuk domba-dombaNya.
Ketika Martin Luther merenungkan kalimat yang Yesus katakan yaitu “ Eli Eli Lama Sabakhtani “ maka dia mengeluarkan pernyataan “ God Forsaking God! No Man Can Understand That” yang artinya Tuhan meninggalkan Tuhan dan tidak ada yang bisa mengerti. Maksud dari kalimat itu dijelaskan dalam 2 Korintus 5:21yang mengatakan itulah saat dimana Ia yang tidak berdosa menjadi berdosa. Kapankah hal itu terjadi? Hampir semua teolog setuju dengan apa yang dikatakan oleh Martin Luther yaitu momen dimana Yesus menjadi berdosa adalah saat di kayu salib yaitu waktu dimana Ia berseru, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Setiap kali Yesus berdoa kepada Allah, Ia selalu menyebutnya “Bapa.” Pada waktu Yesus berada di atas kayu salib, kalimat pertama yang Ia ucapkan adalah, “Bapa, ampunilah mereka…” Bahkan di akhir penyaliban, ketika Yesus menghembuskan nafas terakhir, Ia berseru, “Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu…” Tidak ada sesaat pun di dalam hidupNya, Yesus Kristus tidak memiliki relasi begitu intim antara Bapa dan Anak, kecuali di satu momen yang sangat penting di atas kayu salib, Yesus tidak memanggil Allah Bapa, hanya satu kali, dan kali itu adalah pada waktu Ia menanggung dosa kita. Itu sebab Ia berseru, “AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Itu adalah prinsip Alkitab yang benar, sekalipun Ia adalah Anak, tetapi pada saat Ia menanggung dosa kita Ia terhitung sebagai orang berdosa dan reaksi Allah yang suci kepada orang berdosa adalah memalingkan wajahNya, karena mata Tuhan terlalu suci untuk melihat dosa. Sehingga pada waktu Allah berbalik meninggalkan AnakNya, itu adalah momen yang paling menyedihkan bagi Yesus Kristus, karena tidak ada bagian di dalam hidupNya Ia berpisah sejenakpun dengan Bapa. Pada saat Bapa membalikkan diri, Yesus berseru dengan seluruh kepedihan hati.
Yesus tidak sepatutnya mati di kayu salib sebab itu melanggar prinsip Allah sendiri. Apa prinsip Allah? Upah dosa adalah maut. Ibrani 4:15 mengatakan selama Yesus hidup di dalam dunia, Ia tidak melakukan dosa. Maka Yesus mati di kayu salib jelas bukan karena dosaNya. Ini penting sekali untuk dimengerti. Maka kematian Kristus di kayu salib itu adalah kematian sebab Ia mengambil tindakan menjadi pengganti kita. Di dalam teologi itu disebut “Penal Substitutionary Atonement.” Kematian Yesus Kristus di kayu salib menebus kita bersifat mengganti
2. YESUS SANG GEMBALA MENGENAL DOMBA-DOMBANYA DAN DOMBA-DOMBANYA MENGENAL DIA
Yohanes 10:14 - 16
14Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 15 sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. 16Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Ini adalah sesuatu yang membuat kita aman sebab Yesus sang gembala itu mengenal domba-dombanya. Karena Yesus mengenal kita itu artinya keselamatan yang Dia berikan itu sifatnya pasti.
Yohanes 10:26 - 29
26tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. 27Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, 28dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. 29Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Berbicara tentang keselamatan maka Matt Chandler dalam bukunya “Doctrin of Irresistible Grace “ mengatakan bahwa Yesus tidak akan mati bagi mereka yang mungkin akan diselamatkan tetapi Dia mati untuk yang pasti akan diselamatkan . Jadi rencana keselamatan bagi orang-orang pilihannya tidak akan pernah gagal.
Selanjutnya di ayat 16 dikatakan bahwa ‘domba-domba yang lain, yang bukan dari kandang ini’.Kata-kata ‘bukan dari kandang ini’ menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang non Yahudi yang pada saat itu belum percaya tetapi mereka sudah disebut sebagai ‘domba’.
3. YESUS SANG GEMBALA MENYELAMATKAN, MELINDUNGI, MEMIMPIN, MENUNTUN MENYEDIAKAN DAN MEMELIHARA
Yohanes 10:16 b
16b domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.
Yesus yang adalah pintu sekaligus gembala dan ketika memanggil domba-dombaNya satu persatu maka Dia juga akan memeriksanya satu persatu. Dan sekiranya ada luka akan dirawat dan yang kotor akan dibersihkan. Demikian juga dalam hidup kita maka apapun yang sedang kita alami maka Yesus sang gembala itu tidak hanya melihat kita sebagai kawanan tetapi juga secara pribadi dimana Dia mengerti semua yang kita alami sehingga kita bisa merasa tenang.
Galatia 3: 23 -26
3:23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. 3:24 Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. 3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun. 3:26 Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.
Sebelum Yesus datang dan berkata Akulah Gembala Yang Baik maka bangsa Israel dituntun oleh seperangkat hukum-hukum dan peraturan yang menunjukkan kesalahan dan kekurangan tetapi tidak bisa mengubah hidup. Dan Yesus datang untuk memenuhi hukum itu sehingga sekarang Yesus yang menyelamatkan, melindungi, memimpin, menuntun, menyediakan dan memelihara kita.
Mikha 5:1, 3-4
Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata,hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. 3Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan Tuhan,dalam kemegahan nama Tuhan Allahnya; mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi,4 dan DIA MENJADI DAMAI SEJAHTERA. (He Shall Be Their Peace)
St.Augustine pernah berkata “ Sebab Tuhan menciptakan kita untuk DiriNYA Sendiri, Dan hati kita tidak dapat tenang sampai kita menemukan ketenangan hanya di dalam Tuhan. “
Yesus bukan hanya menunjukkan kepada kita terang tetapi Dialah terang itu. Yesus bukan hanya menunjukkan dimana ada roti hidup tetapi Dialah Roti Hidup itu. Yesus bukan hanya menunjukkan pintunya dimana tetapi Dialah pintu bagi domba-dombaNya. Yesus bukan hanya menunjukkan kepada kita penuntun tetapi Dialah penuntun kita, penyelamat kita, pelindung kita dan sang Gembala Agung kita. Dia tidak menyuruh kita mengikuti Dia namun Dia tinggal di dalam kita dan memampukan kita untuk berjalan bersama Dia.