Bahaya Dosa Kompromi

FROM JUDGES TO JESUS WEEK 1 "Bahaya Dosa Kompromi" 

Ps. Michael Chrisdion




Pembacaan                : Hakim-Hakim 1:1 – 2:5

Kita mengawali Sermon Series kita yang berjudul From Judges to Jesus yang terambil dari kitab Hakim-Hakim. From Chaos to Christ. Dari kekacauan kepada penebusan Kristus. Khotbah ini mengeksplorasi pola siklus dosa bangsa Israel, yaitu adanya hukuman, ada pertobatan, ada pembebasan. Pola yang terjadi dalam Kitab Hakim-Hakim ini ternyata pola ini juga terjadi kepada kita. Dan kita akan membahasa mengenai “Bahaya Dosa Kompromi”. 

Baca : Hakim-Hakim 2:1-5
1. Lalu Malaikat Tuhan pergi dari Gilgal ke Bokhim dan berfirman: “Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan Kubawa ke negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya,
2. tetapi janganlah kamu mengikat perjanjian dengan penduduk negeri ini; mezbah mereka haruslah kamu robohkan. Tetapi kamu tidak mendengarkan firman-Ku. Mengapa kamu perbuat demikian?
3. Lagi Aku telah berfirman: Aku tidak akan menghalau orang-orang itu dari depanmu, tetapi mereka akan menjadi musuhmu dan segala allah mereka akan menjadi jerat bagimu.”
4. Setelah Malaikat TUHAN mengucapkan firman itu kepada seluruh Israel, menangislah bangsa itu dengan keras.
5. Maka tempat itu dinamai Bokhim. Lalu mereka mempersembahkan korban di sana kepada TUHAN.

Memang kitab Hakim-Hakim bukanlah kitab yang populer untuk dikhotbahkan. Menurut para pakar Alkitab, kitab ini adalah kitab terburuk di dalam Alkitab. Kitab yang paling mengerikan dan gelap. Karena di dalamnya ada kekerasan, pengorbanan anak, potongan dari tubuh seseorang, dan mengerikan sekali. Biasanya yang dikhotbahkan dari kitab ini adalah kisah Gideon, Simson, dan mungkin Debora. Di awal kitab, bangsa Israel memulai dengan baik (Hak. 1:1), tapi di akhir kitab ini, bangsa Israel mengalami kekacauan dan kerusakan moral (Hak. 21:25). Bangsa Israel mengawalinya dengan bertanya kepada Tuhan, tetapi di akhir dicatat bahwa mereka berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.

Lalu apa yang terjadi di dalam kitab Hakim-Hakim? Apa yang salah? Tema kitab Hakim-Hakim yaitu bagaimana bangsa Israel terus berkompromi dengan dosa sehingga akhirnya semakin menjadi sama seperti bangsa Kanaan (kisah bagaimana umat Tuhan menghancurkan dirinya sendiri). Ini bisa terjadi dalam kehidupan kita. Kita hidup di dunia yang memiliki pengaruh sangat kuat (lagu-lagu, film-film, media sosial). Jika tidak waspada, kita yang percaya Kristus dapat mudah tergoda dan terlena untuk berkompromi, dan mengikuti sistem & pola dunia. Jika kita tidak waspada dengan pengaruh dunia, maka lama-kelamaan keyakinan kita terkikis. Kita yang percaya pada Kristus dapat mudah terbius, tergoda, terlena, dan berkompromi dengan sistem dan pola dunia. Kita perlu belajar dari kitab ini.

2 pasal kitab Hakim-Hakim adalah pengantar yang panjang atas pasal-pasal berikutnya. Untuk itu ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah minggu ini:

          1. BERKAT DI DALAM MEMPERCAYAI & MENTAATI TUHAN

Bagian ini bukan berarti kita percaya dan mentaati Tuhan supaya mendapatkan berkat. Tetapi memang  Alkitab memberikan sebuah prinsip. Waktu Tuhan mau umat-Nya mempercayai Dia, hidup untuk Tuhan adalah berkat terbesar dibandingkan semua berkat yang ditawarkan dunia. Berkat tidak selalu tentang harta, uang, materi, dll. Hidup bersama dan disertai Tuhan, Itulah berkat terindah.

Lihat Hakim-Hakim 1:1-3. Jadi, ada arahan Tuhan (Yehuda harus maju terlebih dahulu), dan jaminan ilahi, serta kekuatan ilahi dari Tuhan (Aku telah menyerahkan tanah itu ke dalam tangannya). Harusnya Yehuda maju tanpa bantuan orang lain. Yang harus mereka lakukan adalah mempercayai dan menaati Tuhan. Tetapi kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Alih-alih mempercayai Tuhan dan menjadi yang pertama bertarung, Yehuda justru mengajak dan meminta bantuan Simeon. Mungkin ini hal yang masuk akal untuk mencari bantuan dalam pertempuran. Bahkan ada beberapa khotbah mengatakan bahwa ini adalah tanda persatuan dan Tuhan memberkati persatuan di antara umat-Nya.

Namun beberapa komentator setuju bahwa yang dilakukan Yehuda adalah kompromi. Yehuda taat sama Tuhan setengah hati. Apa yang dilakukan Yehuda adalah hal yang masuk akal, secara militer. Namun secara spiritual menunjukkan kurangnya iman. Yehuda gagal untuk taat sepenuhnya. Ketaatannya adalah ketaatan setengah hati. Tapi meskipun Yehuda memiliki ketaatan yang setengah hati, Tuhan masih memberkati penaklukan mereka. Lihat apa yang terjadi.

Lihat Hakim-Hakim 1:4-10. Yehuda menang melawan semua musuh mereka. Tapi satu hal yang harus diperhatikan. Salah satu masalah yang paling umum yang sering ditanyakan tentang kitab ini. Mengapa Tuhan memberikan perintah seperti ini? Bagaimana Tuhan bisa membiarkan pembunuhan banyak orang yang tidak bersalah di Kanaan? Ini sangat kejam dan tidak adil.

Ini adalah pertanyaan yang sangat bagus. Tapi kita perlu baca apa yang tadi dikatakan Adoni-Bezek (ay. 7)? Ketika Yehuda menangkap raja Adoni-Bezek dan memotong ibu jari dan jempol kakinya, dia tidak berkata, “Ini tidak adil.” Justru dia berkata, “Apa yang telah aku lakukan untuk pantas menerima hukuman yang begitu kejam? Ternyata raja ini sudah melakukan pemotongan jari kepada 70 raja yang lain. Jadi dia ini bukan orang yang baik-baik, dia sadis dan kejam. Artinya, orang Kanaan itu bukan orang yang baik-baik dan tidak bersalah. Mereka adalah orang yang jahat dan keji di mata Tuhan. 

Di dalam Ulangan 18:9-14 & Imamat 18:6-30, Allah menugaskan bangsa Israel untuk mengusir orang Kanaan karena kejahatan & kekejian dosa mereka yang sangat besar. Israel adalah alat penghakiman-Nya. Namun, hal seperti ini sudah tidak ada lagi di zaman sekarang karena semua penghakiman yang seharusnya dijatuhkan sudah diserap Yesus. Gereja sekarang menjadi perpanjangan kasih dan kebaikan Allah.

Di tengah kisah perang penaklukan Kanaan, kitab isa melihat cerita romansa yang indah. Cerita ini adalah miniatur dari apa yang seharusnya terjadi atas semua Israel. Lihat Hakim-Hakim 1:11-18. Kisah di mana Kaleb menawarkan putrinya kepada pria yang berani mempercayai Tuhan dan menyerang Kiryat-Sefer. Dan Otniel merespons dengan ketaatan yang berani terhadap firman Tuhan. Dia menangkap kota itu dan menikahi Akhsa, putri Kaleb. Dan pernikahan Otniel dengan Akhsa berkembang. Akhsa melakukan perannya sebagai istri yang mengambil inisiatif untuk mendukung suaminya. Mereka melakukan yang terbaik untuk menetap di tanah perjanjian dan menikmati berkat Tuhan. Jadi, yang kita miliki adalah gambaran pernikahan yang diberkati di tanah subur. Inilah yang Tuhan inginkan untuk seluruh Israel ketika mereka mempercayai dan menaati Tuhan. Jadi, apa pelajaran untuk kita? Otniel menaruh kepercayaannya kepada Tuhan bukan kepada manusia.

            “Tuhan menginginkan kepercayaan dan ketaatan umat-Nya.”

Kepercayaan dan ketaatan kepada tuhan membawa kemajuan di dalam kehendak tuhan. Sebenarnya Yehuda tidak perlu berkompromi/taat setengah hati karena Tuhan sudah berjanji.  Bahkan mereka menerima janji sebelum pertempuran dimulai, bahwa mereka sudah menang (ay. 2). Alasan Yehuda menang itu bukan karena strategi perang, atau kekuatan militer, tetapi penyertaan dan janji Tuhan.

“Saat kita memiliki kehadiran & janji Tuhan, kita tidak memiliki alasan untuk takut di dalam menghadapi apapun.”

Keadaan apapun yang kita hadapi bahkan buruk menurut dunia, tetapi kalau Tuhan hadir bersama kita, maka itu adalah berkat bagi kita. Kapan terakhir kali kita mempercayai janji Tuhan? Kapan terakhir kali kita memilih percaya dibanding takut/khawatir?

          2. BAHAYA DOSA KOMPROMI

Hakim-Hakim 1:19, tertulis

19. Dan Tuhan menyertai suku Yehuda, sehingga mereka menduduki pegunungan itu; tetapi mereka tidak dapat menghalau penduduk yang di lembah, sebab orang-orang ini mempunyai kereta-kereta besi.

Ini agak aneh. Tuhan menyertai tapi mereka tidak bisa menghalau karena musuhnya punya kereta-kereta besi. Apakah Tuhan kalah terhadap kereta-kereta besi? Sebenarnya bukan mereka tidak bisa, tetapi mereka tidak mau.

Timothy Keller dalam Judges for You (hlm. 11) mengatakan:

“Bukan kurangnya kekuatan yang menghalangi kita untuk menyembah Tuhan dengan sepenuh hati atau menikmati berkat Tuhan; namun masalah sesungguhnya adalah kurangnya kepercayaan kita kepada kekuatan Tuhan.”

Bukan Yehuda yang tidak mampu, tetapi Yehuda tidak mau. Yehuda gagal mempercayai Tuhan. Mereka mengukur kekuatan mereka terhadap kereta musuh hingga melupakan kekuatan Tuhan. Malah mereka berkompromi, mengambil jalan pintas, dan membuat perjanjian dengan musuh.

“Saat mengandalkan diri sendiri serta perhitungan kita sendiri dan tidak lagi mempercayai Tuhan, maka kita sering jatuh dalam dosa ber-kompromi. Dosa kompromi ini mungkin tampak kecil dan tidak signifikan awalnya, tetapi konsekuensinya sangat besar.”

Kalau kita baca Hakim-Hakim 1:20-36, orang Israel menduduki Kanaan namun tidak menghalau penduduk Kanaan seperti yang diperintahkan Tuhan, malah membuat perjanjian dengan penduduknya. Mereka harusnya mengusir orang Kanaan, tetapi mereka tidak mengusir (ay. 22-25). Bahkan mereka sampai tinggal bersama-sama dengan orang Kanaan (ay. 26-36). Kawin campur, bahkan dewa orang Kanaan bersandingan dengan orang Israel.

“Apa yang dimulai dengan kompromi kecil mengarah kepada kegagalan progresif yang masif.”

Alasan mereka tidak menghalau orang Kanaan dalam Hakim-Hakim 1:28.

28. Setelah orang Israel menjadi kuat, mereka membuat orang Kanaan itu menjadi orang rodi dan tidak menghalau mereka sama sekali.

Penulis Hakim-Hakim memperlihatkan bahwa alasan mereka tidak mengusir orang Kanaan bukan karena bangsa Israel lemah atau tidak mampu, tetapi mereka tidak mau. Mereka memakai alasan ekonomi untuk tidak mengusir orang Kanaan dan menjadikan mereka budak.

“Permasalahan utamanya bukan karena Tuhan tidak MAMPU, namun karena kita yang tidak MAU.”

Seharusnya kita bisa menolak pada dosa, tetapi kita memilih menyerah. Bukan Tuhan tidak mampu tapi kita tidak mau. Kenapa tidak mau? Kita ingin kesuksesan duniawi, kita ingin kekayaan duniawi, kita kompromi. Kita tergoda karena kita cinta uang daripada cinta Tuhan maka kita kompromi. Kita perlu bertobat.

Dale Ralph Davies, dalam bukunya Judges: Such a Great Salvation (hlm. 13) mengatakan:

“Bisa ada kemungkinan hidup orang percaya menunjukkan tanda-tanda keberhasilan namun sebenarnya gagal di mata Tuhan. Keberhasilan Kristen (baik yang bersifat pribadi bahkan dalam bentuk pencapaian penginjilan yang gemilang) belum tentu berkenan di hadapan Tuhan.”

Kadang ada orang yang membangun pelayanan bukan untuk Tuhan tetapi untuk keuntungan dan ketenaran pribadi. 

“Saat kenyamanan dan keuntungan menggantikan kepercayaan & ketaatan, kita bisa memiliki kesuksesan pragmatis di mata dunia namun mengalami kegagalan spiritual yang tragis di hadapan Tuhan.”

Kita sering membodohi diri sendiri dengan berpikir bahwa kita bisa berkompromi di sini dan di sana dan tidak terpengaruh olehnya. Setiap kali kita tidak menaati Tuhan, setiap kali kita membuat kompromi kecil dengan dosa, retakan dalam hidup kita semakin besar dan besar. Dan itu pada akhirnya akan mengarah pada kehancuran kita. Jangan percaya pada kebohongan bahwa kita bisa hidup berdampingan dengan dosa. Dosa bukanlah sesuatu yang harus kita kompromikan. Dosa adalah musuh yang harus kita usir dan hancurkan dari hidup kita dengan segala cara.

Dosa adalah predator. Kelihatannya biasa saja tetapi pasti berbahaya. Misal dosa perzinahan atau selingkuh. Dosa ini tidak terjadi semalam. Mulai dari hal biasa yaitu chatting. Setelah itu mulai genit-genitan. Apa yang terjadi? Retakan kecil menghancurkan hidup kita. Jadi dosa bukanlah peliharaan, jangan dipelihara. Itu namanya kompromi.

“Di area mana kita sering berkata: ‘aku tidak bisa’ tetapi Tuhan tahu bahwa sebenarnya ‘Kamu tidak mau’.”

Tuhan tidak akan pernah menempatkan kita dalam posisi di mana kita tidak bisa menaati-Nya. Tidak ada momen “aku tidak bisa” yang nyata. Bukan karena kita tidak bisa, tetapi karena kita tidak mau. Pengusaha, apakah kita menjalankan bisnismu dengan integritas? Atau kita memotong sudut-sudut di sana-sini untuk mendapatkan lebih banyak cuan keuntungan? Para mahasiswa, apakah kita melakukan yang terbaik dengan penilaianmu? Atau kita menyontek dan mencuri karya orang lain? Para single, apakah kamu hidup dalam kemurnian seksual? Atau kita merasionalisasi kecanduan porno kita dan gaya hidup seksual kita karena semua orang di sekitar melakukannya?

Orang yang kepahitan dan dendam, apakah kita memberikan pengampunan kepada mereka yang menyakitimu? Atau kita menyimpan kebencian itu karena kita pikir tidak adil bagi mereka untuk menerima pengampunan kita? Orang kristen, apakah kita orang yang murah hati dan menempatkan Tuhan pertama dalam keuanganmu? Atau kita kikir dan menyimpan sebagian besar dari itu untuk kesenangan diri dan keamanan masa depan kita? Di mana area dalam hidup kita di mana kita berkata, “aku tidak bisa” tetapi Tuhan berkata, “kamu tidak mau”? Dengarkan peringatan dari teks ini. Area kecil kompromi bisa menjadi area besar bencana.

            3. RESPONS TUHAN ATAS DOSA

Lihat Hakim-Hakim 2:1-5. Ini respons Tuhan terhadap israel. Israel tetap berkompromi, tetapi Tuhan mengatakan bahwa Ia tidak akan membatalkan perjanjian-Nya. Tetapi karena mereka berkompromi maka bangsa lain akan menjadi musuh bangsa Israel dan allah-allah mereka akan menjadi allah orang Israel.

“Apa yang dimulai sebagai KOMPROMI menjadi penolakan terhadap Tuhan dan akhirnya membawa KEHANCURAN.”

Pilihannya ada dua, kita yang mengusir dosa, atau dosa yang akan melahap kita. Kita yang membenci dosa, atau dosa yang akan mengonsumsi hidup kita. Setelah malaikat Tuhan menegur orang Israel, mereka menangis. Mereka berseru kepada Tuhan, dan mereka mempersembahkan korban kepada Tuhan. Mereka menangis tetapi tidak bertobat. Sama seperti gereja-gereja modern zaman sekarang. Kalau kita terharu dan menangis saat mendengar khotbah atau saat bernyanyi, tetapi Tuhan melihat lebih dari tangisan kita.

“Tuhan tidak menginginkan air mata kita, namun Tuhan menginginkan hati yang hancur dan bertobat. Tuhan tidak menginginkan pengalaman emosional, namun Tuhan ingin mengadakan transformasi hati.”

Air mata tanpa pertobatan tidak ada artinya. Jangan samakan pengalaman kita di gereja namun hidup kita tidak berubah.

Saat kita membaca teks selanjutnya, di situlah waktu-waktu yang gelap terjadi. Umat Tuhan hidup tidak setia kepada Tuhan di tengah budaya penyembahan berhala. Meskipun umat Tuhan tidak setia, Tuhan tetap setia. Hakim-Hakim 2:1b “Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya.” Ada suatu ketegangan. Akankah Tuhan akhirnya menyerah pada umat-Nya dan melanggar janji-Nya? Akankah Tuhan akhirnya menyerah pada umat-Nya dan melanggar kekudusan-Nya?

Gospel Connection:

Hanya di kayu salib, kita dapat melihat bagaimana Tuhan menyelesaikan ketegangan di Hakim-Hakim ini. Ada Pembebas sejati yang hidup tanpa dosa. Ia menaati dan mempercayai Bapa-Nya. Lembut, tidak berkompromi tapi Pembebas ini dihukum dan mati di atas kayu salib. 

Di salib:

  • Allah mencurahkan murka-Nya atas umat-Nya dalam pribadi Kristus. Ia memenuhi keadilan, karena dosa dihukum, namun menyatakan kesetiaan-Nya yang penuh kasih, karena melalui Kristus kita diterima & diampuni.
  • Dosa kita ditimpakan atas Kristus, sehingga kebenaran-Nya diimputasikan atas kita. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Korintus 5:21).
  • Allah dapat menjadi adil namun juga membenarkan orang berdosa yang percaya kepada Yesus. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:26).

Tanpa Injil, kita akan selalu berkompromi dengan dosa karena kita tahu kasih Tuhan yang tanpa syarat bagi kita. Tanpa Injil, kita akan hidup di bawah beban rasa bersalah dan ketakutan karena Tuhan pasti menghukum kita karena kita tidak mampu untuk memenuhi syarat-syarat-Nya.

Salib adalah tempat kita menemukan ketegangan yang terselesaikan, sehingga mampu menjalani hidup yang diampuni dan terus belajar taat, meskipun masih bisa jatuh dalam ketidaktaatan dan berdosa.

Pertanyaan Reflektif

  • Apakah kita mempercayai serta menaati Tuhan dan janji-janji-Nya? Ataukah kita sering mengandalkan diri dan perhitungan kita sendiri?
  • Apakah kita sering berkompromi dengan dosa dan menganggap remeh dosa di dalam menjalani kehidupan?
  • Di area mana kita sering berkata: “Kita tidak bisa”, di mana sebenarnya “Kita tidak mau”?

Gospel Response

  • Mari bertobat bukan hanya menangis atau mengalami pengalaman emosi. 
  • Karena dosa kompromi dan ketidakpercayaan kita kepada Tuhan membawa kebinasaan
  • Pandanglah kepada salib di mana ketegangan terselesaikan. Keadilan Allah ditegakkan namun kasih dan kesetiaan Allah dinyatakan.

Karena Injil

  • Kita dapat hidup dalam ketaatan, meskipun juga bisa jatuh dalam ketidaktaatan
  • Terus mengejar kehidupan yang taat karena percaya, tanpa dihancurkan oleh ketidaktaatannya
  • Sudah diterima, diampuni, dan dibenarkan, sehingga tidak tertekan, saat berusaha taat, juga tidak sombong saat berhasil taat.