Pembacaan : Hakim-Hakim 2:6 – 3:6
Kita memasuki minggu kedua Sermon Series kita From Judges to Jesus. Dan kita akan membahas mengenai “Belenggu Siklus Dosa”.
Baca : Hakim-Hakim 2:11-14
11. Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka beribadah kepada para Baal.
12. Mereka meninggalkan Tuhan, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati Tuhan.
13. Demikianlah mereka meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret.
14. Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka.
Minggu 1 kita belajar mengenai gambaran dari sudut pandang Israel. Penulis Hakim-Hakim menuliskan sudut pandang manusia kepada Tuhan. Minggu ini adalah gambaran dari sudut pandang Tuhan. Waktu kita merenungkan Hakim-Hakim, pengertiannya bukan seperti hakim yang mengenakan jubah dengan palu di tangan, duduk di belakang meja, dan membuat keputusan yudisial. Tetapi hakim di sini adalah orang yang diurapi Tuhan dan dipakai Tuhan untuk menyelamatkan dan membebaskan umat Tuhan dari penindasan musuh. Mereka adalah orang-orang yang Tuhan pakai untuk mengeluarkan bangsa Israel dari kekacauan yang mereka alami. Peran hakim adalah mirip pahlawan pembebas daripada penegak hukum.
Kalau kita ingin mengetahui gambaran jelas tentang kebobrokan manusia, kitab Hakim-Hakim adalah kitab yang tepat. Pola siklus dosa yang terulang lagi dan lagi. Ternyata masalah kita sebenarnya bisa kita lihat dari apa yang ditulis dalam kitab Hakim-Hakim. Pola siklus yang terulang sepanjang sejarah umat manusia. Kitab Hakim-Hakim sangat relevan bagi kita, karena dalam cerita mereka kita melihat cerita kita. Siklus dosa yang kita lihat dalam kitab Hakim-Hakim adalah siklus yang sama yang ada di dalam hidup kita. Pengharapan yang kita lihat dalam kitab Hakim-Hakim adalah pengharapan yang sama yang kita butuhkan dalam perjuangan kita melawan dosa.
Ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah minggu ini:
1. GENERASI YANG TIDAK MENGENAL TUHAN
Lihat Hakim-Hakim 2:6-9. Yosua adalah pemimpin yang memimpin bangsa Israel masuk ke tanah perjanjian. Dia adalah pemimpin dan orang besar pada zamannya. Bahkan generasi Yosua adalah generasi yang beriman dan beribadah kepada Tuhan. Mereka telah menyaksikan bagaimana Tuhan setia memimpin mereka ke tanah perjanjian. Mereka telah melihat bagaimana tembok Yerikho runtuh di depan mata mereka. Mereka telah melihat semua pekerjaan besar yang dilakukan Tuhan bagi Israel, dan mereka beribadah kepada Tuhan. Mereka tidak hanya mengerti Tuhan secara teori tetapi Tuhan itu mereka alami.
Namun, setelah Yosua mati dan generasinya mati, terjadi hal yang menyedihkan:
Hakim-Hakim 2:10,
10. Setelah seluruh angkatan itu dikumpulkan kepada nenek moyangnya, bangkitlah sesudah mereka itu angkatan yang lain, yang tidak mengenal Tuhan ataupun perbuatan yang dilakukan-Nya bagi orang Israel.
Muncul generasi lain yang tidak mengenal Tuhan dan pekerjaan yang dilakukan-Nya bagi Israel. Ini adalah awal dari masalah. Generasi pertama mengasihi dan menaati Tuhan. Generasi kedua, sebenarnya mereka tahu tentang Tuhan karena mereka mendengar, tapi mereka tidak kenal. Ada perbedaan antara tahu dan kenal dengan Tuhan. Kata “mengenal” dalam kata Ibrani adalah yada yang artinya pengetahuan yang intim. Jadi mereka tahu tentang Tuhan tetapi mereka tidak mengakui Tuhan dan pekerjaan-Nya. Dengan kata lain, Tuhan tidak lagi menjadi seseorang yang berharga bagi mereka. Tuhan hanyalah sekadar teori.
Ayat 11 dikatakan “Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan mereka beribadah kepada para Baal.” Mereka melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dan menyembah allah-allah lain. Yang dimaksud “Melakukan apa yang jahat” bukan membunuh, mencuri, atau memperkosa, tetapi mereka beribadah kepada Baal. Mereka beribadah kepada -allah-allah lain. Ini peringatan buat kita.
Peringatan untuk generasi Kristen, ada bahaya satu generasi bisa sangat beriman, sementara generasi berikutnya tidak peduli pada Tuhan. Anak-anak yang tumbuh di keluarga Kristen perlu memiliki iman mereka sendiri, bukan hanya mengikuti tradisi keluarga. Ada begitu banyak papa mama yang mencintai Tuhan, tetapi anak mereka tidak cinta Tuhan, mulai agnostik, jadi ateis, jadi LGBT, ada yang jadi filosofer yang tidak percaya Tuhan. Anak-anak perlu memiliki iman mereka sendiri, bukan hanya mengikuti tradisi keluarga. Ada banyak orang datang ke gereja tapi hatinya jauh dari pada Tuhan karena hanya mengikuti tradisi keluarga.
Tanggung jawab orangtua yang pertama adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Orang tua perlu mengasihi Tuhan dengan segenap hati sehingga anak-anak bisa melihat teladan nyata. Anak-anak sangat peka terhadap ketidakkonsistenan antara ucapan dan tindakan orang tua. Apa yang kita katakan kepada anak akan kalah dengan apa yang kita peragakan kepada anak. Kalau kita mengatakan iman itu penting, tetapi kita memprioritaskan pekerjaan, liburan, pertandingan, les, di atas ibadah hari Minggu ke gereja, mereka akan mencium ketidakkonsistenan kita.
Kedua adalah mengajarkan kebenaran firman. Orang tua bertanggung jawab mengajarkan doktrin yang benar dan bagaimana kebenaran tersebut berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tanggung jawab untuk mengajarkan kebenaran kepada anak-anak tidak terletak pada guru sekolah atau guru sekolah minggu, tetapi ada pada orang tua. Ajarkan bagaimana kebenaran firman berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, bagaimana Alkitab mempengaruhi pengambilan keputusan mereka dan nilai-nilai mereka. Ajarkan apa itu artinya menjadi laki-laki dan perempuan, apa itu konsekuensi dari dosa. Ajarkan mereka bagaimana artinya bertobat.
Ketiga adalah memperagakan iman yang nyata. Orang tua perlu menunjukkan kerentanan dan perjuangan pribadi dalam perjalanan iman kepada Tuhan dan bagaimana anugerah Tuhan bekerja dalam kehidupan. Anak-anak perlu melihat iman yang nyata, bukan yang sempurna.
Nasehat buat para orang tua: Lakukanlah yang terbaik untuk anak-anak dalam takut akan Tuhan, namun doakan pekerjaan Roh Kudus, supaya mereka memiliki pertobatan dan kelahiran baru di dalam Kristus secara pribadi.
2. POLA BELENGGU SIKLUS DOSA DI HAKIM-HAKIM
Siklus yang terjadi dalam kehidupan Israel : Pemurtadan – penindasan – perintihan- pembebasan. Mereka merintih tetapi tidak bertobat. Dan siklus ini terjadi tujuh kali dalam kitab Hakim-Hakim. Mereka meninggalkan Tuhan, menyembah allah-allah orang Kanaan dan hidup berkompromi bahkan menikah dengan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.
Pertama, pemurtadan. Hakim-Hakim 2:12-13, 12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN. 13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret. Mereka ada di dua kaki, satu kaki ada di Tuhan, satu kaki ada di berhala.
“Ada banyak orang Kristen menyembah Tuhan dengan mulutnya namun menyembah berhala dengan hidupnya.”
Berhala yang dimaksud bukan hanya menyembah patung Bisa saja keluarga, pasangan, perusahaan kita. Berhala bukan selalu hal yang buruk, berhala adalah hal yang baik yang kita ubah menjadi hal yang terutama. Misalnya kesuksesan, apakaha itu hal yang baik? Tentu saja. Tuhan menciptakan kita dengan kemampuan untuk bekerja dan berkembang tetapi kemudian yang terjadi adalah kita mengubah kesuksesan menjadi berhala. Hidup kita didorong oleh kesuksesan, dan kita bersedia membayar berapa pun harganya untuk menjadi sukses. Kita masih pergi ke gereja, tetapi kita hanya menggunakan Tuhan untuk menjadikan kita sukses. Kalau kita tidak sukses, kita akan marah dan kecewa. Kesuksesan telah menjadi berhala Apakah kita menyembah Tuhan atau menggunakan Tuhan untuk menyembah berhala?
Timothy Keller mengatakan:
“Ada bahaya besar, karena godaan yang begitu halus yang membuat kita untuk terus menjadi anggota gereja dan merasa tidak ada yang salah, kita bukan menjadi ateis, tetapi kita memaksa Tuhan untuk hidup berdampingan dengan berhala di hati kita.”
Apakah kita menjadi orang Kristen yang menjadikan Tuhan hobi di hari Minggu? Kita bernyanyi tentang bagaimana Tuhan mencintai kita dan kita mencintai Tuhan. Kita merasa bersalah dan berdosa, dan kita minta ampun sama Tuhan. Namun, di satu sisi kita merasa diri kita baik, kita kasih persembahan untuk membuat Tuhan senang. Lalu, kita pulang dan menyembah berhala lagi. Ini hobi agamawi dan tidak akan pernah berhasil.
Ayat 14-15: 14 Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka. 15 Setiap kali mereka maju, tangan Tuhan melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh Tuhan dengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak.
Ketika kita mencoba untuk melayani tuhan dan berhala kita, Tuhan marah kepada kita. Dia tidak akan membiarkan kita melakukan itu. Bangsa Israel berdosa dan Allah menyerahkan Israel ke tangan musuhnya. Artinya Tuhanlah yang bertanggung jawab atas kesengsaraan umat-Nya. Tuhan telah memberi tahu mereka dan bersumpah kepada mereka bahwa jika mereka melanggar pasti ada konsekuensinya. Ketika Israel menyembah allah lain, Tuhan akan marah. Tuhan menyerahkan Israel sehingga mereka tidak berdaya. Setiap kali Israel melawan musuhnya, mereka kalah, karena tangan Tuhan melawan mereka.
Kedua, penindasan. Ini memang seperti kabar buruk karena Allah melawan mereka tapi ada kabar baik di baliknya. Karena kemarahan Tuhan yang membara terhadap ketidaksetiaan Israel menunjukkan kasih Tuhan yang menggebu-gebu terhadap Israel. Tuhan Israel adalah Tuhan yang sangat mengasihi umat-Nya. Inilah mengapa Allah cemburu akan hati mereka. Dia menginginkan hati mereka untuk diri-Nya sendiri. dan kasih-Nya yang menuntun Dia untuk mengejar Israel dalam kemarahan yang kudus.
“Kemarahan Tuhan tidak bertentangan dengan kasih-Nya. Itu adalah ekspresi kasih. Ketika umat-Nya meninggalkan Dia, Tuhan mengejar mereka dengan kasih bahkan dalam kemarahan-Nya.”
Ketika penderitaan, pergumulan, bahkan kegagalan diizinkan Tuhan terjadi atas hidup anak-anak-Nya. Itu adalah wujud kasih karunia-Nya. Karena sebenarnya Dia sedang mengejar kita. Hasil dari penderitaan yang dialami Tuhan membuat Israel merasa tertekan dan merintih.
Ketiga, perintihan. Mereka tidak bertobat hanya merintih karena penindasan. Namun ada yang menakjubkan.
“Hati Tuhan tergerak oleh belas kasihan karena kesengsaraan umat-Nya bahkan ketika mereka tidak setia Tuhan terus berbelas kasihan kepada umat-Nya.”
Dia tidak tahan melihat umat-Nya tertindas, meskipun itu konsekuensi yang harus dihadapi Israel.
Hakim-Hakim 2:16-18. Tuhan mengirimkan hakim-hakim untuk menyelamatkan mereka. Setiap kali Tuhan membangkitkan hakim bagi mereka, Tuhan menyertai hakim itu dan menyelamatkan umat-Nya.
Keempat, pembebasan. Tuhan yang menghukum manusia karena dosa adalah Tuhan yang menyelamatkan manusia dari dosa.
Dale Ralph Davis dalam Judges: Such a Great Salvation (hlm. 25):
““Here is the fundamental miracle of the Bible: that the God who rightly casts us down to the ground should – without reasons – stoop to lift us up.” “Inilah keajaiban mendasar dari Alkitab: bahwa Tuhan yang dengan adil melemparkan kita ke tanah namun – tanpa alasan – turun untuk mengangkat kita.”
Hakim-Hakim 2:19, Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apa pun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu.
Setiap kali hakim itu mati, mereka kembai ke hidup lama mereka. Mereka menyembah allah lain lagi. Siklusnya berulang terus. Seiring berjalannya kitab Hakim-Hakim kita akan melihat bahwa pemberontakan semakin parah, penindasan semakin berat, pertobatan semakin dangkal, hakimnya semakin cacat, pembebasan semakin lemah. Kalau kita melihat hakimnya makin cacat, untuk itu kita butuh hakim yang lebih besar dan sempurna dan hidup selamanya. Hakim yang menyelamatkan kita dari penindasan dosa.
3. PENGHAKIMAN TUHAN YANG PENUH KASIH KARUNIA
Lihat Hakim-Hakim 2:20-23. Inilah hukuman Tuhan untuk Israel. Karena bangsa Israel melanggar perjanjian mereka dengan Tuhan. Tuhan tidak lagi mengusir orang-orang Kanaan untuk mereka. Israel harus bergumul dengan keberadaan orang-orang Kanaan di antara mereka. Tetapi kita juga bisa melihat belas kasihan Tuhan atas penghukuman yang Tuhan berikan. Ada tujuan Tuhan di balik penghakiman ini.
Tujuannya untuk mengajarkan peperangan kepada generasi yang tidak memiliki pengalaman perang. Mengapa? Untuk mengajarkan ketergantungan kepada Tuhan dalam setiap kebutuhan. Pergumulan membuat kita bergantung kepada Tuhan. Tuhan ingin umat-Nya memercayai Dia dalam segala hal. Mungkin kita bertanya mengapa Tuhan tidak langsung membebaskan kita dari dosa? Mengapa kita terus bergumul dengan dosa?
John Newton mengatakan:
“Pertumbuhan rohani terutama adalah pertumbuhan dalam pengetahuan tentang kebutuhan saya akan kasih karunia. Dan jika Tuhan menggunakan pergumulan dan dosa secara terus-menerus dalam kehidupan ini untuk menghasilkan hal itu dalam diri anda, itu adalah hal yang baik.”
Kita butuh kasih karunia setiap hari. Tetapi kita mudah lupa.
“Tuhan menggunakan pergumulan dalam hidup kita demi mengajarkan kita untuk semakin percaya dan mengandalkan kasih karunia Tuhan. Tuhan menggunakan musuh-musuh di sekitar Israel untuk membuat mereka semakin bergantung pada Tuhan. Lihat Hakim-Hakim 3:5-6. Bangsa Israel tidak menghidupi identitas mereka sebagai umat pilihan Tuhan, mereka malah menjadi seperti bangsa lain. Mereka menikah dengan bangsa lain dan mereka menyembah allah-allah lain.
Mengapa Tuhan tidak memilih bangsa lain untuk menjadi umat Tuhan? Mengapa Tuhan tidak menyerah terhadap Israel? Karena Tuhan telah membuat ikatan perjanjian (covenant) dengan Abraham untuk memberikan seluruh tanah Kanaan kepada keturunannya (Kej. 15). Covenant adalah perjanjian yang mengikat secara hukum antara dua pihak. Di zaman kuno, ketika kita membuat covenant dengan seseorang, kita memerankan kutukan pelanggaran perjanjian. Jadi, jika kita membuat covenant dengan orang lain, kita akan mengambil beberapa binatang, memotongnya menjadi dua, dan berjalan bersama di antara potongan-potongan itu. Kita sedang berkata, “Jika aku tidak menepati janjiku, jika aku melanggar perjanjian kita, maka aku akan dipotong-potong seperti binatang-binatang ini.” Kita sedang memperagakan kutukan.
Namun yang menakjubkan tentang covenant yang Tuhan buat dengan Abraham adalah bahwa Abraham tidak berjalan di antara potongan-potongan itu. Abraham tidur, Tuhanlah yang berjalan di antara potongan-potongan itu dengan bentuk api. Jadi, Tuhan berkata kepada Abraham, “Aku yang akan memegang kedua sisi perjanjian. Ini perjanjian satu pihak Aku akan setia pada janji-Ku, dan Aku akan membayar harganya ketika perjanjian itu dilanggar.”
Seharusnya bangsa Israel membayar harga pelanggaran perjanjian mereka dengan Tuhan. Mereka seharusnya dipotong-potong berkeping-keping dan Tuhan seharusnya bebas dari kondisi perjanjian. Kutukan karena melanggar perjanjian dengan Tuhan adalah terputusnya hubungan dengan Tuhan. Tetapi Tuhan berkata, “Aku akan membayar harga ketidaktaatanmu. Aku akan mengambil konsekuensi pelanggaran perjanjian. Aku akan menepati janji-Ku. Dan Aku akan setia kepadamu bahkan jika Aku harus dipotong karenanya.” Inilah mengapa Tuhan tidak menyerah terhadap israel.
Gospel Connection:
Dan hal yang sama juga berlaku untuk kita. Setiap kali kita berbuat dosa, kita memilih berhala kita daripada Tuhan. Terpisah dari Tuhan, menerima kutukan karena melanggar perjanjian. Kita pantas menerima hukuman kekal karena dosa-dosa kita. Saat kita terbelenggu oleh siklus dosa seharusnya kita dipotong, terpisah dari Tuhan, dan menerima hukuman kekal atas dosa kita. Tetapi kabar baiknya adalah kita tidak harus terputus dari hubungan kita dengan Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan telah memotong diri-Nya sendiri untuk kita.
Di salib:
Inilah alasan mengapa Tuhan tidak akan pernah menyerah terhadap kita.
Pertanyaan Reflektif
Gospel Response:
Orang Berinjil: