Hikmat Kebijaksanaan

 Hikmat Amsal Melalui Lensa Injil  Week 1 "Hikmat Dan Kebijaksanaan" 

 Ps. Michael Chrisdion

 

Tanpa hikmat dan kebijaksanaan yang berlandaskan Firman maka kita akan bingung dalam menghadapi kenyataan hidup karena itu kita butuh hikmat dan kita perlu dapat bertumbuh dalam hikmat dan kebijaksanaan. Sekalipun kita mengerti doktrin atau Firman namun kalau kita tidak berhikmat maka kita bisa hidup dalam dikotomi yaitu antara yang sekuler dan spiritual atau antara jasmani dan rohani sehingga kita sering dengar orang berkata bahwa bisnis itu tidak bisa dicampur dengan hal-hal rohani. Demikian juga , banyak yang mengerti doktrin atau Firman namun kalau tidak punya hikmat bisa mengalami kegagalan atau masih menggunakan cara pandang atau nilai-nilai dunia ini (contoh; dalam memilih jodoh, berinvestasi dll)

MENGAPA PENTINGNYA HIKMAT?

Amsal 8:10-12
10Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan. 11Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.

Memiliki Hikmat jauh lebih penting daripada semua kekayaan dan semua ketenaran dan semua kekuasaan di dalam dunia ini. Hikmat akan menolong kita menghadapi semua situasi atau musim kehidupan kita dan kita dapat mengatasi semua pergumulan kita.

Ada banyak orang yang memiliki bakat, kecerdasan, karisma, kredensial, dan kecantikan, dan mereka tidak pergi ke mana-mana, atau bahkan hidup mereka berantakan. Tetapi ada orang yang tidak begitu bakat dan tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja dan tidak cantik atau tampan dan tidak berkarisma tetapi dapat mengatur dan menghadapi semua situasi kehidupan dengan sangat, sangat baik. 

APA BEDANYA HIKMAT DAN KEBIJAKSANAAN?

Etika Moral Tidak Sama Dengan Hikmat Kebijaksanaan

Sering kita menyamakan hikmat itu dengan beretika atau bermoral padahal hikmat itu lebih daripada itu. Tentu saja orang bijak atau orang berhikmat pasti hidupnya akan beretika dan bermoral, tetapi sering kita hanya berhenti di etika dan moral saja padahal hikmat itu lebih dari itu. Sebagai contoh kalau kita kuliah di jurusan bisnis mka pasti kita diajarkan etika bisnis dan memiliki etika dalam berbisnis itu adalah hal yang bijak, tetapi kebijaksanaan itu lebih daripada hanya beretika saja. 

Hikmat (Wisdom) Lebih Dari Sekedar: Pengetahuan, Teologi, Visi, Nilai Etika Moral, Kepintaran, Kebaikan, Keluhuran

Untuk sebagian besar keputusan yang harus kita buat, nilai-nilai moral dan apa pun yang kita  pikirkan maka kadang itu tidak berlaku, karena ada tiga, empat, atau lima hal berbeda yang merupakan pilihan, dan semuanya diperbolehkan dimana semua baik, luhur dan bermoral. Yang mana yang harus ditempuh? Kita membutuhkan hikmat Tuhan!

Contoh lain misalnya kalau kita mungkin memutuskan benar-benar ingin membantu keluarga miskin untuk keluar dari masalah ekonomi. Keinginan itu baik, benar dan mulia, tetapi kalau kita tidak melakukannya dengan hikmat maka kita bukan malah menolong keluarga itu tetapi bisa menjerumuskan keluarga itu. Meskipun mungkin kita melakukannya dengan cara yang benar-benar etis tetapi kalau melakukannya tanpa hikmat Tuhan maka bisa justru menjerumuskan atau tidak mendidik  hidup keluarga tersebut. Itulah sebabnya kita butuh hikmat ! Jadi tidaklah cukup menjadi orang yang memiliki visi atau tidaklah cukup menjadi orang yang berprinsip. Kita harus menjadi orang yang bijaksana sebab kalau tidak maka kita bisa menghancurkan hidup kita sendiri atau kehidupan orang-orang di sekitar kita.

Kita Selalu Membutuhkan Hikmat Kebijaksanaan Dalam Menjalani Setiap
Aspek Kehidupan Kita

Banyak keputusan yang harus kita buat di dalam hidup ini dan untuk membuat keputusan yang baik, kita butuh informasi dan pengetahuan. 

Jika kita memiliki informasi, memiliki pengetahuan, banyak membaca buku atau menonton Youtube maka mungkin kita dapat memilih mobil yang tepat, obat yang tepat atau semacamnya. Tetapi ada keputusan lain yang menyangkut prinsip, keyakinan dan musim hidup kita dimana kita membutuhkan sesuatu yang lebih tinggi dari informasi dan pengetahuan yaitu hikmat.

Dan masih banyak keputusan-keputusan penting yang lain dimana kita sangat membutuhkan hikmat, misal dalam memilih jodoh, memilih pacar, memilih karir. Sekolah mana yang harus kita masuki? Haruskah saya tinggal di sini? Haruskah saya cari pekerjaan lain? Haruskah saya pindah ke sini? Haruskah saya pindah ke sana? Bagaimana saya menghadapi orang itu, atau haruskah saya tegur dia atau saya diamkan dia? Haruskah saya mengambil risiko, atau haruskah saya bermain aman? Apakah kita sadar bahwa keputusan yang salah dalam hal-hal seperti ini bisa menjadi masalah besar dalam kehidupan kita. Jadi kecerdasan, kepintaran, informasi dan pengetahuan saja tidak cukup, kita membutuhkan hikmat!

Ada nasehat untuk kita semua saat mengapa kita semua galau, pusing,resah dan kuatir akan hidup kita karena kita ada di dalam situasi yang berat atau jalan buntu atau sebuah dilemma dan suatu pergumulan dimana kita tidak tahu apa yang harus kita  lakukan serta bagaimana kita harus bersikap atau membuat keputusan, maka yang kita butuhkan bukan  pengetahuan, urapan, uang atau informasi, tetapi yang kita butuhkan adalah hikmat. 

DEFINISI HIKMAT

Amsal 8:12-16
12Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan (PRUDENCE) , dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.13Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. 14Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian (INSIGHT/UNDERSTANDING), padakulah kekuatan.

Di ayat ini maka ada dua definisi hikmat yaitu yang pertama adalah Bı̂ynâh – Understanding/Insight “Knowing how things should be/work” yaitu mengetahui bagaimana sesuatu harus terjadi atau berfungsi. Dan yang kedua adalah ‛Ormâh– Prudence/Subtilty (“seeing the subtle disctinction between what is and what it should be”) melihat perbedaan kecil antara apa yang ada dan apa yang seharusnya” 

Jadi hikmat akan mampu untuk melihat keadaan yang sebenarnya seperti apa dibandingkan dengan idealnya atau apa yang seharusnya terjadi. Sebagai contoh ; kalau kita membaca novel detektif atau menonton film detektif maka kita akan melihat seorang detektif masuk ke sebuah ruangan di mana terjadi perbuatan kriminal dibandingkan dengan orang biasa yang masuk ruangan tersebut, maka cara sang detektif melihat ruangan itu berbeda dengan orang biasa karena dia bisa melihat ada hal-hal yang tidak normal dan tidak pada tempatnya. meskipun ruangan itu terlihat biasa-biasa saja atau hanya berantakan. Dia bisa melihat perbedaan-perbedaan kecil misalnya melihat bahwa kursinya mestinya tidak di sini atau kalau sang korban itu kidal menagapa sendoknya di tangan kanan.  Setiap kali ada sesuatu yang tidak normal di mana saja maka perlu diadakan investigasi untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, seperti itulah hikmat. Dia bukan hanya tahu bagaimana idealnya tetapi dia bisa membandingkan dengan keadaan atau realita yang terjadi saat ini sehingga investigasi selalu ada di tempat kejadian perkara. Tetapi kedua hal ini juga tidak cukup dibilang hikmat karena ada aspek yang satu lagi. 

Amsal 8:15-16
15Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. 16Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.

Jadi hikmat bukan hanya mengetahui bagaimana sesuatu seharusnya dapat terjadi atau berfungsi tetapi juga mengetahui bagaimana keadaan sesungguhnya serta mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang sedang terjadi yaitu antara yang ideal dan yang realita.

Seorang Teolog Perjanjian lama yang mempelajari Teologi orang Yahudi menulis di bukunya “Wisdom in Israel” tentang definisi Hikmat menurut Amsal adalah memiliki kompetensi menghadapi kenyataan dalam kehidupan. Mengetahui bagaimana sesuatu dapat terjadi serta mengetahui bagaimana keadaan atau situasi yang sesungguhnya  (Yang sudah terjadi) dnan mengetahui apa yang harus di lakukan dalam keadaan/situasi tersebut. Kebijaksanaan bukan hanya mengetahui prinsip dan aturan untuk dijalani, atau untuk diaplikasikan, tetapi mengetahui bagaimana menerapkan prinsip dan nilai alkitabiah dalam konteks yang berubah. Jadi membuat keputusannya dalam konteks Tuhan. (Amsal 1:7; 9:10). Contoh Kasus : 2 Samuel 15-17 (Kisah Absalom – Ahifofel – Husai – Daud)

BENTUK HIKMAT DAN KEBIJAKSANAAN

Hikmat itu sudah ada di pada saat penciptaan dimana Tuhan menciptakan seluruh jagad raya dengan suatu hikmat kebijaksanaan dan bentuk hikmat kebijaksanaan itu apa?

Seluruh Alam Semesta Diciptakan Oleh Tuhan Dengan Sebuah Pola Keteraturan. (Amsal 8 : 22 - 31)

Karena jika Tuhan menciptakan dunia dengan kebijaksanaan, maka ada suatu pola di dalam segala sesuatu. Ini tidak acak dan bukan hanya sekedar ke sana ke mari tetapi ada pola keteraturan di dalam ciptaan (Contoh: Orbit Tata Surya, Hukum Gravitasi, Hukum aerodinamik). Saat kita mentaati pola-pola ini dan beroperasi dalam koridor semua pola-pola yang ada maka hidup kita akan baik-baik  saja. Tetapi saat kita memberontak dan melawan pola-pola ini dan tidak beroperasi di dalam koridor pola-pola ini maka kita akan kacau balau. Contoh: Pola gravitasi bisa digunakan untuk melakukan hal-hal yang baik misal untuk lift, pola aerodinamik atau pesawat terbang. Tetapi saat kita tidak beroperasi dalam koridor pola-pola ini dan anda sembrono serta tidak berhikmat maka saat kita melawan pola gravitasi dan berpikir dapat melawan gravitasi sehingga kita melompat dari lantai 10 maka tentu saja kita akan  jatuh dan mati. Saat kitaa melawan pola atau hukum aerodinamika maka pesawat bisa crash. 

Prinsip Yang Sama Juga Ada Di Dalam Kehidupan Dimana Tuhan Menciptakan Kehidupan Dengan Pola Keteraturan (Amsal Pasal 10-15 banyak membahas
pola-pola keteraturan dalam kehidupan)

Kalau kita membaca amsal pasal 1-9 itu itu seperti pendahuluan dan saat kita  masuk pasal 10-15 maka kita akan melihat pola-pola keteraturan dalam kehidupan dalam relasi/hubungan antar sesama manusia. Contoh : Dalam bekerja yaitu jika kita bekerja keras, maka hidup kita akan membuahkan sukses. Namun jika kita malas, maka kita akan mengalami banyak kesusahan. Jika kita hidup jujur, beretika dan bermoral maka hidup kita akan berjalan dengan baik. Namun jika kita menjalani kehidupan yang jahat, misal suka menipu maka kita akan kena batunya dan hidup kita tidak akan berjalan dengan baik. 

Jika kita membesarkan seorang anak menurut pola ini yaitu membesarkan seorang anak dengan benar, maka ketika dia dewasa maka dia akan menjadi orang yang berprinsip, akan mencintai kita  dan menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Dan bagi orang yang legalis, moralis atau orang yang agamawi akan membenarkan pola ini dan meyakini kalau hidup kita benar itu pasti diberkati dan kalau hidup kita teratur maka pasti kita akan baik-baik saja. Merupakan suatu kebijaksanaan saat kita menjalani hidup dengan menghargai pola keteraturan tuhan tetapi ternyata hikmat kebijaksanaan memiliki masalah.

MASALAH HIKMAT

Setelah kita mulai membaca Amsal 16 tiba-tiba maka kita mulai melihat pengecualian terhadap prinsip-prinsip pola-pola keteraturan tuhan akan kehidupan. Misalnya, ada beberapa Amsal yang mengatakan bahwa beberapa orang yang hidup sangat bermoral tetapi hidupnya tetap berantakan. kemudian dikatakan juga beberapa orang yang, meskipun mereka sudah bekerja keras, tetap miskin karena penindasan. Kemudian dikatakan beberapa orang membesarkan anak mereka dengan benar dan ketika dia tumbuh dewasa ternyata hidup anak - anak itu hidupnya berantakan dan malah jadi rusak. Jadi ternyata hikmat ini bermasalah yaitu meskipun kita hidup benar maka tidak ada jaminan, meskipun secara umum biasanya begitu tetapi tidak selalu ada pengecualian terhadap pola keteraturan itu. 

Masalah Hikmat Adalah: Selalu Ada Pengecualian Di Dalam Pola Keteraturan Dalam Kehidupan.

Ini bukan berarti bahwa ada pengecualian di dalam kebenaran, .misalnya apakah perzinahan salah atau tidak, berbohong salah atau tidak, tentu saja ini salah. Namun kalau kita selalu berpikir bahwa orang yang tidak berzinah dan hidup setia dengan  pasangannya maka perkawinannya akan baik-baika  saja maka Amsal berkata bahwa tidak semua seperti itu. Demikian juga kalau orang kalau  jujur maka hidupnya akan aman-aman saja, maka Amsal juga berkata bahwa tidak semua orang jujur akan aman sebab ada orang jujur malah hidupnya banyak masalah sedangkan yang bohong bisa aman-aman saja. Bagi para liberal mendukung pandangan ini dan berkata bahwa aturan-aturan itu tidak selalu benar dengan memberikan bukti bahwa banyak orang serakah, orang hedon atau orang yang hidupnya tidak begitu baik tetapi juga baik-baik saja, apalagi alkitab juga mengkonfirmasi pengecualian ini untuk membuktikan...bahwa hikmat pun punya masalah contohnya seperti yang dialami oleh Ayub (Baca Ayub 2, 8, 11) Dimana diceritakan setelah mendengar tentang kemalangan Ayub, tiga orang sahabatnya datang untuk menyatakan simpati dan menghiburnya. Kitab Ayub mencatat dialog mereka dengan Ayub.  Pandangan mereka merupakan teologi yang populer tetapi tidak lengkap, karena mereka beranggapan bahwa orang saleh hanya mengalami hal-hal yang baik sedangkan penderitaan senantiasa menunjukkan adanya dosa di dalam kehidupan seseorang. Kalo kamu hidup benar maka hidupmu akan berjalan dengan baik." Mereka melihat keadaan penderitaan Ayub dan berpikir bahwa hidup Ayub begitu hancur itu pasti karena Ayub  berdosa dan pasti melakukan sesuatu yang salah. ”

SOLUSINYA 

(Baca Amsal 8: 12 – 16. 27 – 31)

Kalau kita perhatikan dari pembacaan Amsal maka hikmat ini digambarkan menjadi seseorang. Para pakar teologia dan ahli Perjanjian Lama berkata bahwa Amsal pasal 1-pasal 9 adalah adalah pasal sastra puisi yang mempersonifikasikan hikmat kebijaksanaan dan ini adalah cara yang sangat brilliant bagi penulis Amsal untuk mendeskripsikan konsep yang begitu abstrak untuk dapat dengan mudah dimengerti sehingga orang dapat melihat betapa pentingnya hikmat. 

Namun bagaimana seandainya ini bukan hanya sekedar karya sastra tetapi lebih dari itu. Kalau benar bahwa hikmat kebijaksanaan bukanlah suatu konsep abstrak atau suatu aturan-aturan atau suatu pola-pola keteraturan atau suatu hukum tetapi hikmat kebijaksanaan adalah seorang pribadi? Bagaimana kalau kita melihat hikmat sebagai seorang pribadi yang nyata?

Hikmat Bukanlah Teori, Aturan, Pola Yang Harus Dipelajari Tetapi Seorang Pribadi Yang Bisa Kita Kenal.

Ada ayat yang sangat mirip dengan Amsal 8:27-31 yaitu 

Yohanes 1:1-4
1Pada mulanya adalah Firman (LOGOS); Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.

Di abad pertama yaitu waktu kitab Yohanes di tulis maka ada seorang Filsuf Yunani Heraclitus mengatakan bahwa logos untuk merujuk pada kecerdasan ilahi yang rasional (Divine Intelligence) atau The Wisdom Of God!!

Yohanes 1:1-4
1Pada mulanya adalah HIKMAT; HIKMAT itu bersama-sama dengan Allah dan HIKMAT itu adalah Allah. 2Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3Segala sesuatu dijadikan oleh HIKMAT dan tanpa HIKMAT tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4Dalam HIKMAT ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.

Yohanes 1:14
14 HIKMAT itu telah menjadi manusia, dan diam (BERTABERNAKEL) di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Jadi Hikmat bukanlah teori, aturan, pola yang harus dipelajari tetapi seorang pribadi yang penuh kasih yang bisa kita kenal yaitu Yesus Kristus

GOSPEL CONNECTION

Matius 11:28-30
28Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. 29 Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. 30Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”

Mengapa kita merasa letih lesu dan berbeban berat? Kita yang legalis moralis sudah berusaha mengungkung diri  dan melindungi diri kita dari berbagai ancaman namun ternyata kita juga masih terkena. Kita mejadi letih sebab kita memakai cara dan pola kita sendiri. Namun saat kita datang kepada Kristus maka kita akan mendapatkan rest dan lepas dari semua beban kita, mengapa? Marthin Luther berkata “Apakah kita tidak perlu melakukan apa-apa? Tidak, tidak perlu selain menerima (Baca: Percaya) Dia yang telah menjadikan  diri-Nya bagimu hikmat dan kebenaran, pengudusan dan  penebusan

Seberapa banyak dari kita yang mengikuti pola-pola itu namun tetap mengalami kegagalan (dalam pernikahan, keluarga, dll) maka kita bisa melihat Yesus yang sudah menanggung kegagalan kita di atas kayu salib sehingga saat kita gagal maka kita tidak takut ditolak dan waktu kita gagal kita bisa minta ampun dan Tuhan mengampuni serta mengangkat kita kembali sehingga anugerahNya memampukan kita untuk bisa memulai kembali. 

Yesus Kristus adalah Hikmat Allah Untuk kita (Contoh Kita, Bagi Kita (Menggantikan Kita) dan Bersama Kita (Mendampingi Kita)

Kalau kita ingin mengenal hikmat maka pelajari apa yang Yesus lakukan dan perkatakan, itulah hikmat yang terbesar. Dia melakukannya begitu sempurna dan begitu bijaksana. Dia tahu kapan marah, tahu kapan menegur, tahu kapan merangkul, tahu kapan menangis dan tahu kapan menolong. Tetapi Dia bukan hanya menjadi hikmat atau contoh untuk kita tetapi bagi kita. Yesus bukan hanya menjadi contoh bagi kita karena tidak ada guru yang berkata “ Akulah jalan, Akulah kebenaran, Akulah kebangkitan, Akulah pintu, Akulah pokok anggur, Akulah kehidupan. Dia bukan penunjuk jalannya tetapi Dia lah jalannya. Dia bukan mengajar kebenaran dialah sang Kebenaran. Kita semua baik yang legalis atau liberal tidak mungkin dapat melakukannya dan layak menerima konsekuensi, tetapi Dia menanggung konsekuensi dan hukumannya. 

Tetapi bukan hanya itu,  Dia bukan hanya menggantikan kita tetapi Dia juga bersama dengan kita dan mendampingi kita. Mungkin kita sudah berusaha hidup benar tetapi kita mengalami ketidak adilan Kita sudah medidik anak-anakmu dengan baik namun kita mengalami kejamnya dunia. Kita menjadi korban kejahatan, kena dampak covid , kena bencana padahal kita sudah  mengikuti polanya Tuhan sehingga kita bertanya mengapa semua ini terjadi. Yesus juga pernah bertanya.... “ Eloi – Eloi Lama Sabakhtani “ . Saat kita berkabung maka Yesus juga menangis bersama dengan kita karena Dia merasakan kabung saat sahabatnya Lazarus mati.  Dia bersama kita dan mendampingi kita sehingga waktu kita bertanya-tanya dan melihat salib maka kita bisa melihat bagaimana Tuhan diperlakukan seperti itu. Tetapi tiga hari kemudian Dia bangkit dan mengalahkan dosa dan maut.. Dan melalui kematianNya maka Dia memberi kita kehidupan dan melalui kekalahan maka Dia memberikan kepada kita kemenangan sehingga kita bisa melihat bahwa hikmat Tuhan yang tertinggi. Biarlah kita melihat dunia ini bukan dengan hikmat dunia atau hikmat aturan tetapi hikmat Kristus.