Developing Gospel Wisdom

Hikmat Amsal Melalui Lensa Injil Week 2  "Developing Gospel Wisdom" 

PS. Michael Chrisdion

 

Pembacaan: Amsal 3 : 1 – 13; 30 : 1 - 4

Supaya kita bisa mendapatkan hikmat maka kita perlu berelasi dengan Sang Hikmat. Dan kalau kita mengenal Tuhan maka kita akan semakin ingin mengenal Dia dan akan berhikmat sebagai buah dari pengenalan akan Tuhan. Situasi akan selalu berubah sebab itu kita perlu menghadapinya dengan lensa Injil supaya kita bisa memiliki hikmat. Pertanyaannya bagaimana kita mengembangkan dan memiliki hikmat?

BAGAIMANA MENGEMBANGKAN HIKMAT ?

          1. THE PATH (JALANNYA) 

Amsal 3:6
6 Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan JALANMU (YOUR PATH).

Alkitab terus-menerus berbicara tentang kehidupan sebagai sebuah jalan setapak (Path). Bahkan ada hamper 800 kali dalam Alkitab bahwa menghidupi kehidupan digambarikan dengan berjalan menyusuri jalan setapak. Mengapa metafora itu digunakan? Sebagai contoh yaitu kalau kita sedang melakukan hiking (pendakian) maka kita perlu berjalan menyusuri suatu rute  yaitu jalan setapak dan itu adalah suatu aktifitas yang sama, terus menerus, berulang-ulang, mengayun setapak demi setapak atau selangkah demi selangkah dimana itu membosankan. Jadi untuk mendapatkan hikmat maka kita perlu berjalan menyusuri jalan setapak kebijaksanaan (Walk the Path of Wisdom). Artinya kita akan memiliki hal-hal yang dilakukan terus menerus dan secara disiplin. Misalnya, kalau kita disuruh menceritakan tentang riwayat hidup kita maka kita pasti akan memberikan pencapaian prestasi atau event kehidupan yang besar. Tetapi hal-hal yang besar dan pencapaian dan prestasi itu tidak akan terjadi tanpa langkah-langkah kecil yang kita  lakukan setiap hari. Ini adalah kebenaran yang umum dimana kita membutuhkan itu, apalagi kalau kita mau mengenal Sang Hikmat. 

Namun banyak orang yang salah kaprah  kalau datang ke pendeta untuk mencari nasehat, teknik,  jalan pintas atau jjalan rahasia dengan cara memotong jalan supaya tidak usah bersusah-susah. Demikian juga kalau kita membeli buku atau mendengar kotbah maka yang kita cari adalah cara-cara atau langkah-langkah praktis sebagai jalan pintas atau pintu rahasia. Atau datang kepada hamba Tuhan yang suka menyampaikan nubuatan, mujizat atau terobosan karena kita malas untuk mencari hikmat melalui disiplin rohani yang dilakukan secara terus menerus (beribadah, baca firman, berdoa, berkomunitas dll). Alkitab berkata bahwa hikmat itu bukanlah jalan pintas atau pintu tetapi adalah proses dimana kita perlu terus berjalan setapak demi setapak.  CS Lewis berkata “Bagi Orang Bijak Di Masa lalu, pertanyaan utamanya selalu: Bagaimana jiwa saya menghadapi semua pergumulan kehidupan serta kenyataan hidup yang berat ini., solusinya adalah Hikmat Kebijaksanaan”

          2. THE PROCESS (PROSESNYA)

          a. Knowing God (Mengenal Tuhan)

Amsal 3:3
3Janganlah kiranya kasih dan setia (checed) meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu

Tidak cukup hanya kenal Tuhan tetapi kita perlu mengenal Tuhan. Kata “ kasih dan setia “ dalam ayat di atas memakai kata “checed,” ( which means industrial-strength, absolutely-committed, unfailing love,  unconditional love of God). yang artinya kasih Tuhan yang tidak bersyarat yang tidak bergantung oleh ketidak stabilan kita. Kasih Tuhan bagi kita itu benar-benar dilimpahkan, tidak berhenti dan Tuhan berkomitment untuk mengasihi kita. Jadi kalau kita mau mendapatkan hikmat Tuhan maka kita perlu terus menerus merenungkan, menghafalkan dan mengatakan Firman Tuhan kepada diri kita sendiri. Martin Luther berkata “ Kita perlu mendengar Injil setiap hari, karena kita melupakannya setiap hari.

          b. Knowing Self (Mengenal Kelemahan Diri)

Amsal 3:5, 7a
5Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak

 

Selain mengenal Tuhan maka kita perlu mengenal diri sendiri sebab semakin kita mengenal Tuhan maka kita semakin mengenal bahwa diri kita ini sangat terbatas. Eric Ortlund berkata “ Paradoks terbesar di kitab amsal bahwa orang bijaksana secara ekstrim sadar akan kebodohannya, sedangkan orang yang bodoh berpikir mereka bijaksana. “

Maksudnya adalah jika kita  tidak berpikir bahwa kita bodoh maka kita ini bodoh. Atau dengan kata lain, ketika kita sadar bahwa kita ini sering sok pintar maka kita  ini bodoh sebab itu kita butuh hikmat Tuhan dan butuh bergantung sama Tuhan. Dan disitulah kita sebenarnya justru menyusuri jalan setapak menuju kebijaksanaan pada saat itu. Mengapa begitu? Karena untuk menjadi bijak kita harus tahu keadaan kita yang sebenarnya, menyadari keterbatasan kita, kelemahan kita, kecenderungan dosa kita, apa yang menggoda kita, apa yang membuat kita merasa tidak aman, berhala-berhala kita dan cara kita mengenal diri kita secara sehat, hanya kalau kita kenal Tuhan dulu. Sebab itu mengenal Tuhan dan mengenal diri sendiri itu tidak dapat dipisahkan. Mengapa kita perlu mengenal Tuhan? Sebab kalau kita mengenal diri sendiri tanpa mengenal Tuhan maka kita akan mengalami depresi. Karena satu-satunya cara kita bisa jujur akan kelemahan kita dan kita tidak kompensasi. Saat kita sadar akan kelemahan dan dosa kita di hadapan Tuhan maka di saat yang sama kita juga sadar walaupun kita lemah dan penuh kekurangan maka kasih Tuhan tetap merangkul kita,  karya Kristus tetap menebus hidup kita dan anugerahNya justru menopang kita.Sehingga meskipun kita  menyadari kekurangan kelemahan kita, tetapi pada saat yang sama, kalau kita mengenal  Tuhan maka kita juga justru di kuatkan.

   

       c. Know Your Friend (Kenali Temanmu)

Amsal 3:1
1Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku,

Ini adalah tulisan seseorang mentor kepada mentee nya atau dari seorang pembimbing kepada orang bimbingannya. Dari seorang sahabat kepada sahabatnya dan dari seorang  pemimpin kepada orang yang dipimpinnya. Jadi ini bicara tentang komunitas, pertemanan atau pengaruh. Jadi kita butuh penasehat, mentor, pembimbing, komunitas dan teman-teman yang membangun, menasehati dan menegur.

7 Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak

Orang bodoh itu individualistis dan berpikir tidak membutuhkan siapa-siapa. Komunitas adalah tempat di mana anda mengembangkan hikmat kebijaksanaan, karena kita tidak menemukan kebijaksanaan tanpa saling menasihati, tanpa saling mengingatkan, tanpa saling menegur, tanpa saling menghibur dan kita hanya mendapatkan kebijaksanaan dalam sebuah komunitas. Tim Keller berkata “ Kita bisa mendapatkan informasi melalui kelas, tetapi kita bisa mendapatkan hikmat saat berada dalam komunitas.” 

           d. Know God’s Way/ Patern (Mengetahu Jalan/ Pola Firman Tuhan).

Amsal 3:1
1Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku (TORAH),

Prinsip-prinsip Firman Tuhan seringkali bertolak belakang dengan prinsip yang ada di dunia ini (Contoh : kalau mau menjadi terbesar harus menjadi terkecil, menjadi pemimpin harus melayani, yang terdahulu menjadi yang terkemudian, Yesus masi supaya kita mendapatkan hidup, Dia ditolak supaya kita diterima). Dan kalau kita tidak mengerti Firman Tuhan maka bagaimana kita bisa tahu dan mendapatkan hikmat untuk menghadapi dunia dan jaman yang terus berubah. Sebab itu kita perlu mengerti cara-cara Firman Tuhan yaitu apa yang Firman Tuhan katakan mengenai hubungan, mengenai emosi, mengenai berdamai, mengenai jodoh, mengenai pekerjaan, mengenai persahabatan, pengkhianatan suami dan istri serta cara mendidik anak. Dan untuk mengerti pola Firman maka kita perlu membaca dan merenungkannya seperti kita menyusuri jalan setapak yaitu secara berulang-ulang dan terus menerus yang bisa membosankan. Tetapi saat kita mendapatkan sesuatu maka kita bisa semakin mengenal Tuhan dan dapat mengambil keputusan secara bijaksana sebab kita memiliki hubungan dengan Sang Hikmat. 

          e. Know Your Suffering (Dapatkan Hikmah Dari Penderitaanmu & Pergumulanmu)

Amsal 3:3-4
3Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu, 4 maka engkau akan mendapat kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia.

Kalau kita bicara mengenai hikmat maka kalau kita hidup oleh hikmat Tuhan maka sebenarnya hidup kita akan  baik-baik saja dan bahkan dikatakan kita mendapatkan kasih dan penghargaan dalam pandangan Allah serta manusia. Namun  di ayat 11-12 dikatakan;

Amsal 3:11-12
11 Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan Tuhan, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. 12 Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.

 

Kata-kata didikan, peringatan dan ajaran dalam ayat ini adalah berbicara tentang sesuatu yang tidak nyaman. Dalam kehidupan kita pasti ada pergumulan yang tidak dapat kita hindari dan Tuhan yang berdaulat mengijinkan itu terjadi dalam hidup kita. Tetapi bagi kita yang memiliki hubungan dengan Sang Hikmat maka Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. Jadi kita perl mengambil hikmah dibalik semua penderitaan yang kita alami. Hikmat tidak menghindari Penderitaan malah justru kita dapat mengambil hikmah dari setiap penderitaan/pergumulan yang kita hadapi.

Seringkali saat kita mengalami pergumulan maka doa kita adalah minta Tuhan mengangkat semua pergumulan itu. Sehingga saat kita mendapatkan pertolongan maka kita hanya bersyukur atas pertolongan namun tidak pernah mengambli hikmah dari pergumulan itu. Semestinya waktu kita bersyukur maka kita tidak hanya bersyukur atas pertolongan Tuhan namun juga dapat mengambil hikmah dari pergumulan kita. Kadang-kadang Tuhan ingin supaya kita lebih mencintai Dia dan tidak bergantung pada mammon. Atau Tuhan ingin kita sadar bahwa penerimaan Tuhan jauh lebih berharga daripada penerimaan orang lain. Juga mungkin Tuhan ingin supaya kita sadar bahwa kita tidak bisa memegang kendali atas segala sesuatu tetapi percaya akan kedaulatanNya atas hidup kita.

Saat kita mendapatkan hikmah dari masalah atau pergumulan dalam hidup kita maka ini dapat mendorong kita lebih mengenal Tuhan, lebih mengenal diri sendir.  Dan saat kita masuk lebih ke dalam kemunitas kita  dan mendapatkan nasehat doa dan support dari komunitas kita  serta mendorong kita untuk ingin tahu tentang apa yang Firman Tuhan katakan mengenai masalah dan pergumulan yang sedang kita hadapi, sehingga kita akan hidup dalam hikmat Tuhan. 

          3. THE GOSPEL  (INJILNYA)

Berbicara tentang penderitaan maka ada banyak penderitaan yang sulit untuk dijelaskan (unexplainable suffering). Sebagai contoh: kalau kita mengalami dimana orangtua kita meninggal, pasangan kita selingkuh atau batal menikah maka itu adalah penderitaan. Namun penderitaan ini berbeda dengan “ unexplainable suffering “ seperti keluarga yang mati dibantai teroris, saudara kita yang masih balita yang hilang sampai sekarang karena diculik orang atau ribuan orang yang mati karena penindasan atau bencana alam. Kalau memang melalui penderitaan kita dapat memperoleh hikmat maka penderitaan model seperti ini apa hikmahnya dan di mana kebijaksanaannya. Mungkin kita juga pernah bertanya seperti ini yaitu mengapa orang tidak bersalah atau orang tidak berdosa mati secara sia-sia. 

Amsal 30:1-4
1Perkataan Agur bin Yake dari Masa. Tutur kata orang itu: Aku berlelah-lelah, ya Allah, aku berlelah-lelah, sampai habis tenagaku. 2Sebab aku ini lebih bodoh dari pada orang lain, pengertian manusia tidak ada padaku. 3Juga tidak kupelajari hikmat, sehingga tidak dapat kukenal Yang Mahakudus. 4Siapakah yang naik ke sorga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!

Agur Bin Yake dari adalah salah satu orang bijak yang kata-katanya ditulis di dalam kitab Amsal juga mengalami keresahan yang sama karena dia tidak menemukan jawabannya korban perang, korban kekejaman, manusia saling bunuh, saling mengkhianati, kesusahan hidup, bencana alam, dimana hikmat manusia itu terbatas. Dengan kata lain dia seolah berkata bahwa hanya kalau Tuhan sendiri yang turun dari surga dan berbicara langsung kepadanya dan memberi tahu apa yang terjadi di dunia, kejahatan dan penderitaan dan ketidakadilan yang dia lihat hanya akan membuat takut dan frustrasi sehingga butuh seseorang turun dari surga sehingga dia akan memiliki kebijaksanaan yang sejatI namun  sampai saat itu dia tidak.” Kemudian dia benar-benar mengatakan di akhir, "Siapa orang ini, siapa namanya, dan siapa nama anaknya?" Apa artinya?

Yoh 3:10-13
Percakapan dengan Nikodemus
10Jawab Yesus: ”Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? 11Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. 12Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? 13Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Dalam percakapanNya dengan Nikodemus maka Yesus menjawab pertanyaan tentang siapa yang turun dari surga yaitu adalah Dialah orangnya yang dibicarakan oleh Agur yaitu tentang seorang bijaksana yang akan turun dari sorga.

Yohanes 3:16 TB

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Disini Yesus menunjukkan bahwa Diala Tuhan yang kudus yang akan mengalami penderitaan tertinggi. Diala sang hikmat dan perwujudan hikmat yang tertinggi bukan dalam bentuk teori atau bentuk abstrak tetapi Dialah pribadi hikmat itu. Melalui Yesus, melalui pengorbanan dan penderitaanNya maka Dia justru memberikan penebusan. Melalui kematianNya maka Dia memberikan kehidupan yang kekal. Seolah melalui kekalahan maka Dia memberikan kemenangan besar, namun justru melalui salib maka Yesus memuaskan murka Allah yang didasari dari keadilanNya, tetapi pada saat yang sama maka  melalui salib Yesus juga akan menyatakan kasihNya kepada umat pilihanNya, gerejaNya dan umat kesayanganNya. 

Kisah Seorang Penulis Berkulit Hitam.

Pada tanggal 12 April 2004 ada sebuah artikel tentang filem The Passion of the Christ yang berjudul “ Why Did Jesus Have To Die”. Dalam artikel itu sebagian menceritakan seorang Penulis berkulit Hitam yang mengalami trauma masa kecil yang begitu mengerikan karena dia waktu masih balita menyaksikan ibunya sendiri di bunuh di depan matanya oleh pacar ibunya dan dia menyaksikan darah di mana-mana yaitu di Kasur, di lantai dan juga di tembok ada bekas tangan yang berdarah Dia mengalami trauma sampai besar susah sekali untuk percaya akan kebaikan Tuhan. Dia berkata seperti Agur yaitu “....bagaimana aku bisa damai dan melihat ada hikmah di balik kejadian ini.... “. Namun satu hari di saat dia mengambil S2 di salah satu kelasnya dimana mereka sedang mendiskusikan tentang Doktrin Kekristenan terutama mengenai doktrin Salib baru dia sadar karena ada berita Injil disana. Dan artikelnya berkata seperti ini.... 

“ Saya tiba-tiba sadar bahwa Yesus bukan hanya menderita untuk kita, tetapi Yesus juga menderita bersama dengan kita. Saya sadar bahwa Yesus melalui semua itu, Dia menderita dan merasakan dipukuli sampai mati oleh orang-orang yang semestinya mengasihi Dia. Yesus tahu rasanya bagaimana dikhianati dan Dia melakukanNya untuk saya.

Penderitaan apa yang tidak bisa dijelaskan adalah Tuhan yang kudus rela menjadi manusia dan lahir dipalungan yang hina. Tuhan yang kudus yang tidak mengenal dosa menjadi dosa bagi kita yang berdosa. Tuhan yang melakukan mujizat membiarkan diriNya disiksa. Tuhan pencipta dan pemberi kehidupan merelakan diriNya untuk dibunuh, mati di atas kayu salib.

Hikmat Allah Tertinggi tercurah di dalam Pribadi Yesus Kristus dan  Karya Salib-NYA.

Melalui Penolakan-Nya, Kita Memperoleh Penerimaan.

Melalui Cucuran Darah-Nya, Kita Menerima Pengampunan

Melalui Penderitaan-Nya, Kita Menerima Penebusan. 

Melalui Kematian-Nya, Kita Menerima Kehidupan.

Melalui Keterpisahan-Nya Dari Bapa, Kita Menerima Pendampingan.