Pembacaan : Kitab Yunus
Kitab Yunus adalah kitab yang sangat unik. Kitab ini disebut kitab kenabian meskipun hanya berisi satu kalimat khutbah dan dari 48 ayatnya maka 47 ayat adalah narasi. Dan Yunus juga satu-satunya nabi dalam Alkitab yang diutus kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Yang lain berbicara tentang orang-orang bukan Yahudi tetapi hanya Yunus yang diutus Tuhan kepada mereka yang bukan Yahudi. Dan, tentu saja, dia membangkang perintah Allah sendiri dan ditelan oleh seekor ikan besar. Dan melalui kedaulatan Allah maka Dia dapat memakai orang yang tidak sempurna seperti Yunus sekalipun untuk rencanaNya tidak akan gagal. Melalui kisah Yunus maka kita dapat belajar tentang keadaan hati manusia, cara pandang kita terhadap badai dan wujud kasih sejati yang merupakan tipologi dari Kristus.
1. KEADAAN HATI MANUSIA
Yunus 1:1-3
1Datanglah firman Tuhan kepada Yunus bin Amitai, demikian: 2”Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” 3Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan.
Ketika Yunus disuruh pergi ke Niniwe yaitu ke timur tetapi dia malah membangkang dan lari ke barat, mengapa? Memang Niniwe ini adalah bangsa Asiria purba dan mereka sangat terkenal dengan kekejamannya terhadap musuhnya dan terhadap rakyatnya sendiri dan bangsa Israel saat itu juga bermusuhan dengan bangsa Assiria.Lagipula nabi Nahum pernah bernubuat bahwa Tuhan akan menghancurkan dan menghakimi bangsa Assiria karena kekejamannya sehingga Yunus berpikir mengapa dia harus pergi ke kota yang kejam dan bangsa yang bengis dimana Tuhan akan menghukumnya.
Tetapi apapun alasannya maka ada alasan yang lebih mendasar di balik mengapa Yunus memberontak dan malah pergi ke arah yang berlawanan dan alasannya adalah sama dengan keadaan hati kita yaitu Yunus meragukan kebaikan Tuhan dimana dia tidak bisa menemukan alasan yang baik mengapa Tuhan mengirim dirinya untuk pergi ke Niniwe.
Sebagai contoh yaitu kalau kita mundur ke belakang maka ketidakpercayaan Yunus sebenarnya mirip sekali dengan ketiakpercayaan Adam dan Hawa terhadap kebaikan Tuhan saat di taman Eden. Adam dan Hawa diijinkan untuk makan semua pohon yang ada di taman Eden tetapi ada satu pohon yang tidak boleh dimakan buahnya yaitu pohon pengetahuan baik dan pengetahuan jahat. Tetapi karena pohonnya terlihat sangat menarik serta Adam dan Hawa tidak bisa menemukan alasan yang baik mengapa Tuhan memberikan perintah itu kepada mereka. Dan karena mereka tidak bisa menemukan alasan yang menurut mereka masuk akal dan baik tentang mengapa Tuhan memberikan perintah itu kepada mereka maka mereka mulai meragukan Tuhan.
Kemudian ular datang membohongi mereka dan berkata kalau mereka makan buah itu maka mereka akan menjadi seperti Tuhan dan selanjutnya mereka lebih percaya kepada kebohongan si ular. Kita juga seperti itu yaitu lebih percaya pada kebohongan dunia atau filosofi-folosofi yang masuk dalam kita dari nilai-nilai dunia. Kita berpikir kalau kita terlalu serius dengan Tuhan maka hidup kita tidak menyenangkan.
Sinclair Ferguson dalam bukunya “The Whole Christ” maka dia berbicara tentang Kebohongan Ular : “Jadi, kebohongan adalah serangan terhadap kebaikan, kemurahan hati & integritas Tuhan. Baik karakter maupun Firman-Nya tidak bisa dipercaya. Dan ini adalah kebohongan yang dipercayai oleh para pendosa sejak saat itu. Kebohongan bahwa Tuhan tidak dapat dipercaya karena Tuhan adalah Bapa palsu yang kurang mencintai kita.” Jadi kebohongan ular itu sudah menguasai kita dan ini hanya bisa diperbaharui oleh kuasa Roh Kudus saja yaitu melalui kelahiran baru. Dan kebohongan itu berkata bahwa Tuhan tidak bisa dipercaya dan kita selalu ragu apakah rencanaNya bagi kita itu baik. Manusia selalu berpikir bahwa kalau ikut Tuhan maka hidupnya akan menderita dan terkekang. Dan kita percaya kebohongan ini yaitu kalau kita percaya Tuhan maka kita tidak Bahagia dan mengalami kepuasan.
Yunus meragukan kebaikan Tuhan dimana dia tidak bisa menemukan alasan yang baik mengapa Tuhan mengirim dirinya untuk pergi ke Niniwe. Seperti Yunus maka hati kitapun sering meragukan kebaikan Tuhan. Kita selalu ragu dan susah untuk percaya bahwa rencana Tuhan bagi kita adalah yang terbaik. Kita perlu mengerti baha waktu tuhan memberikan perintah larangan itu sebenarnya bukan untuk membatasi kita tetapi untuk menyelamatkan kita demi kebaikan kita sendiri.
Pada panggilan yang pertama kita melihat bahwa Yunus memberontak dan melarikan diri. Namun pada panggilan kedua maka Yunus akhirnya taat tetapi taat dengan berat hati. Akhirnya dia melakukan perintah Tuhan tetapi waktu reaksi orang-orang Niniwe yang bertobat ini sehingga Tuhan tidak jadi menghukum Niniwe maka bukannya malah senang.... tetapi Yunus malah marah.
Yunus 4:1-4
1Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. 2 Dan berdoalah ia kepada Tuhan, katanya: ”Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. 3Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.” 4Tetapi firman Tuhan: ”Layakkah engkau marah
Ada dua reaksi yang tersirat di kitab Yunus sebagai bentuk dan reaksi dari keadaan hati manusia yang sebenarnya akarnya sama. Beberapa ahli pakar alkitab juga menyebutkan ada suatu kesamaan antara kisah Yunus ini dengan kisah di Perjanjian Baru dimana Yunus memberontak kepada Tuhan melarikan diri dari bapanya karena meragukan kebaikan Tuhan seperti kisah anak bungsu yang hilang. Sebaliknya di pasal 3 akhirnya Yunus taat dan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan tetapi waktu Tuhan melakukan sesuatu yang berbeda dari apa yang dia harapkan maka dia marah besar. Di Perjanjian Baru cerita ini sangat mirip dengan kisah anak sulung yaitu saat anak yang bungsu itu kembali dan bertobat maka anaj yang sulung itu marah kepada bapanya.
- Timothy Keller dalam bukunya“Prodigal Prophet “ mengatakan “Di bagian pertama kitab ini, Yunus bertindak seperti anak yang hilang (Lukas 15:11-24)—ia melarikan diri dari Tuhan dalam ketidaktaatan pada kehendak-Nya. Kemudian di paruh kedua, Yunus metaati perintah Tuhan dan pergi ke Niniwe. Tetapi ketika Tuhan berbelas kasihan pada orang-orang kafir yang jahat, dia bertindak seperti si kakak yang sulung (Lukas 15:25-32), marah kepada Bapanya (Tuhan) karena mengampuni orang berdosa yang bertobat.”
Yunus bukan hanya memberontak kepada Tuhan melarikan diri dari bapanya karena meragukan kebaikan Tuhan, namun Yunus juga menginginkan Tuhan buatannya sendiri, Tuhan yang bertindak sesuai dengan harapannya sendiri. Karena Yunus punya ide bahwa kalau Tuhan yang benar adalah Tuhan yang akan menghukum Ninewe dan menyelamatkan orang-orang seperti dia yang menyembah Yahweh. Jadi dari kisah Yunus kita menemukan ada dua reaksi yang menunjukkan keadaan hati manusia sekalipun reaksinya berbeda tetapi akarnya sama. Yang satu memberontak dan lari karena tidak percaya dan meragukan kebaikan Tuhan maka dia berusaha mengambil alih nasibnya sendiri. Sedangkan yang satunya taat dan setia kepada Tuhan tetapi ingin mengontrol Tuhan untuk bertindak dengan dasar ketaatannya sehingga Tuhan pantas memberkatinya. Dan keduanya sebenarnya akarnya adalah sama yaitu bersandar pada kekuatannya sendiri dan tidak bersandar pada Tuhan.
Roma 1:28-31
karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: 29penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. 30Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, 31tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.
Rasul Paulus juga melihat kedua reaksi ini dan menuliskannya di kitab Roma dimana ada group yang memberontak kepada Tuhan (Roma 1). Tetapi kemudian di Roma 2 maka Rasul Paulus mendeskripsikan orang-orang yang taat beragama dan taat terhadap hukum Taurat untuk mendapatkan keselamatan. Dua-duanya tetap terpisah dari Tuhan dan dua-duanya tetap binasa.
Roma 3:9-12
9Jadi bagaimana? Adakah kita mempunyai kelebihan dari pada orang lain? Sama sekali tidak. Sebab di atas telah kita tuduh baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, bahwa mereka semua ada di bawah kuasa dosa, 10 seperti ada tertulis: ”Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. 11Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. 12Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak
Seperti Yunus maka kita ingin menciptakan Tuhan buatan kita sendiri yaitu Tuhan yang bertindak sesuai dengan harapan kita sendiri. Seperti anak yang bungsu dan sulung maka keduanya lari dari Tuhan. Yang satu berontak seperti anak yang hilang lari dari Tuhan dan yang satu meskipun taat tetapi dia tidak menaruh kepercayaannya kepada bapanya bahkan berusaha mengontrol Tuhan melalui ketaatannya seakan-akan Tuhan berhutang dengannya dan ini sama saja sebenarnya dengan tidak percaya pada Tuhan. Itulah keadaan hati kita dan kita tidak akan pernah mengerti mengapa kita terus jatuh pada kecenderungan yang sama. Kita perlu sadar bahwa itulah keadaan hati kita yang berusaha menjadi Tuhan atas diri kita sendiri dan menjadi juruselamat kita sendiri. Sebab itu kita butuh Kristus sebab kita tidak bisa menyelamatkan diri kita sendiri.
2. CARA PANDANG KITA TERHADAP BADAI
Yunus 1:4-7
4Tetapi Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. 5Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. 6Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: ”Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa.” 7Lalu berkatalah mereka satu sama lain: ”Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini.” Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi.
Kita hidup di dunia yang sudah jatuh dalam dosa yang penuh dengan penderitaan dan penuh dengan kejahatan dimana ini bukan Tuhan yang menciptakan. Tidak semua penderitaan “badai” dalam hidup kita adalah akibat dari dosa tetapi semua dosa pasti selalu membawa konsekuensi penderitaan (“badai”). Ini adalah kebenaran umum dimana setiap perbuatan jahat atau tabiat buruk kita akan selalu membawa konsekuensi yang buruk dalam hidup kita. Tetapi bagi kita sebagai anak-anak Tuhan maka Tuhan menggunakan penderitaan “badai” dalam hidup kita untuk menyadarkan kita bahwa kita terbatas, tidak berdaya dan membawa kita bertobat untuk datang bersandar kepada Tuhan.
Tuhan tidak menciptakan kejahatan, penderitaan dan kematian. Tuhan menciptakan semua yang baik seperti taman Eden. Penderitaan dan kejahatan adalah perbuatan kita manusia yang berdosa dan tatanan ciptaan rusak karena dosa. Tetapi Tuhan bisa menggunakan apa yang buruk ini dan kalau kita adalah anak Tuhan maka selalu ada kasih Tuhan di sana bahkan di dalam badai sekalipun. Di cerita Yunus maka Tuhan mengirim ikan besar untuk menyelamatkan Tunus. Demikian juga dalam setiap badai kita maka Tuhan sebenarnya sedang menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita sendiri serta membawa kita untuk bertobat dan datang bersandar kepada Tuhan.
3. WUJUD KASIH YANG SEJATI
Yunus 1:11-12
11Bertanyalah mereka: ”Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora.” 12Sahutnya kepada mereka: ”Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.”
Wujud kasih yang sejati adalah satu orang di campakkan ke dalam laut untuk menyelamatkan seluruh isi kapal. Dalam hubungan kasih biasanya ada dua bentuk yaitu kasih yang transaksional dan kasih sejati. Kasih yang transaksional adalah kasih yang saling memanfaatkan dan menguntungkan. Seseorang mau dalam hubungan ini selama itu saling menguntungkan dimana sebenarnya itu bukan kasih. Namun wujud kasih yang sejati adalah kasih yang mengorbankan dirinya sendiri untuk
kebaikan, keuntungan dan kesejahteraan orang lain. Sebagai contoh orangtua yang berkorban untuk anak-anaknya. Atau saat kita diminta mengampuni sekalipun sebanranya tidak harus melakukan itu. Saat kita mengampuni sebenarnya kita kehilangan sesuatu yaitu tidak salah tetapi kita mengampuni. Semua kasih yang mengubahkan hidup seseorang maka selalu mengorbankan sesuatu. Dan wujud pengorbanan yang tertinggi dilakukan bukan oleh seorang nabi tetapi dilakukan oleh Tuhan sendiri.
GOSPEL CONNECTION
Matius 12:38-41
38 Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ”Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” 39 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: ”Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. 41 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!
Melalui kisah Yunus kita dapat belajar: