THE APOSTLES CREED WEEK 6 "Dikandung dari Roh Kudus Lahir dari Anak Dara Maria"
Ps. Dave Hatoguan
Pembacaan : 1 Yohanes 1:1-4
Kita kembali melanjutkan sermon series kita yang berjudul di Apostle Creed atau Kredo Rasuli. Kita sudah memasuki minggu keenam dengan judul “Dikandung dari Roh Kudus Lahir dari Anak Dara Maria”. Bagian ini memiliki implikasi yang mendalam bagi kehidupan kita, karena begitu fundamental dalam iman Kekristenan. Allah itu begitu mengasihi kita. Bahkan Ia mau mengambil rupa menjadi manusia, mengambil rupa daging ke dalam diri-Nya.
Baca : 1 Yohanes 1:1-4
1. Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu.
2. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.
3. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
4 .Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.
Di sini Rasul Yohanes mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Ini mengandung makna yang penting bagi iman Kekristenan. Yohanes menegaskan bahwa Yesus itu sudah ada sejak kekekalan (ay. 2). Ia bersama-sama dengan Bapa. Dia bukan diciptakan. Yesus sudah ada bersama Allah Tritunggal. Keberadaan-Nya bukan disebabkan, tetapi Dialah penyebab segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini (Yesus adalah causa prima). Dari khotbah ini kita akan melihat bahwa Yesus bukan dikandung dari benih manusia, tetapi dikandung oleh Roh dan dilahirkan dari dara anak Maria. Ada 3 poin yang kita akan renungkan, yaitu:
1. MENGAPA RASUL YOHANES MENEKANKAN TENTANG INKARNASI YESUS?
1A. Yohanes ingin memberikan nasihat untuk mewaspadai ajaran palsu.
1 Yohanes 1:1 tertulis demikian:
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”
Mengapa Yohanes menekankan “apa yang telah kami raba”? Karena pada masa itu Kekristenan sedang diserang oleh ajaran yang namanya Doketisme dan Serintianisme. Tapi kita fokus pada ajaran Doketisme, karena kita bisa belajar sesuatu. Bahkan ajaran ini bisa kita pahami dan sebagai peringatan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Ajaran Doketisme berasal dari kata Yunani dokeo yang artinya nampak. Maksudnya adalah kalau Yesus adalah Allah yang adalah Roh Maha Suci, maka kemanusiaan-Nya adalah semu (tidak punya tubuh jasmani), hanya ilusi yang nampak pada mata manusia tetapi sebenarnya tidak pernah ada. Bagi paham Doketisme, daging itu jahat. Maka tidak mungkin Roh yang adalah suci dapat bergabung dengan daging yang jahat. Maka bagi pandangan ini, Yesus itu tidak real. Mereka membedakan antara daging dan Roh. Menyangkal kemanusiaan Yesus sama saja dengan menyangkal keilahian Yesus. Kita harus memahami bahwa Yesus adalah Allah yang sejati juga Ia adalah manusia sejati. Kalau kita salah memahami tentang dwi natur Yesus, maka kita juga akan salah dalam menjalani kehidupan kita. Maka kita perlu mengerti doktrin yang benar dan alkitabiah.
Mungkin kita tidak menganut paham Doketisme, tapi seringkali kita membedakan hal yang Rohani itu baik, sedangkan hal yang Sekuler itu buruk. Seringkali kita jatuh pada dikotomi terhadap hal-hal di kehidupan kita. Pekerjaan, studi, hobi, dan pertemanan itu adalah sekuler, sedangkan hal yang rohani itu adalah beribadah, pelayanan, kegiatan sosial, komunitas rohani. Banyak orang Kristen yang terjerumus dalam pemikiran seperti ini. Seharusnya kita tidak melakukan pembedaan-pembedaan seperti itu. Karena seperti yang dikatakan Timothy Keller:
“Salah satu hal yang tertanam dalam kebanyakan pikiran orang Kristen adalah pemisahan antara ‘rohani’ dan ‘sekuler’. Padahal, Allah menciptakan dunia ini dengan Roh-Nya, menopang dunia ini, menyirami dan menyuburkannya, memenuhi kebutuhan dan memberi makan. Dengan kata lain, Allah juga bekerja. Maka dari itu, segala jenis pekerjaan, baik itu tukang kebun, seniman, investor atau apapun yang sedang melakukan seperti apa yang Allah lakukan, yaitu memperbarui dunia material dan merawatnya, adalah hal yang rohani, ini berarti, pekerjaan kita, juga adalah panggilan pelayanan kita.”
Walaupun dunia ini rusak, tetapi Allah tidak membuang begitu saja. Kalau ada sesuatu yang baik dalam dunia ini, berarti Allah masih memelihara kita. Maka dari itu, segala jenis pekerjaan kita, kita melakukannya seperti Allah juga bekerja dalam dunia ini. Sehingga kita yang mengerti Injil tidak lagi mendikotomikan lagi, tidak menabrakkan, tidak melakukan pemisahan-pemisahan, tetapi Kristus menjadi pusat dalam setiap aspek kehidupan kita. Pertemanan, pelayanan, pekerjaan, hobi, ibadah, semuanya itu terpusat pada Kristus. Kita tidak lagi membeda-bedakan.
Kalau kita masih membeda-bedakan kita, kita akan berpikir misal “gak papa kalau mencuri dikit-dikit di pekerjaan”, “aman kok kalau mark up dikit-dikit”. Ini pemikiran yang berbahaya. Sehingga kita tidak menjadi saksi Kristus, malahan kita menjadi batu sandungan dalam pekerjaan kita. Harusnya kita melihat bahwa apa pun dan segala sesuatu yang ada dalam kehidupan kita bentuknya adalah pelayanan kepada Tuhan. Saksi Kristus bukan berbicara tempat saja (harus di gereja), tetapi di luar sana pun kita adalah saksi-saksi Kristus dan menjadi sarana anugerah.
Mengapa Yohanes begitu getol menerangkan inkarnasi Yesus? Kalau kita lihat Injil Yohanes, di sana Yohanes menerangkan sisi keilahian-Nya, tetapi kalau kita lihat surat Yohanes, ia ingin menerangkan sisi kemanusiaan Yesus. Jadi, Yesus adalah Allah sejati, sekaligus Ia adalah manusia sejati. Artinya, Yesus adalah firman yang hidup. Ia sudah ada sejak kekekalan.
1 Yohanes 1:1 mengacu pada catatan di Injil Yohanes 20:27, saat para murid sedang ketakutan di sebuah ruangan, lalu tiba-tiba Yesus ada di tengah-tengah mereka.
“Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ‘Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.”
Tomas ragu pada Yesus karena bagaimana mungkin Yesus tiba-tiba masuk ke dalam ruangan yang terkunci. Kalau Yesus manusia, mana mungkin Yesus menembus tembok? Di sinilah pemahaman Doketisme terpatahkan. Karena Yesus benar-benar daging. Dia benar-benar mengambil rupa manusia. Melalui Tomas, Sang Firman Hidup itu benar-benar manusia sejati.
Craig L. Blomberg berkata:
“Bukti sejarah memampukan kita untuk menjelaskan iman kita; sebagai akibatnya, iman yang dibutuhkan untuk mengisi ruang yang kosong adalah iman yang masuk akal.”
Kekristenan adalah perpaduan antara spiritualitas dengan rasionalitas. Iman Kristen bukanlah iman yang lompat di dalam gelap, tetapi iman yang bisa dijelaskan, diartikulasikan, dibuktikan secara historis. Karena Allah kita adalah Allah yang menjadi manusia, ada juga saksi mata. Allah kita adalah Allah yang nyata. Yesus adalah Allah yang kekal, berinkarnasi dalam daging, masuk dalam sejarah umat manusia, supaya kita yang adalah manusia terbatas, dapat mengenal Allah yang tidak terbatas. Dari kesaksian para murid, kita dapat melihat bahwa Yesus benar-benar adalah manusia yang sejati.
2. APA MAKNA INKARNASI YESUS BAGI KITA ORANG PERCAYA?
1 Yohanes 1:3 dikatakan,
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”
Kalau kita melihat polanya, Yohanes ini menekankan yaitu apa yang telah kami lihat, apa yang telah kami dengar. Kalimat ini diulang berkali-berkali, artinya ini bagian yang sangat khusus. Yohanes ingin menunjukkan bahwa mereka benar-benar mengalami Yesus. Mereka benar-benar mengalami perjumpaan dengan Sang Firman Hidup.
Maka Allah yang kita sembah adalah Allah yang imanen. Yohanes menegaskan bahwa persekutuan kita didasari oleh persekutuan dengan Kristus. Melalui ini kita belajar mengasihi Kristus dan umat-Nya. Kita terlibat aktif dalam persekutuan dengan sesama orang percaya. Kita dapat mengasihi orang Kristen lainnya. Sang Firman itu berinisiatif datang menghampiri kita dan mengambil bagian ke dalam dirinya yaitu daging (menjadi manusia).
Agama adalah usaha manusia bersekutu dengan Allah dengan berbagai macam ritual dan pemikiran filsafat, tetapi Iman Kristen mengajarkan Allah mencari orang berdosa dengan cara menjadi daging supaya kita memiliki persekutuan yang intim dengan Allah. Allah rindu berelasi dan bersekutu secara nyata dengan menjadi daging, sehingga Allah yang kita sembah adalah Allah “real” (nyata) dan “relate” (nyambung) dengan pergumulan yang kita alami. Allah turun ke dunia, untuk bersolidaritas merasakan apa yang kita alami. Bahkan Dia juga merengkuh kerapuhan manusia supaya kita yang rapuh tidak berjalan sendirian, tetapi ada Pribadi yang selalu setia dan menemani kita.
Kalau ada hari-hari ini pergumulan di antara kita, di mana orang-orang tidak mengerti posisi dan keadaan kita, kabar baiknya kita punya Tuhan yang mengerti semua perasaan dan kondisi kita. Dia berinkarnasi untuk menemani kita. Datanglah pada Tuhan apa adanya dan setiap waktu. Tak perlu dengan formulasi tertentu ataupun redaksi yang indah, yang Dia inginkan adalah relasi. Masalahnya adakah hati kita ingin berelasi dengan Tuhan kita? Kita tidak perlu memikirkan hari-hari tertentu barulah kita berelasi kepada-Nya.
Karena Kekristenan yang sejati berbicara tentang pendampingan, penyertaan, dan penyediaan kekuatan setiap waktu. Inilah Kekristenan. Kita diberikan kekuatan, ditopang, kita diminta untuk berproses, tetapi kita juga didampingi-Nya dalam proses itu. Ketika kita mengalami tantangan dan pergumulan, ada Roh Allah yang menemani kita. Kita selalu didampingi bahkan Ia turut menanggung penderitaan yang kita alami.
Yohanes 14:26 tertulis,
“tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah kukatakan kepadamu”.
Ia tidak hanya lahir mengambil rupa manusia, tetapi ketika Ia naik ke sorga, Ia berdoa kepada Bapa di sorga supaya mengutus Roh Penghibur itu kepada kita. Inilah Pentakosta. Tuhan sudah melawat umat-Nya 2000 tahun yang lalu. Hari ini, kita tidak perlu menunggu lawatan dan pencurahan Roh Kudus lagi. Yang perlu kita lakukan adalah senantiasa mengingat apa yang sudah Tuhan Yesus pernah lakukan di dalam hidup kita.
Jangan berdoa minta pencurahan Roh Kudus lagi, tetapi mintalah supaya Roh Kudus yang sudah melahirbarukan kita, menuntun dan memberikan kekuatan bagi kita untuk menghidupi Injil. Sangat mustahil untuk kita dapat menghidupi kebenaran Injil dengan kekuatan kita sendiri. Kita perlu Roh-Nya untuk menjalani keseharian kita.
3. BAGAIMANA AGAR DAPAT MENGALAMI KARYA INKARNASI YESUS DALAM PERJALANAN IMAN KITA?
Dalam 1 Yohanes 1:1&3 menekankan bahwa Yohanes dengan para Rasul mengalami persekutuan perjumpaan dengan Kristus, Sang Firman Hidup secara nyata. Sedangkan dalam 1 Yohanes 1:2&4 menekankan bahwa Yohanes rindu memberitakan Kristus, Sang Firman Hidup kepada banyak orang. Artinya ketika kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus & merasakan kasih-Nya, maka kita akan memiliki kerinduan membagikan Injil kepada orang lain. Kita pasti akan menceritakan kabar baik itu kepada orang-orang di sekeliling kita.
1 Yohanes 1:4 dikatakan:
“Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna.”
Sukacita kita bukan lagi tentang tender kita goal atau enggak. Sukacita kita bukan ketika penyakit kita sembuh. Atau miskin jadi kaya. Masalahnya apa yang menjadi kerinduan dan sukacita kita saat ini? Di momen Pentakosta ini, apakah kita sudah menjadi saksi-saksi Kristus? Mungkin beberapa dari kita berpikir bahwa kita tidak bisa berkhotbah dan memberitakan Injil tetapi mengutip perkataan Daniel L. Akin:
“Tak setiap kita dapat menjadi pengkhotbah, tetapi kita semua dapat mengajarkan Injil, setiap ada kesempatan.”
Memang tidak semua kita mengerti ilmu penafsiran, eksegesis, dan sebagainya. Tapi kita bisa memberitakan kabar baik tentang Allah yang beranugerah melalui Kristus Yesus kepada orang berdosa. Inilah yang bisa kita ceritakan dan saksikan kepada orang banyak. Jangan hanya berdoa supaya Tuhan menyelesaikan masalah hidup kita. Tetapi berdoalah supaya Tuhan terus membuka jalan agar kita memiliki kesempatan untuk menjadi saksi-saksi Kristus. Minta Tuhan untuk memberi kita keberanian menyampaikan kasih Kristus kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya.
Mulai sekarang ubah doa kita, dengan mendoakan agar kita diberi kesempatan dan keberanian menyampaikan Injil kebenaran-Nya. Karena Roh Kudus yang akan memberikan kekuatan dan kuasa untuk menjadi saksi Kristus.
Kisah Para Rasul 1:8 dikatakan:
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Tuhan memberi kuasa untuk menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Roh Kudus yang melahirbarukan sekaligus memberikan keberanian dan hikmat untuk menjadi saksi Kristus.
Gospel Connection
Yesus Sang Firman Hidup, yang kekal rela mengalami kematian, supaya kita yang mengalami kematian total mendapat kehidupan kembali melalui pribadi Roh Kudus.
Yesus Sang Firman Hidup, yang kekal rela terpisah dengan Allah Bapa saat di kayu salib, supaya kita yang terpisah dengan Allah Bapa dapat kembali bersekutu dalam Kristus.
Yesus Sang Firman Hidup, yang tak terbatas rela menjadi daging yang rapuh, supaya kita yang hidup dalam daging dan rapuh karena dosa, dapat hidup oleh kekuatan Roh Kudus sudah dicurahkan di dalam setiap orang.
Pertanyaan Reflektif
Gospel Response
Karena Injil (Firman Hidup Menjadi Manusia)