Kebangkitan Tubuh dan Hidup Yang Kekal

THE APOSTLES CREED WEEK 13 "Kebangkitan Tubuh & Hidup yang Kekal" 

Ps. Natanael Thamrin

 


Pembacaan                : Wahyu 21:1-6; 22:1-5

Ada banyak orang Kristen yang masih bergumul dengan pertanyaan: “Apakah ada kehidupan setelah kematian?” Karena pergumulan ini maka ada orang yang berpikir, Pertama, jika tidak ada kehidupan setelah kematian, “Apa makna hidup saya sekarang ini? Kalau pada akhirnya kehidupan hanya berujung pada kematian, lalu apa gunanya hidup berbuat baik atau jahat?” Kedua, jika ternyata ada kehidupan setelah kematian, “Bagaimana seharusnya saya hidup sekarang ini? Apakah perbuatan baik atau jahat memiliki dampak untuk hidup saya setelah kematian?” Dari bagian ini yang pasti adalah bahwa setiap manusia akan mengalami kematian tanpa terkecuali. Tetapi sebagai orang percaya, ketika kita percaya pada Kristus, kematian jadinya hanyalah selingan di antara dua kehidupan. Itulah sebabnya kita mengakui akan ada kebangkitan tubuh dan hidup yang kekal. Kepercayaan kita ini bukanlah kepercayaan terhadap janji yang palsu atau kosong, tetapi terhadap janji Allah sendiri melalui Yesus Kristus.

Pertanyaannya bagaimana kita hidup di dalam masa penantian kedatangan Yesus yang kedua kali? Untuk itu ada 3 poin yang kita pelajari dari khotbah ini:

          1. WHAT IS NEW? (APA YANG BARU?)

Wahyu 21:1&5

1. Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.
5. Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: “Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar.”

Saat kita membaca bagian ini, mungkin ada kebingungan yang terlintas. Apakah Allah akan menjadikan baru (Replaced)? Atau Allah akan membuat jadi baru (Renewed)? Yang pertama berbicara ada hal-hal yang benar-benar baru. Belum pernah ada sebelumnya. Atau yang lama diganti oleh sesuatu yang benar-benar baru. Sedangkan yang kedua adalah menyiratkan pembaharuan atas sesuatu yang lama. Yang satu diganti jadi baru semuanya, tetapi yang kedua berbicara tentang pembaruan atas sesuatu yang lama. Lalu, mana yang benar?

Wahyu 21 ini berasal dari Yesaya 65:17 dan 66:22. Tulisan ini juga dikutip oleh Petrus dalam 2 Petrus 3:10 dikatakan:

10. “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.”

Waktu kita membaca ayat ini, referensi-referensi ini sekilas merujuk kepada menjadikan baru (replaced). Tapi kalau kita membaca teks, kita perlu melihatnya dalam konteks. Dalam 2 Petrus 3, Petrus sebetulnya mencuplik kisah tentang Nuh dan Air Bah.  

“Air bah tidak menghancurkan dunia tetapi justru menyingkirkan orang-orang berdosa melalui penghakiman dan membersihkan dunia dari kerusakan.”

Jadi, air bah tidak menghancurkan dunia. Lalu, apa yang akan Allah lakukan:

“Bukan membuat hal-hal baru (makes all new things), melainkan membuat jadi baru (makes all things new).”

Lalu apa implikasinya?

  • Jika Allah membuat hal-hal baru (makes all new things), artinya Allah menganulir pekerjaan-Nya yang mulia dalam catatan kitab Kejadian 1-2. Justru karena Allah membuat jadi baru (makes all things new) maka Allah ingin menegaskan kuas-Nya atas segala sesuatu di dalam dunia ini.
  • Jika Allah membuat hal-hal baru (makes all new things), artinya kita dapat bersikap cuek serta malas terhadap upaya memperbaiki dunia. Justru karena Allah membuat jadi baru (makes all things new) maka kita dipanggil untuk berkontribusi dalam memperbaiki kerusakan dunia sebagai akibat dari dosa.
  • Jika Allah membuat hal-hal baru (makes all new things), artinya kita tidak perlu merawat dan menjaga tubuh kita. Justru karena Allah membuat jadi baru (makes all things new) maka kita perlu mengupayakan pola hidup yang sehat.

Dalam Wahyu 21:2-3dikatakan

2. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
3. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

Waktu kita membaca Wahyu, kita tidak membaca secara literal melainkan secara simbolik. Yerusalem yang baru bukan berbicara tentang tempat/kota yang baru, tetapi tentang keberadaan umat Allah. Jelas sekali dikatakan seperti pengantin perempuan. Ditegaskan juga di ayat 3 tentang Allah yang berkemah di tengah umat-Nya, dan kita akan menjadi umat Allah.

            “Kelak Allah akan membaharui relasi dengan umat-Nya.” 

Seringkali kita gagal paham dengan kata “kelak”. Kelak bukan berarti nanti akan terjadi namun sudah terjadi tetapi belum sempurna (already but not yet – sudah tetapi belum). Kita gagal memahami hal ini karena kita melihat Injil secara terpotong-potong. Kita berpikir Injil itu hanya berisi 2 bab saja yaitu tentang kejatuhan manusia dan nanti mengalami penebusan Allah. Akhirnya, kita melihat Yesus hanyalah alat untuk kita mendapatkan tiket pergi ke surga.

Kalau kita melihat Injil secara terpotong, kita akhirnya cenderung mereduksi Kristus hanya sebagai Juruselamat pribadi dan gagal melihat gambar besar dari pembaharuan yang hendak Allah kerjakan. Kita juga akan melihat relasi dengan Allah dengan lensa transaksional di mana dengan percaya Yesus maka kita dapat tiket ke surga. Allah pada akhirnya hanya berguna bagi diri kita sendiri.

Permasalahan lain adalah kita menciptakan pemisah antara yang sekuler dan rohani. Di mana pada akhirnya fokus kita hanyalah bagaimana membuat gereja jadi besar dan memenangkan jiwa, namun gagal melihat dampak gereja dalam keseharian. Atau kita berpikir misalnya: urusan kantor ya urusan kantor, tidak usah bawa-bawa hal rohani. Di titik ini kita tidak sadar bahwa sesungguhnya saat kita bekerja, kita bekerja untuk Allah, bukan sekadar untuk diri sendiri atau menyenangkan bos kita. Di sinilah kita tidak bisa melihat Injil dengan menggunakan cara pandang 2 bab ini.

Jika kita suka dengan teologi maka kita akan mengetahui istilah 4 bab Injil dan ini Injil yang lebih lengkap yakni penciptaan, kejatuhan, penebusan, pemulihan. Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik, indah, dan tidak ada dosa. Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupanya dan memberikan kuasa agar manusia mengembangkan ciptaan. Lalu manusia memberontak kepada Tuhan dan jatuh dalam dosa. Karena dosa masuk maka ciptaan tidak pernah sama lagi. Manusia tidak lagi memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, hubungan antar sesama juga rusak, ada sakit penyakit, bencana alam dan seterusnya. Tetapi Yesus datang ke dalam dunia menebus dosa manusia dan memulihkan ciptaan. Akhirnya Yesus akan datang kembali dan akan ada langit dan bumi yang baru, di mana orang-orang yang sudah ditebus akan memerintah bersama Kristus di dalam kekekalan.

Dalam cerita Injil ini, Yesus bukan hanya tiket untuk ke surga, tetapi Yesus memulihkan dan menebus ciptaan. Tapi masih ada yang kurang. Persoalannya bagaimana dengan di sini dan saat ini? Apakah kita ada dipenebusan, atau kita ada dipemulihan? Di mana keberadaan kita sekarang yang ada di dalam Kristus? Itulah sebabnya kita perlu menambahkan satu poin penting dari 4 bab Injil menjadi 5 bab Injil.

Dalam 5 bab Injil, ada satu bagian yang penting di antara penebusan yang sudah Kristus lakukan dan penantian kita akan pemulihan yaitu pembaruan. Dalam pembaruan, kita memahami bahwa karya Yesus yang sempurna sudah selesai di mana Dia telah menebus ciptaan namun pembaruan dari segala sesuatu masih akan datang. Inilah yang disebut already but not yet

Pertanyaannya, bagaimana kita tahu bahwa pemenuhan dari karya penebusan Kristus akan tiba? Wahyu 21:5 menuliskan demikian:

5. Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!” Dan firman-Nya: “Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat (setia) dan benar.”

Ayat ini menunjukkan bahwa yang mengucapkan perkataan “duduk di atas takhta” menunjukkan kekuasaan. Tapi bukan kekuasaan yang sifatnya otoriter dan bisa berubah-ubah kapan saja. Janji pemulihan itu akan terjadi karena natur dari yang berkuasa yaitu Allah ialah setia dan benar. Kata tepat sebaiknya diterjemahkan dengan setia. Kesetiaan Allah yang tidak berubah menjamin bahwa Dia, Allah yang Mahakuasa akan melaksanakan apa yang dikatakan-Nya, sehingga:

“Janji akan pemulihan didasarkan pada karakter Allah yang setia dan benar. Karena Dia setia, maka apa yang dikatakannya pasti akan terlaksana. Karena Dia benar, maka apa yang dikatakannya bukan janji palsu.”

Kebenaran ini sepatutnya menenangkan kita karena 

“Walaupun hidup kita sementara dan keadaan hidup kita tidak dapat berubah, keberadaan Allah yang tidak berubah (setia & benar) menjamin bahwa hidup kita aman untuk selamanya.”

Pertanyaannya: apa yang harus kita lakukan selama masih tinggal di dalam ketegangan antara penebusan dan pemulihan?

          2. WHAT IS MISSING (APA YANG TIDAK ADA?)

Dalam Wahyu 21:1-6 dan 22:1-5 di sana dijelaskan tentang keadaan dari langit dan bumi yang baru dan keadaan itu sebenarnya pararel dengan Kejadian 1-3.

Dalam Kejadian 1:1 langit dan bumi diciptakan. Lalu dalam Wahyu 21:1 langit dan bumi baru diciptakan. Dalam Kejadian 1:16 matahari diciptakan. Lalu dalam Wahyu 21:23 tidak ada lagi matahari. Ketiadaan matahari dilangit dan bumi yang baru menegaskan bahwa Tuhanlah satu-satunya sumber terang sejati. Dalam Kejadian 1:5 malam ditetapkan. Lalu dalam Wahyu 22:5 tidak ada lagi malam. Ketiadaan malam di langit dan bumi yang baru menegaskan bahwa tidak ada lagi kejahatan dan keadaan buruk di dalam dunia ini. Dalam Kejadian 1:10 laut diciptakan. Lalu dalam Wahyu 21:1 tidak ada lagi laut. Laut yang sering dipakai alkitab untuk menyatakan realitas si Iblis dan pemberontakan kepada Allah, di langit dan bumi yang baru sudah tidak ada lagi karena Kristus sudah menang dan bertakhta selamanya.

Dalam Kejadian 3:14-17 kutuk diumumkan. Lalu dalam Wahyu 22:3 tidak ada lagi kutuk.Dalam Kejadian 3:19 kematian masuk dalam sejarah. Tetapi dalam Wahyu 21:4 dikatakan bahwa tidak akan ada lagi kematian. Kutuk kematian sudah berhenti karena yang ada hanyalah kehidupan kekal. Dalam Kejadian 3:24, manusia pertama diusir dari taman Eden. Sedangkan dalam Wahyu 22:14 seluruh umat percaya dapat masuk ke dalam sorga. Dan akhirnya dalam Kejadian 3:17, kesusahan, penderitaan dan maut di mulai sedangkan dalam Wahyu 21:4 ditegaskan bahwa kesusahan, penderitaan dan maut tidak ada lagi. 

Selain ini, fakta menarik lainnya ialah keberadaan si Jahat dari dua pasal pertama kitab Kejadian dan 2 pasal terakhir dari kitab Wahyu tidak ditemukan. Artinya kuasa Allah sempurna dan tidak tertandingi. Dia Allah yang berdaulat dan yang Mahakuasa.Tapi ini kan gambaran yang akan datang, bagaimana kita hidup di dalam ketegangan penantian langit dan bumi yang baru?

Ayat 2 menjadi clue bagi kita memahami hal ini.

2. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Timothy Keller menegaskan,

“Keselamatan dari Tuhan bukan berarti kita diselamatkan dari bumi lalu menuju ke surga. Keselamatan dari Tuhan adalah ketika surga turun ke bumi untuk mengubahnya.” God’s salvation is not us being saved out the earth into heaven. God’s salvation is deep heaven is being pulled down into the earth to transform it.

Dengan kata lain, ketika Kristus datang ke dalam dunia, mengerjakan dan menyelesaikan karya penebusan Bapa yang sempurna, maka kita, umat-Nya tidak serta merta langsung diangkat ke surga dan menerima hidup kekal selamanya. Ini adalah Injil yang terpotong-potong.

“Karya keselamatan yang kita terima di dalam Kristus menjadikan kita objek sekaligus agen pembaruan Allah.”

Bukan berarti bahwa kita sebagai objek pembaruan harus sepenuhnya kudus dulu baru dapat menjalankan peran sebagai agen pembaruan. Pada saat yang sama, kita dikuduskan oleh Tuhan dan kita juga dimampukan menjadi terang dan garam dunia. Namun, seringkali kita jatuh dalam 2 ekstrem yakni: Isolasi dan Asimilasi. Isolasi artinya memisahkan dan mengasingkan diri dari realitas dunia. Bagian ini sangat menekankan aspek objek pembaruan mengabaikan aspek agen pembaruan. Sementara asimilasi artinya melebur dan akhirnya tidak terlihat berbeda dengan dunia. Cenderung kompromi sehingga yang menjadi penekanannya hanyalah bagaimana supaya menjadi agen pembaruan tanpa melihat bahwa setiap agen pembaruan perlu mengalami proses pengudusan yang terus menerus.

Hal ini sebenarnya terlihat jelas dalam kisah hidup bangsa Israel di negeri Babel dalam Yeremia 28:1-2 dan 29:4, 5-7. Nabi Hanaya dalam catatan Yeremia 28 seolah-olah ingin mengatakan kepada umat Israel untuk menjauh dari Babel. Mereka sumber segala kejahatan. Jangan tinggal di dalamnya. Dan jangan khawatir, kamu umat Israel akan bebas dari bangsa Babel. Berdoalah agar Tuhan memulihkan dan membebaskan bangsa Israel.

Tetapi Yeremia menegaskan bahwa apa yang dikatakan Hanaya adalah nubuatan palsu. Justru Yeremia sebagai nabi Tuhan menegaskan bahwa bekerjalah di dalam Babel. Tinggallah di dalam Babel. Usahakanlah kesejahteraan Babel dan tetaplah menjadi umat-Ku. Dengan kata lain, Tuhan ingin berkata: “Aku ingin kamu tidak hanya membuat Babel menjadi bangsa yang makmur, tetapi Aku juga ingin agar kamu menyebarkan imanmu di Babel dan supaya bangsa Babel mengenal Aku.” Sebagai umat Allah, sekarang ini kita perlu menyadari bahwa

“Kita diselamatkan bukan untuk meninggalkan dunia menuju surga dan hidup bagi diri sendiri. Kita diselamatkan untuk membawa nilai-nilai kerajaan surga ke dalam dunia agar nama Tuhan dikenal dan dimuliakan.”

Yohanes 17:18 tertulis

18 “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia.”

Jadi, Kristus yang memanggil kita kepada diri-Nya  adalah Kristus yang mengutus kita ke dalam dunia. Ini adalah pola yang sama sejak Abraham dipanggil oleh Allah di mana Allah memberkati Abraham dan Abraham dipanggil untuk menjadi berkat. Jika kita melihat hidup sekarang ini, kebanyakan orang hari ini sibuk bahkan mungkin lebih sibuk jika dibandingkan dari 10 atau 15 tahun yang lalu. Dan kalau mau jujur, kesibukan tidak selalu berarti ada sukacita. Karena ada orang-orang sibuk bekerja untuk mengejar prestasi demi menutupi rasa tidak aman di dalam dirinya. Orang sibuk bekerja untuk mendapatkan kenyamanan ataupun agar dapat memiliki kontrol yang lebih besar. Kita sibuk untuk diri kita sendiri. Dan pada akhirnya kita kehilangan sukacita di tengah kesibukan kita. 

Seorang filsuf bernama Henry Thoreau mengatakan:

“Kebanyakan manusia menjalani hidup dengan terlihat bahagia dipermukaan tetap meratap di dalam lubuk hatinya.”

Ibarat selimut yang hangat di tengah cuaca yang dingin, kenikmatan dan kepuasan yang dunia tawarkan semu. Jika kita keluar dari selimut itu maka kita akan mengigil kedinginan. Tetapi bila kita tidak pernah keluar dari selimut itu, kita akan hidup dengan ritme yang sangat membosankan. Ujung-ujungnya frustrasi. Hari ini, tidak jarang orang Kristen sudah kehilangan semangat misi di dalam dirinya. Mereka tidak memahami identitas dan panggilan mereka di dalam dunia ini. Mereka menaruh identitas mereka pada hal-hal yang fana dan akhirnya pengejaran mereka hanya kepada hal-hal yang fana. Dan akhirnya putus asa. 

Yohanes 17:13,

13. “Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.”

“Hanya dengan hidup mengerjakan misi Allah di dalam dunia ini, maka kita dapat mengalami sukacita Yesus yang sejati.”

Pertanyaannya: bagaimana supaya kehidupan kita sebagai objek dan agen pembaruan di dalam dunia ini bisa terjadi secara konstan dan konsisten?

          3. WHAT IS CENTRAL (APA YANG MENJADI PUSAT?)

Wahyu 21:2,

2. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Yang menarik di sini adalah Yohanes menggunakan metafora untuk Yerusalem baru dengan “yang berhias bagaimana pengantin perempuan yang berdandan. Kita perlu melihat Wahyu 19:7.

7. “Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.”

Jadi sama seperti umat Allah adalah mempelai Anak Domba, demikianlah Yerusalem baru berdandan seperti pengantin wanita. Metafora pengantin wanita ini sangat berani sekaligus jelas. Dengan gaun pengantin, kita akan tetap terlihat cantik, tidak peduli seperti apa penampilan kita sebenarnya. Tapi coba bandingkan dengan pakaian renang. Ketika kita pergi ke sebuah tempat renang, tentu kita diharuskan menggunakan pakaian renang dan kita tidak perlu mendandani diri kita sedemikian rupa seperti pergi ke pesta pernikahan. Pakaian renang sesungguhnya akan menunjukkan seperti apa penampilan kita yang sebenarnya tanpa aksesoris dan make up.  Di sisi lain, pakaian renang juga dapat menjadi sarana bagi seseorang untuk menunjukkan usahanya yang serius dalam berolahraga. Sedangkan inti dari gaun pengantin sangat berbeda. Di sinilah keindahan Injilnya

Gospel Connection:

Injil bukan berbicara tentang: “Lihatlah Tuhan, apa yang telah saya lakukan dan telah capai untuk Engkau. Terimalah saya untuk masuk ke dalam kerajaan-Mu.” Injil sejati berbicara tentang apa yang telah Kristus lakukan dan telah selesaikan di atas kayu salib agar kita dapat diterima dalam kerajaan Allah. Yesus Kristus mengalami kematian yang kita layak alami, namun kita tidak alami. Yesus menerima ganjaran hukuman yang seharusnya kita tanggung dan kita dibenarkan di hadapan Bapa. Yesus menerima konsekuensi pelanggaran kita terhadap hukum Allah dan kita diterima oleh Bapa terhadap ketaatan-Nya kepada hukum Allah. Yesus menghidupi hidup yang seharusnya kita hidupi, namun kita tidak mampu.

“Semasa kita hidup sekarang ini, kita tidak pernah menjadi tanpa dosa (sinless), tetapi di dalam Kristus kita dimampukan untuk berjuang melawan dosa sehingga lebih berkurang dalam dosa (sin less).”

Kebenaran secara posisi yang telah kita terima dalam Yesus yang memampukan kita dapat datang menghadap Allah Bapa, bukan karena kita lebih rohani atau lebih baik dari orang lain. Atau pada saat yang sama tidak membuat kita menjadi merasa paling berdosa dan tidak layak. Injil sejati menyatakan bahwa Kristus telah menghidupi kehidupan yang mestinya kita jalani namun kita tidak mampu dan telah mengalami kematian yang semestinya layak kita terima. 

Jadi, secara praktis kita memang masih bergumul dalam dosa. Tetapi sekarang ini kita dimampukan untuk hidup bagi Kristus dan hidup sejalan dengan Injil Kristus sampai nanti kita menerima tubuh kemuliaan dan tinggal bersama dengan Allah di Yerusalem yang baru.

Pertanyaan Reflektif

  • Jika kita adalah ciptaan baru di dalam Kristus, apa yang sekarang berbeda dari hidup? Apakah perspektif, prioritas, dan ambisi kita menjadi baru semenjak percaya pada Kristus?
  • Apakah kecenderungan hati kita selama ini: Apakah mengisolasi diri dari dunia? Atau justru kita lebih sering berasimilasi dengan dunia? Mengapa kita melakukan itu?
  • Apakah saat ini dosa semakin kehilangan daya tariknya karena hati kita semakin tertarik pada Kristus? Atau justru sebaliknya?

Gospel Response

  • Mari bertobat dari kecenderungan hati yang seringkali egois serta kompromi terhadap kebenaran sehingga menjadi sama dengan dunia. 
  • Khotbahkan Injil pada hati kita sendiri dan pandanglah selalu kepada karya salib Kristus karena di sanalah kita dapat menemukan keutuhan, kepastian serta kekuatan sejati untuk hidup bagi Allah di dalam dunia ini.

Karena Injil

  • Kita dapat tetap percaya akan kesetiaan Tuhan sekalipun menghadapi gelombang badai hidup yang berat.
  • Kita telah diubahkan dari manusia lama yang mencintai diri sendiri menjadi manusia baru yang mencintai Kristus.
  • Kita tidak akan menjauhi dunia karena takut tercemar dan tidak akan menyembah dunia karena terpikat olehnya
  • Kita dimampukan untuk mengerjakan misi Allah di dalam dunia ini dan mengalami sukacita yang sejati sekalipun ada kesusahan dan penderitaan.