Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati. Naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa.

THE APOSTLES CREED – WEEK 8 –“ Pada Hari yang Ketiga, Bangkit Pula dari antara Orang Mati, Naik ke Surga, Duduk di sebelah Kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa “

Ps. Michael Chrisdion


Pembacaan                : Yohanes 20:11-17

Kita kembali melanjutkan sermon series kita yang berjudul di Apostle Creed atau Kredo Rasuli. Kita sudah memasuki minggu ke delapan dengan judul “Hari yang Ketiga, Bangkit Pula dari antara Orang Mati, Naik ke Surga, Duduk di sebelah Kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa”. Bagian ini memiliki implikasi yang mendalam bagi kehidupan kita.

Baca : Yohanes 20:11-17
11. Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu,
12. dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring.
13. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.”
14. Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
15. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya."
16. Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.
17. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."

Di dalam Kredo Rasuli ada 2 topik besar, yaitu pertama kematian dan kebangkitan-Nya, kedua adalah Yesus naik ke surga. 2 hal ini menjadi apa yang diyakini iman Kristen. Injil Yohanes hari ini mengajarkan doktrin-doktrin penting mengenai kebangkitan dan kenaikan Kristus. 

Dalam ayat 17 akan menjadi fokus kita.

17. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."

Ayat ini menggabungkan antara peristiwa kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus dan apa dampaknya di dalam kehidupan kita.

Ada 3 poin dalam firman Tuhan hari ini:


          1. MENGAPA YESUS MELARANG MARIA UNTUK MENYENTUH DIRI-NYA?

Kita perlu tahu bahwa ada 2 tahap kehidupan Yesus Kristus. Pertama, perendahan diri-Nya (The Humiliation of Christ). Jadi, pribadi kedua Tritunggal, yang tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah bukan sebagai milik yang harus dipertahankan, justru turun ke dalam dunia, mengenakan tubuh, mengosongkan diri-Nya, inkarnasi di Betlehem. Hingga Dia disalib dan dikubur, itulah tahapan dari perendahan diri Yesus Kristus. Dia merendah untuk mencari kita yang rendah. Dia yang mulia jadi hina, supaya kita yang hina dan berdosa dapat diselamatkan.

Kedua, pemuliaan diri-Nya (The Exaltation of Christ). Ini terjadi saat Kristus bangkit dari kematian. Dari kebangkitan sampai naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan mengirimkan Roh Kudus, itulah tahap kedua. Saat Yesus bertemu dengan Maria Magdalena adalah peristiwa pertemuan Yesus pertama di dalam state of exaltation. Itulah sebabnya tubuh-Nya ada tetapi tubuh kemuliaan karena kehinaan-Nya sudah berakhir. Ayat 17a

17. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi (ASCEND=NAIK) kepada Bapa...". Apa makna kalimat ini? Ini berkenaan dengan karya dan tugas Mesias. Yesus mau mengajarkan meskipun karya salib-Nya sudah dikerjakan dengan sempurna, tetapi tugas-Nya sebagai Mesias belum selesai, karena Dia belum dimuliakan, Dia belum kembali ke surga dan kepada Bapa.

Pada saat Maria sedang berduka karena kematian Yesus, dia pun ingin datang mengunjungi kubur Yesus. Saat ia sampai, ternyata mayat Yesus tidak ada di dalam kubur itu. Sampai kemudian dia bertemu dengan bapak-bapak yang mungkin dia berpikir bapak-bapak ini adalah penjaga taman dan penjaga kubur. Bahkan bapak-bapak ini tanya mengapa engkau sedih. Maria tidak bisa melihat itu Yesus, karena mungkin dia sedang dirundung kesedihan. Akhirnya, Yesus mengatakan pada ayat 16:

Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.

Maria langsung kaget, dan langsung memeluk Yesus. Dari sini kita bisa melihat, mau hari ini atau hari-hari ke depannya pasti kita akan mengalami duka dan kesedihan, gugup, ketakutan, dan kekhawatiran. Tetapi Gembala Agung kita mengenal nama kita. Apapun yang kita alami dan hadapi, Gembala Agung kita mengerti apa yang kita rasakan. Maria langsung tahu bahwa itu Yesus. Lalu dia memegang Yesus. Namun, Yesus melarang Maria untuk memegang karena Ia belum naik kepada Bapa. Mengapa tidak boleh?

Yesus memberikan jawaban: “karena Aku belum naik kepada Bapa”. Yesus ingin mengajarkan satu hal yaitu kebangkitan bukanlah akhir dari tugas Yesus, bukanlah final celebration. Melainkan duduk di sebelah kanan Allah Bapa (the exaltation of Christ), itulah akhir tugas-Nya sebagai Mesias. Perlu dilihat bahwa satu hubungan rantai yang kuat dan kokoh, pekerjaan Mesias yang tidak dapatkan dipisahkan. Kita diselamatkan melalui inkarnasi Yesus, kematian dan kebangkitan Yesus, kenaikan-Nya ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, mengutus Roh Kudus turun. Ini adalah rantai pekerjaan Mesias yang dikerjakan dalam karya keselamatan. Salah satunya tidak dapat dihilangkan, semuanya saling terhubung. Kalimat Yesus ini menyatakan doktrin yang kokoh mengenai rantai tugas Mesias yang tidak bisa diputuskan.

          2. MAKNA DI BALIK KALIMAT YESUS SELANJUTNYA.

Dalam ayat 17 dikatakan:

Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku”

Ini satu-satunya catatan di Injil Yohanes di mana Yesus menyebut para murid-Nya sebagai saudara-saudara-Nya. Yesus memang pernah menyebut orang secara umum sebagai saudaranya dalam Markus 3:35. Di ayat Yohanes ini sifatnya tidak umum tetapi spesifik. Yesus secara spesifik menyebutkan murid-murid-Nya sebagai saudara-saudara-Ku.

Matius 28:10 menambahkan:

Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku”.

Status murid-murid Yesus berubah secara radikal! Mereka menjadi bagian dari keluarga Allah (saudara-saudara-Ku), ini menyatakan DOKTRIN ADOPSI terlah dimulai SETELAH KEBANGKITAN. Kebangkitan Kristus menjadi bukti bahwa Allah menerima korban Sang Mesias, Allah menerima korban Perantara itu, Allah menerima korban Imam Besar. Maka barulah Yesus mengatakan bahwa murid-murid adalah saudara-saudara-Ku.

John Flavel mengatakan:

“Orang-orang yang menerima pesan ini adalah ‘saudara-saudara-Ku’, demikianlah Ia memanggil para murid, panggilan gelar yang manis, dan penuh dengan kasih”.

Kalimat itu penuh dengan status pengakuan, penuh dengan kasih bahwa meskipun kita orang berdosa, meskipun kita gagal dalam kesetiaan, meskipun kita jahat dan bobrok, tetapi karena karya Kristus Yesus, kita semua dipanggil “saudara-saudara-Ku” artinya kita adalah anak-anak Allah.

Bukan hanya itu, Yesus juga mengatakan:

Kata Yesus kepadanya: "... pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.

Yesus mengatakan: “Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu”, pertanyaannya adalah kenapa Yesus tidak menyebutkan Bapa kita atau Allah kita? Di sini adalah sebutan yang sama, namun di dalamnya ada sesuatu makna yang berbeda. Biasanya ayat ini dipakai menjadi argumen bagi mereka yang berkeberatan bahwa Yesus adalah Allah sejati. Namun, kenapa Dia menyebutkan bagian ini?

Panggilan Yesus tentang Allah-Ku itu dapat dijelaskan dengan doktrin COVENANT OF REDEMPTION (perjanjian penebusan). Ini adalah konsep teologis yang berarti adanya suatu kesepakatan atau persetujuan kekal di antara anggota-anggota Tritunggal, 3 pribadi 1 hakikat untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya melalui karya penebusan Yesus Kristus. Dari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, mereka membuat persetujuan. Dalam setiap pribadi masing-masing punya peran khusus di dalam rencana keselamatan.

Bapa itu memiliki tugas merancangkan, memilih, mengutus Sang Anak untuk menebus umat pilihan-Nya dan memberikan umat tebusan itu kepada Sang Anak. Kalau kita perhatikan dari Yohanes 17:4-5:

“Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Berarti sebelum penciptaan Yesus sudah bersama dengan Bapa dan memiliki kemuliaan yang dimiliki-Nya sendiri. Jadi ini terjadi covenant of redemption. Apakah Allah Tritunggal tahu akan terjadi kejatuhan? Tahu. Apakah Allah Tritunggal sudah merencanakan rencana penebusan? Sudah. Di sini kita bisa melihat tugas Sang Anak menyelesaikan tugas yang Bapa berikan kepada-Nya.

Untuk Sang Anak, yang Dia lakukan adalah setuju melaksanakan perjanjian ini, menerima tugas berinkarnasi untuk menebus umat pilihan Allah melalui karya salib-Nya, dan duduk di sebelah kanan Bapa menerima kemuliaan & berkuasa atas seluruh ciptaan setelah misi-Nya selesai. Yesus melaksanakan tugas perjanjian penebusan ini dengan darah-Nya sendiri melalui karya salib-Nya. Setelah Ia naik, Dia mengirimkan Roh Kudus kepada umat pilihan-Nya.

Maka Roh Kudus, berperan dalam menerapkan penebusan Kristus kepada jiwa-jiwa yang dipilih oleh Bapa (untuk memanggil, membangkitkan iman, menguduskan & memelihara hingga kesudahannya. Kalau kita bisa beriman, itu semua terjadi karena karya Roh Kudus. Dia memberi hati yang baru, sehingga jika kita jatuh dalam dosa, kita akan merasa tidak nyaman, karena identitas kita sudah diubahkan, itu terjadi karena karya Roh kudus. Roh Kudus juga yang memelihara iman kita sampai kelak kita dipanggil Tuhan kembali. Dia berperan untuk menerapkan mengaplikasikan karya Kristus kepada kita umat pilihan Allah. 

Yohanes 17:11:

“Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, PELIHARALAH MEREKA DALAM NAMA-MU, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita.”

Roh Kuduslah yang memelihara kita agar hati kita tetap mengarah kepada Yesus. Kalau kita masih bisa beriman kepada Yesus, itu adalah kasih karunia semata.

Untuk menjawab kenapa Yesus menyebut Allah-Ku dan Allahmu, bukan Allah kita, di dalam covenant of redemption, Yesus di dalam kemanusiaan-Nya menjadi mediator. Memanggil Allah di surga dengan Allah-Ku di atas kayu salib, itu karena Dia dalam kemanusiaan-Nya sedang mewakili kita, untuk menyelesaikan rencana penebusan-Nya.

Bagi kita umat-Nya, panggilan Allahku memiliki makna yang berbeda. Waktu kita mengatakan Allahku, berarti kita diciptakan oleh Tuhan. Tetapi Yesus tidak demikian, karena Yesus bukan diciptakan, Dialah pencipta. Bagi kita, Allahku berarti bahwa Dialah sumber kehidupan dan yang berhak untuk memegang serta mengatur hidup kita sesuai kehendak-Nya. Hidup kita dimiliki oleh Allah, itu arti Allahku. Namun bagi Yesus, sebutan Allah-Ku untuk menunjukkan bahwa Dia adalah mediator yang menjadi wakil setiap kita dan sedang melaksanakan karya penebusan.

Untuk panggilan Bapa-Ku oleh Yesus di dalam Injil Yohanes, terdapat 108x Yesus menyebut Tuhan sebagai Bapa, 71x Yesus menyebut kata Bapa, 27 x Yesus berseru Bapa-Ku, dan 1x Yesus menyebut Tuhan sebagai Bapa para murid. Kenapa cuma 1x? Yesus memanggil Bapa di surga adalah BAPA-KU, karena Yesus adalah pribadi ke-2 (Anak) di dalam doktrin Trinitas. Bagi Yesus Kristus panggilan Bapa bukanlah seperti memanggil “Ayah”, namun “Bapa” adalah suatu gelar atau sebutan pribadi pertama dari Tritunggal. Ketika Pribadi kedua mau menyebut Pribadi pertama, Dia memakai sebutan Bapa. Waktu Yesus sebagai Pribadi memiliki nama atau gelar yang disebut Anak dalam doktrin Trinitas. Tetapi buat kita yang percaya maupun para murid, panggilan Bapaku memiliki makna yang berbeda. Bagi kita ketika kita bilang Bapa kita yang di surga, kita diciptakan karena-Nya, kita dilahir barukan oleh Roh Kudus. Itulah sebabnya dalam Galatia 4:6-7:

“Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’ Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.”

Bagi kita yang percaya panggilan Bapaku memiliki arti adanya suatu perubahan posisi dari Yesus sebagai guru, menjadi Yesus adalah saudara. Dan setelah peristiwa kebangkitan Kristus dari kematian, Tuhan adalah Bapa untuk orang-orang yang percaya.

3. DAMPAKNYA BAGI HIDUP KITA?

Yohanes 20:17c:

Kata Yesus kepadanya: ... “Aku AKAN pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.”

Kalau kita melihat kata AKAN di sana, sifatnya itu nanti (future tense), rasanya penulisan dalam bahasa Indonesia kurang tepat, karena kalau kita melihat dalam bahasa aslinya, sifatnya itu sekarang (present tense) – [I AM ascending to My Father and your Father, to My God and your God]. Mengapa ini signifikan?

Waktu Yesus naik sorga Dia mengatakan dalam Yohanes 14:1-2:

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. 2 Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.”

Kenapa present tense itu begitu signifikan? Tanpa kenaikan Yesus ke surga tidak mungkin ada DOKTRIN ADOPSI bagi kita. Sepanjang Yesus tidak naik ke surga, maka tidak mungkin kita diadopsi menjadi anak-anak Allah. Kenapa ketika Yesus masih ada di dunia dan belum naik ke surga, kok Dia sudah menyatakan doktrin adopsi ini melalui kata-kata-Nya “saudara-saudara-Ku”?

Ada suatu kepastian yang kokoh & tak tergoyahkan karena jika kematian terjadi, maka kebangkitan pasti terjadi. Ketika kebangkitan terjadi, maka kenaikan Yesus ke surga juga pasti akan terjadi. Kalau Yesus mengatakan Ia akan mati, itu juga mengatakan bahwa Ia akan bangkit. Begitu pun ketika Yesus mengatakan kalau mereka melihat Ia bangkit, berarti Ia juga naik ke surga. Itu menjadi satu kesatuan yang kokoh. Maka itulah sebabnya ketika Yesus belum naik, seharusnya belum ada doktrin adopsi, tetapi Yesus sudah menyatakan doktrin adopsi, karena Ia pasti naik ke surga.

Yohanes 10:28-29:

28 Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka PASTI TIDAK AKAN binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun TIDAK AKAN MEREBUT MEREKA DARI TANGAN-KU. 29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari siapa pun, dan SEORANG PUN TIDAK DAPAT MEREBUT MEREKA DARI TANGAN BAPA. 30 Aku dan Bapa adalah satu.

Artinya bukan semoga, bukan kiranya, tetapi pasti kita tidak akan binasa sampai selama-lamanya.

R.C. Sproul mengatakan:

“Kita aman, bukan karena kita yang berpegang erat pada Yesus, namun karena Dia yang memegang erat hidup kita.”
We are secure, not because we hold tightly to Jesus, but because He holds tightly to us

Gospel Connection

Kalau kita mengingat Yesus memanggil murid-murid-Nya, “saudara-saudara-Ku”, kita perlu mengingat cerita yang mirip yaitu cerita tentang Yusuf. Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya menjadi seorang budak. Dia mengalami fitnah, dipenjara, bahkan dilupakan. Hingga akhirnya, Yusuf dipakai Allah menjadi orang kepercayaan Firaun di Mesir. Hingga saudara-saudara Yusuf yang tadinya telah menjualnya, bertemu kembali dengan Yusuf. Kejadian 45:4:

Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: “Marilah dekat-dekat.” Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: “Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir.

Mungkin saat itu ada rasa bersalah dari saudara-saudara Yusuf, saat Yusuf menyebut “yang kamu jual ke Mesir. Tetapi Yesus tidak melakukan itu. Dia mengatakan di Yohanes 20:17b, “tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku”. Dia tidak mengatakan pergilah kepada saudara-saudara-Ku yaitu Petrus yang menyangkal Aku, Andreas yang lari meninggalkan-Ku ketika Aku disalib. Tetapi Dia tidak bilang begitu dan ungkit-ungkit dosa-dosa yang dilakukan murid-murid-Nya. Karena Dia mengampuni dan melepaskan mereka dari rasa bersalah masa lalu.

Kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus adalah BUKTI NYATA bahwa karya salib secara sempurna menyelesaikan rancangan penebusan Bapa.

C.S. Lewis mengatakan, 

“Anak Allah menjadi manusia untuk memampukan manusia untuk menjadi anak-anak Allah.”
The Son of God became a man to anble men to become sons of God.

Kalau kita dapat setia dan beriman, itu bukan karena kita mampu tetapi karena kasih karunia Tuhan. Kepastian keselamatan Tuhan yang memelihara kita.

Kata PERGILAH adalah kata kerja AKTIF. Seperti seakan-akan hiburkanlah, kabarkanlah, sampaikanlah. Yesus seakan berkata, hiburkanlah murid-murid-Ku yang sedang berduka karena kematian-Ku. Katakanlah kepada mereka, bahwa mereka adalah saudara-saudara-Ku. Ini adalah penghiburan yang tertinggi, penerimaan yang tertinggi karena kita orang berdosa yang tidak layak menerima, tapi Dia datang dengan kasih dan tidak mengungkit dosa-dosa kita. 

Mungkin kita sering mendoakan orang lain, mendoakan hamba Tuhan, tapi mungkin kita bertanya siapa yang mendoakan kita? Kristus di atas surga, Imam Besar kita, apa yang Dia lakukan? Ibrani7:25 Yesus menjadi pendoa syafaat bagi kita (Yohanes 17:9). 

Pertanyaan Reflektif

  • Apakah kita masih sering tenggelam di dalam kesedihan, kegagalan, atau keputusasaan kita?
  • Kepada apa atau siapa kita sandarkan identitas kita?
  • Sadarkah kita bahwa karena karya Allah Tritunggal yang sempurna, kita menerima status yang baru bahwa kita adalah saudara Yesus, anak-anak Allah?

Gospel Response

  • Bertobatlah dari melihat kepada diri sendiri dan tenggelam di dalam kesedihan, kegagalan, dan keputusasaan.
  • Pandanglah kepada Kristus yang mulia. Ia rela mengalami kehinaan (humiliation) demi mengangkat kita yang hina untuk menjadi mulia dan mengadopsi kita untuk menjadi saudara-saudara-Nya, anggota keluarga Allah.

Karena Injil

  • Dalam dunia yang rapuh dan rusak, kita memiliki dasar yang kuat tak tergoyahkan di dalam Kristus.
  • Dalam dunia yang penuh ketidakpastian kita memiliki suatu kepastian kokoh di dalam Kristus.
  • Dalam pergumulan, penderitaan, kesedihan, melalui kebangkitan dan kenaikan Kristus ada kekuatan, pendampingan, serta penghiburan yang sempurna di dalam Kristus.