Everything is Meaningless Without Jesus

Meaningless Without Jesus Week 01 Everything Meaningless Without Jesus” 

Ps. Michael Chrisdion

PEMBACAAN : Pengkotbah 1:1-18

Kita semua terjebak dalam suatu siklus hidup yang berulang, monoton dan melelahkan. Kita terjebak dalam rutinitas mencoba mencari tahu apa arti semua ini. Ada kehidupan yang membosankan dan monoton. Ini yang dibahas di Pengkhotbah yang ditulis oleh Raja Salomo.

Pengkotbah 1:1
1Inilah perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem.

Ketika Daud meninggal, dia menyerahkan kerajaan Israel kepada putranya, Salomo. Tuhan datang kepada Salomo dalam mimpi dan memberitahunya bahwa apapun yang dia minta kepada Tuhan akan dikabulkan. Salomo masih muda dan belum berpengalaman, sehingga ia meminta hikmat agar mampu memerintah bangsa dengan baik dan menegakkan keadilan (1 Raj. 3:5-15). Tuhan mengabulkan permintaan Salomo, dan Salomo menggunakan kebijaksanaannya yang besar untuk memerintah kerajaan. Salah satu cara Salomo mendirikan kerajaan yang megah adalah melalui ribuan perkataan dan nyanyian bijaknya yang didengar orang-orang dari seluruh dunia (1 Raj. 4:29-34). Sebagian besar hikmahnya kini terkandung dalam Amsal, Kidung Agung, dan Pengkhotbah.

Raja Salomo melakukan eksperimen untuk mencoba dan menikmati  segala sesuatu yang ada di dalam dunia.  Ia mempunyai tujuh ratus istri dan tiga ratus selir (1 Raj 11:3). Wanita2 asing yang dinikahi inilah yang menjauhkan hatinya dari TUHAN dan menyembah kepada allah-allah palsu (1 Raj 11:1-8). Dia tidak menyangkal apa pun yang dia inginkan. Akibatnya, ia menghancurkan kerajaannya, dan Allah memberi tahu Salomo bahwa setelah kematiannya, kerajaannya akan terbagi pada masa pemerintahan putranya (1 Raj. 11:9-13).

Tradisi mengatakan bahwa Kitan Pengkhotbah mengungkapkan Salomo yang lebih tua dan bertobat, merenungkan kesalahannya dan apa yang telah dia pelajari. Beberapa komentari  berkata bahwa kitab Pengkhotbah tampaknya adalah jenis buku yang ditulis seseorang menjelang akhir hidupnya, yang merefleksikan pengalaman hidup dan pelajaran yang didapat (Hunt, Pengkhotbah, 2). Dan sebagai kesimpulannya sang ayah sebagai Pengkotbah memperingatkan anaknya untuk tidak mengikuti jejaknya (12:12).

Kita melihat di sepanjang kitab pengkotbah ini bahwa kesuksesan, harta benda, kesenangan, dan bahkan agama pada akhirnya tidak ada artinya. Kelihatannya mereka bisa memberi kita kebahagiaan sejati, tetapi itu hanyalah fatamorgana. Masalahnya semua hal ini tidak pernah cukup dan tidak akan bertahan lama. Apapun yang kita coba untuk bangun dalam hidup kita jika itu dilandaskan dan berpusat pada  hal yang lain selain Yesus Kristus pada akhirnya sama sekali tidak ada artinya.

 

          1. KEFANAAN SEGALA SESUATU DI DALAM HIDUP KITA. 

Pengkotbah 1:3
3Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? 
“What does a man gain for all his efforts that he labors at under the sun?”


Kata Ibrani yang diterjemahkan “gain” adalah unik dalam kitab Pengkhotbah, 
berarti “Profit atau Keuntungan” (Kidner, Ecclesiastes, 24).  Kata usaha/jerih payah – effort/labors bahasa yang sama di pakai di Kejadian 3:17-19. Dan kata “ di bawah matahari/ under the sun” disebutkan 30 kali di kitab Pengkotbah untuk menggambarkan sudut pandang dunia yang fana.

Salomo melihat pertanyaan tentang makna dari sudut pandang duniawi. Jika segala sesuatu hanya kehidupan duniawi ini saja. Dan jika tidak ada Tuhan, tidak ada kehidupan setelah kematian, dan tidak ada penghakiman akhir maka segala sesuatu tidak ada artinya. Kemudian Salomo memberikan tiga contoh dari alam dan tiga contoh dimana pengalaman manusia mencerminkan siklus alam.

Pengkotbah 1:5-7
5Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali. 6Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali. 7Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. 8Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.

Keseluruhan alam bersifat monoton. Siklus matahari, siklus angin dan yang terakhir adalah siklus air (1:7). Semua aliran air di bumi mengalir ke laut, namun ketinggian air tetap sama. 

Tidak ada keuntungan! Tugas tersebut tidak pernah selesai; itu hanya terulang lagi dan lagi. Tidak ada kepuasan di bawah matahari. Alam semesta terjebak dalam siklus tak berarti yang pada akhirnya tidak pernah menghasilkan apa pun, dan pengalaman manusia secara keseluruhan mencerminkan hal ini. 

Keberadaan kita dapat dicirikan sebagai sesuatu yang monoton dan tidak ada gunanya. 

Itu sama lamanya, sama panjangnya. Kita semua merasakan frustrasi ini dari waktu ke waktu, bukan? kita berjalan ke dapur dan wastafel penuh dengan piring, jadi Anda menyingsingkan lengan baju, membersihkannya, dan menyimpannya. Kita berjalan kembali ke dapur keesokan paginya, dan ada apa di sana? Cucian piring! Keranjang cucian penuh dengan pakaian, jadi Anda membuangnya ke mesin cuci, lalu pengering, lalu melipatnya dan menyimpannya. Kita melihat ke lemari dan apa yang kita lihat? Pakaian menumpuk tinggi di keranjang cucian. Inilah fakta kehidupan: lebih banyak tagihan, lebih banyak email.  Kita lihat cermin rambut sudah Panjang dan harus potong rambut, lebih banyak rumput untuk dipotong, dan semuanya tidak pernah berakhir. Seorang motivator berkata bahwa kalau kita bosan cobalah sesuatu yang baru, namun bagaimana kalau kita bosan dengan istri, suami atau anak? Dan kalau kita mendapatkan yang baru, apakah ada jaminan bahwa itu juga nanti tidak membosankan dan menjemukan? Baik pekerjaan,hobi dan segala sesuatu di dunia. 

Kita selalu merasa kurang dan menginginkan sesuatu lebih lagi! tetapi siklusnya tidak pernah berhenti.

(We always want more but the cycle never ends)

Kita pikir jika kita bisa mendapatkan dua lantai di gedung ini, atau jika kita bisa mendapatkan rumah yang lebih besar di lingkungan yang terjaga keamanannya, atau jika kita memiliki lebih banyak gadget, maka kita akan merasa damai dan cukup (Begg, “Kata Bijaksana”). 

Kita terus menunggu perubahan keadaan yang akan membuat kita bahagia, dan sejujurnya kita menjalani seluruh hidup kita seperti itu. Namun siklus itu akan terus berputar dan rasa bahagia itu tidak kunjung datang. Kita pikir kita butuh penemuan baru dan teknologi baru

tetapi raja Salomo berkata...

Pengkotbah 1:9-10
9Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari. 10Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: ”Lihatlah, ini baru

Banyak yang menolak kebenaran itu dan berkata ada yang baru, namun mereka salah. 

Allistair Begg dalam bukunya “Words of Wisdom berkata “ Kemajuan teknologi, misalnya, tidak mengabaikan anggapan Salomo.Ya, kita menempatkan manusia di bulan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan di sana kecuali menatap bumi  “ (“Kata-Kata Bijaksana”). 

Pengkotbah 1:11
11Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datang pun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.

Salomo mengatakan bahwa pada akhirnya tidak seorang pun akan diingat. Sekali lagi, seseorang mungkin keberatan buktinya kita mengingat beberapa tokoh di masa lalu, namun miliaran orang yang pernah hidup di planet bumi tidak pernah mendapatkan ketenaran yang bertahan lama. Kebanyakan hidup dan mati tanpa diingat. bahkan kalau mau jujur, berapa banyak kita masih mengingat kakek buyut kita. Dan ketika kita pensiun, perusahaan kita akan mengadakan pesta, memberi kita hadiah berupa plakat, dan keesokan harinya orang lain akan menggantikan kita. Matahari akan terbit, bisnis akan berjalan, dan pada akhirnya kita akan dilupakan. Bisnis akan berjalan tanpa kita. Itulah fakta kehidupan di bawah matahari. Itu semua tidak ada artinya dan membuat frustrasi. Apa nilai hidup kita? Orang-orang mencoba menemukan makna dalam kehidupan seseorang di pemakamannya dengan mengatakan, “Dia membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik” (Keller, “Problem of Meaning”). Namun Sang penglotbah berkata, “Omong kosong.” kita tidak benar-benar mengubah apa pun.
“Apakah kamu akan diingat ketika kamu berpulang? Apakah hidup dan matimu benar-benar ada maknanya? Mungkinkah hidupmu adalah sebuah kebohongan besar?”

"Will you be remembered when you die? Do your life and death really have any meaning? Could it be that your life is one big lie?”

 

          2. TIDAK ADA HAL DI DUNIA INI YANG MEMUASKAN KITA.

Salomo beralih dari apa yang dia amati di alam kepada apa yang dapat kita pelajari dari pengalamannya dan mencoba segalanya namun tidak ada yang memuaskan. 

12Aku, Pengkhotbah, adalah raja atas Israel di Yerusalem. 13Aku membulatkan hatiku untuk Memeriksa Dan Menyelidiki Dengan Hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri. ... 18 Karena Di Dalam Banyak Hikmat Ada Banyak Susah Hati, Dan Siapa Memperbanyak Pengetahuan, Memperbanyak Kesedihan.

Banyak dari kita berpiki bahwa kalau kita ada banyak masalah maka kita pikir kita butuh kebijaksanaan untuk memecahkan masalah namun lihat ayat 18 dimana Matt Chandler mengkontraskan cerita Yyub dengan kitab Pengkotbah dan memberikan perenungan yang baik untuk kita. 

“Orang-orang yang berada dalam kondisi penderitaan seperti Ayub berpikir, Jika saya mempunyai lebih banyak uang atau teman yang lebih baik, atau jika saya tidak punya penyakit, maka kehidupan akan lebih baik. Namun Salomo hadir dalam kitab Pengkhotbah untuk menghancurkan gagasan itu. Salomo adalah pria yang memiliki segalanya, dan kehidupannya tidak lebih baik. Dia mempunyai semua kebijaksanaan di dunia, dan itu hanya membuatnya sedih (Pengkotbah 1:18) karena dia belajar melalui kebijaksanaan itu bahwa tidak ada yang berarti.” Matt Chandler (Kotbah Sixth Sense)

 

Pengkotbah 1:14

14Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan Usaha Menjaring Angin.

Salomo berkata bahwa orang bekerja keras dengan membangun toko, perusahaan dan mencari pencapaian. seperti menjaring angin!! Semua upaya kita untuk menemukan makna dan kepuasan dalam hal-hal seperti kesenangan, harta benda, uang, atau kesuksesan. Sungguh gila, tentu saja, hal-hal tersebut tampak seperti upaya yang bermanfaat, namun Salomo membeberkannya bahwa mereka menggenggam udara. Salomo mengatakan bahwa tidak peduli di mana atau apa pun yang kita coba temukan maknanya, kita akan gagal. Dia telah melihat dan melakukan semuanya, dan dia kembali dengan hampa.

Pengkotbah 1:15 - 17

15Yang bongkok tak dapat diluruskan, dan yang tidak ada tak dapat dihitung. 16 Aku berkata dalam hati: ”Lihatlah, aku telah memperbesar dan menambah hikmat lebih dari pada semua orang yang memerintah atas Yerusalem sebelum aku, dan hatiku telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan.” 17Aku telah membulatkan hatiku untuk memahami hikmat dan pengetahuan, kebodohan dan kebebalan. Tetapi aku menyadari bahwa hal ini pun adalah USAHA MENJARING ANGIN,

Bongkok di sini berbicara bengkok yaitu hati yang penuh dosa. “ Aku cari makna dengan hikmat dan kebijaksanaan seperti usaha menjaring angin. Dia berpikir “ kalau aku dapat hikmat aku dapat menemukan titik terang dan menemukan penjelasan yang mencerahkan.”

Namun sekali lagi, tapi itu seperti usaha menjaring angin. Bahkan di ayat 18 dikatakan “ karena di dalam banyak hikmat ada banyak susah hati, dan siapa memperbanyak pengetahuan, memperbanyak kesedihan.” Jadi kita perlu memahami bahwa betapa sia-sianya kehidupan ini tanpa Tuhan! Kalau kita tidak sadar ini maka pujangga-pujangga sudah menulis lagu dan para pembuat filem sudah menuliskan plot-plot ini di dalam filem-filem mereka.

Bertemukah kau dengan sang puas?
Benar senangkah rasa hatimu?
Bertemukah kau dengan sang puas?
Benar senangkah rasa hatimu?

Tulus (Langit Abu-Abu)

Inilah keadaan dunia yang ada di bawah kutuk dosa yaitu manusia berusaha untuk mencari jalan keluar dari siklus kefanaan, makna dari kesia-siaan dan kepuasan dari kehampaan. Kita mencoba mencari jalan keluar dari siklus kefanaan, namun justru berakhir semakin hancur dan frustrasi. Kita mencarinya pada harta benda dan pada pengalaman menyenangkan serta status dan hubungan dan bahkan agama untuk mencoba memperbaiki apa yang rusak, namun itu sia-sia. Pengalaman menyenangkan, kesuksesan pekerjaan, atau ritual keagamaan tidak dapat memperbaiki apa yang rusak.

Roma 8:20 (FAYH)
20 Ciptaan tidak bisa memenuhi tujuan Allah sekarang dan tunduk pada kefanaan, bukan karena kehendaknya, tetapi karena menjadi sasaran kutukan Allah
 

Tetapi ada harapan.

Jika kita mendapati diri kita memiliki hasrat yang tidak dapat dipuaskan oleh apa pun di dunia ini, penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa kita diciptakan untuk dunia yang berbeda.

“If we find ourselves with a desire that nothing in this world can satisfy, the most probable explanation is that we were made for another world”

CS Lewis (Mere Christianity)
Tuhan mengijinkan kita merasakan semua kesia-siaan dengan suatu kehampaan karena yang kita rindukan dan dambakan hanya dapat di temukan di dalam Dia. Lalu apa harapannya? 

          3. KEFANAAN DAN KETIDAKPUASAN INI, DIMAKSUDKAN UNTUK MENDORONG KITA KEPADA  KRISTUS.

Opsinya hanya ada dua yaitu jika Tuhan tidak ada, maka segala hal yang kita kerjakan & perjuangkan di bawah matahari adalah kesia-siaan tanpa makna. Dan jika Tuhan ada, maka segala sesuatu ada makna dan tujuannya, karena segala hal didesain menurut standar-Nya.

Apa kesimpulan Raja Salomo ?

Pengkhotbah 12:13-14 TB

Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.

Kesimpulan Salomo adalah hiduplah dalam konteks Tuhan, Sang Pencipta kehidupan. Jika Sang Pencipta, menciptakan segala sesuatu dengan tujuan dan maksud-Nya yang mulia, maka Tuhan (Sang Pencipta) juga akhirnya akan  menghakimi/ menilai  segala ciptaan sesuai dengan standar tujuan dan maksud-Nya. Namun masalahnya  siapa yang bisa berpegang pada perintahNya? Bahkan Salomo gagal dalam hidupnya. Salomo gagal mendirikan kerajaan Daud karena dosa dan penyembahan berhalanya, dan ia menasehati keturunannya untuk hidup bijaksana. Namun Salomo dan seluruh keturunannya pada akhirnya akan mati dan binasa.

Apakah hanya Salomo yang gagal? Bagaimana dengan kita?Kita semua juga gagal. Kita semua terperangkap dalam kesia-siaan. Tidak ada yang mampu menuruti perintah-Nya secara sempurna. Jadi orang yang paling berhikmat, paling berduit, paling banyak Wanita, paling berpengaruh dan paling jagoan juga gagal dan tidak memiliki jawaban. 

Lalu apa harapannya? 

Di kitab Pengkhotbah Salomo sering berkata tidak ada yang baru di bawah matahari. Tetapi ratusan tahun kemudian Yesaya menubuatkan bahwa akan ada sesuatu yang baru.

Yesaya 43:19
Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun
dan sungai-sungai di padang belantara.

Apa sesuatu yang baru yang disampaikan nabi Yesaya ini? Apa jalan baru yang disampaikan yang memberi jalan di padang gurun di mana tidak ada jalan (yang ada kehampaan dan kekosongan)? Apa sungai-sungai yang muncul di padang belantara itu? 

700 tahun kemudian ada seorang raja yang berbeda yang muncul yaitu raja yang rendah hati. Raja yang sangat kaya namun raja itu tidak tinggal di dalam kemewahannya yang mulia.

Raja itu lahir bukan di kota terbesar namun lahir di kota yang terkecil namanya Betlehem.

Raja yang tidak lahir di istana namun lahir di kendang. Raja yang merendahkan dirinya  untuk menjadi hamba bukan untuk dilayani tapi untuk melayani. Raja yang mencuci kaki sahabat-sahabat-Nya. Raja yang benar dan layak menjadi hakim tapi raja itu dihakimi dan divonis bersalah. Raja itu bukan hanya memberikan jalan baru. tetapi raja itu berkata “ Akulah jalan kebenaran dan kehidupan.” Raja itu bukan hanya membuka jalur sungai yang baru tapi raja ini berkata di Yohanes 4 “ akulah air hidup,,, barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”

Nubuatan ini digenapi ratusan tahun kemudian yaitu muncul anak Daud yang lain yaitu raja yang berbeda, raja yang rendah hati, raja yang lahir di kandang dan raja yang menjadi hamba. Raja ini (Yesus) membayar harga yang sangat mahal untuk memberikan kita yang berdosa memiliki hidup yang baru. Apakah ada hal yang baru di bawah matahari? Ada. Apa itu?

2 Korintus 5:17

“ barang siapa yang ada di dalam Kristus dia adalah ciptaan yang baru!! yang lama sudah berlalu yang baru sudah datang!!! 

Kitab Pengkotbah menyerukan problem kosmis yang tidak terselesaikan dan  mendambakan raja yang lebih baik yang dapat menebus ciptaannya dari kefanaan dan kutuk dosa.

Siapa raja yang lebih baik itu? 

Yesus waktu berbicara dengan para orang Farisi dan orang Yahudi maka Dia membandingkan diri-Nya dengan raja Salomo yaitu raja terbesar, terkaya dan yang paling berhikmat yang menjadi kebanggan orang-orang Yahudi.

Matius 12:42 (TSI)
Tetapi lihatlah, walaupun aku yang lebih besar daripada salomo ada di sini di hadapanmu, engkau tidak mau mendengarkan Aku!”

Yesus Kristus adalah Salomo (raja) yang sempurna. Yesus bukan hanya meng-observasi kefanaan, kesia-siaan dan kutuk dosa tetapi dia menanggung kefanaan, kesia-siaan dan kutuk dosa dengan jalan menjadi kutuk dia atas kayu salib bagi kita (Gal 3:13). Yesus bukan hanya memiliki hikmat tetapi Dia adalah Sang Hikmat yang sejati yang membenarkan, menguduskan dan menebus kita. (1 Kor 1:30). Di dalam Kristus hidup kita jadi bermakna. Kita tidak menjalani hidup takut dihukum namun kita juga tidak sembarangan/sembrono dengan segala sesuatu yang dititipkan Tuhan (raja kita) dalam setiap aspek kehidupan kita. 

Pertanyaan Reflektif

Hidup seperti apa yang kita hidupi setiap hari? Apa yang menjadi tujuan hidup kita?Apa yang menjadi motivasi hati dalam pekerjaan, karir, keluarga dan segala sesuatu yang ada di dalam hidup kita? Apakah Tuhan menjadi bingkai dari kehidupan yang kita hidupi? Atau kita hidup di dalam kefanaan dan kesia-siaan?

Response

  • Mari kita bertobat dan mengkalibrasi hati kita di dalam mengejar kefanaan dan kesia-siaan dunia.
  • Pandanglah kepada Yesus yang sudah menebus & menyelamatkan kita dari kefanaan & kutuk dosa. 
  • Ingatlah jati diri dan identitas baru kita di dalam Kristus

IMPLIKASI INJIL

  • Salomo berkata segala sesuatu sia-sia, namun karena injil, hidup kita memiliki makna mulia di dalam kristus .
  • Salomo berkata tidak ada yang baru di bawah matahari, namun karena Injil, di dalam Kristus kita adalah ciptaan yang baru.
  • Salomo berkata mencari hikmat memperbanyak kesedihan dan usaha menjaring angin, namun karena Injil, ada sukacita, kepuasan dan damai sejahtera di dalam mengenal pribadi Kristus sang hikmat.