The Person Of Holy Spirit

 

Hari ini saya menampilkan foto pernikahan saya dengan perempuan yang paling cantik di dunia. Pada waktu kami menikah saya terkejut sekali, mendapati ada banyak hal tentang dirinya yang baru terungkap. Dia ternyata ‘lebih’ daripada yang saya tahu sebelumnya. Kami sudah bersama dalam ikatan sebagai suami istri selama 15 tahun. Dalam perjalanan pernikahan tersebut saya begitu kagum bagaimana Allah menuntun kami untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Ada banyak hal jadi terbuka dalam perjalanan itu. Konon kata pribadi itu berasal dari kata kuno ‘persona’ (personality) yang artinya topeng. Kita ini topeng, ada sesuatu yang tersembunyi. Semakin bertambah usia pernikahan kami, dengan berbagai cara,  topeng-topeng itu mulai tersibak satu per satu, membuat kami saling mengenal, mengerti dan memahami.

 

Mengapa saya ceritakan hal ini, karena seperti kita ketahui, mulai minggu ini gereja ini akan memulai perjalanan seri pengajaran tentang Roh Kudus. Sama seperti dalam pernikahan, hari demi hari adalah perjalanan mengenal pribadi pasangan kita, maka sebenarnya begitulah perjalanan kita hidup bersama Roh Kudus, pengenalan itu akan dan harus bertumbuh. Seharusnya tak ada seorang pun yang bisa mengaku dirinya yang paling mengerti dan memahami pribadi Roh Kudus. Sebentar, ‘PRIBADI’? Ya saya sebutkan pribadi, karena memang Roh Kudus adalah satu pribadi. Roh Kudus bukan sebuah kuasa atau tenaga aktif yang keluar dari Allah (seperti yang diajarkan saksi yehova), tapi Roh Kudus adalah satu pribadi yang punya pikiran, perasaan dan kehendak.  Dia punya emosi, Dia bisa berduka (Efesus 4:30) . Saya tertarik dengan apa yang dikatakan Francis Chan, “Saya yakin, jika kita benar-benar memedulikan kesedihan Roh Kudus, perkelahian, perceraian, dan perpecahan dalam gereja akan berkurang. Mungkin penyebabnya bukanlah kurangnya rasa percaya, melainkan kurangnya perhatian. Saya berdoa satu hari nanti orang percaya akan memdulikan kesedihan Roh Kudus daripada kesedihan mereka sendiri”

 

Sekali lagi Roh Kudus itu berpribadi, maka kita bisa berelasi dengan dia, relasi itu juga perlu bertumbuh. Harapan saya selama kita mendengar pengajaran tentang Roh Kudus, kita tidak datang dengan sikap hati yang merasa sudah tahu alias ‘sok’ tahu, apalagi ‘sok’ kenal, atau bahkan tidak mau tahu. Namun, dengan kehausan untuk mengenal Dia. Pribadi-Nya begitu Agung, Besar, bahkan ada banyak misteri yang mungkin tak bisa kita pahami sepenuhnya, oleh sebab itu mari kita masuk dalam seri pengajaran ini dengan memohon anugerah agar Dia sendiri yang menyatakan pribadi-Nya melalu firman-firman yang disampaikan. Lalu, peran-Nya bisa kita nikmati secara nyata dalam hidup kita secara khusus maupun secara komunal bagi gereja di tempat ini.

 

Teks Alkitab utama yang mendasari firman hari ini kita ambil dari

 

Yohanes 14:16-17,

Aku akan minta kepada Bapa , dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,  yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.

 

Sebelum kita melihat ayat-ayat tersebut dengan lebih jelas, mari perhatikan dulu bahwa ayat-ayat yang kita baca ini dituliskan oleh salah seorang murid Yesus bernama Yohanes. Tentu sangat baik untuk kita perhatikan sebentar sosok Yohanes ini. Dia menyebut dirinya sebagai murid yang paling akrab, paling dikasihi-Nya (Yoh 13:23). Tak ada jarak antara dia dengan gurunya. Bahkan dia menjadi saksi mata pekerjaan-pekerjaan Yesus di tempat-tempat dimana murid-murid yang lain tidak menyaksikannya. Ia melihat anak Yairus dibangkitkan (Markus 5:37). Ia melihat sebuah pengalaman yang menakjubkan saat Yesus dimuliakan di atas gunung  (Markus 9:2), saat itu dia bisa melihat kehadiran Musa dan Elia, mendengar secara jelas (audible) suara Allah, pengalaman yang sangat spesial. Semua pengalaman itu menjadikan Yohanes murid yang begitu mengagumi Yesus, sangat mengandalkan dan menggantungkan diri kepada gurunya itu.

 

 

Namun, tiba-tiba gurunya itu menyampaikan sebuah kabar yang membuat dia menjadi resah. Yesus menyampaikan kabar kematian-Nya sebagai misi yang harus digenapi. Lebih kurang 3,5 tahun Yohanes dan teman-temannya sudah hidup bersama Yesus, begitu tergantung kepada-Nya, tiba-tiba Dia akan meninggalkan mereka. Panik dan galau. Saya ingat saat ayah saya meninggal, kami yang ditinggalkan limbung, pribadi yang begitu sentral dalam keluarga meninggalkan kami, itu berat sekali rasanya. Bukankah itu sebenarnya perasaan yang pasti ada dalam hidup manusia. Setiap kita ini didesain untuk tergantung kepada satu pribadi yang hebat yang kita tahu hanya dia yang bisa menolong kita. Bahkan, seorang pemimpin yang kita perhatikan begitu kuat dan hebat, jauh di hatinya paling dalam ia memerlukan satu pribadi yang bisa menjadi sandaran hidupnya (anjuran: jangan lupa doakan pemimpin kita). Semua kita rindu dan perlu ditemani, dibimbing dan diarahkan oleh satu pribadi yang lebih hebat dari kita. Kita ini perlu PENDAMPING . Murid-murid mendapatkan itu dalam sosok Yesus. Hidup mereka sering mendapat ancaman dan tekanan, namun tetap saja mereka merasa aman karena guru mereka yang ‘sakti’ ada bersama mereka. Sekarang, Sang Guru menyampaikan bahwa Ia akan meninggalkan mereka.

 

Dalam suasana yang galau dan gelisah seperti itulah janji Yesus di ayat yang kita baca tadi dinyatakan (dimulai dengan perintah Yesus di ayat 1, ‘Jangan gelisah hatimu’). Yesus berjanji bahwa saat Dia tidak akan lagi bersama-sama dengan murid-murid, Dia akan minta kepada Bapa seorang penolong yang lain. Dialah yang akan mendampingi mereka. Dialah Roh Kudus. Saya percaya pengajaran ini begitu penting juga bagi kita. Berapa banyak Anda di tempat ini yang sering mengalami kegelisahan? Ada banyak tekanan yang membuat Anda susah untuk bergerak, sulit menghadapi problema berat yang menerpa hidup Anda saat ini, juga bingung akan hari esok. Anda merindukan satu pribadi yang hadir menuntun Anda. Hari ini ada tawaran untuk Anda, sosok yang Anda butuhkan itu sudah dan selalu tersedia bagi Anda. Dialah Roh Kudus.

 

Mari sekarang kita lihat teks Alkitab yang sudah kita baca tadi. Ada beberapa kebenaran mendasar yang perlu kita pahami tentang pribadi dan peran Roh Kudus dari janji Yesus itu.

  1. ROH KUDUS ADALAH ALLAH.

Perhatikan yang dijanjikan itu adalah ‘seorang’ penolong ‘yang lain’. Seorang itu menunjuk pada satu pribadi, sekali lagi Roh Kudus adalah satu pribadi bukan sekadar kuasa. Lalu Yesus juga menggunakan kata ‘Yang Lain’ yang menunjukkan pribadi lain namun sama natur/hakikatnya dengan Dia (another same kind). Walau beda secara pribadi, Roh Kudus itu sama seperti Yesus dalam hakikat, Dia adalah Allah. “Therefore, the Spirit is no less a person than Jesus is”- John Piper[1]. Bahkan saat melihat fenomena hidup orang percaya, John Owen menyimpulkan, “The sin of despising His Person and rejecting His Work now is of the same nature with idolatry of old and with the Jews' rejection of the Person of the Son"[2]. Sama seperti orang Yahudi menolak pribadi Yesus, dalam derajat yang sama orang percaya sering meremehkan pribadi dan menolak pekerjaan Roh Kudus. Jelas harus dipahami bahwa Roh Kudus setara dengan Yesus, karena Dia Allah.

 

 

Dan dalam natur sebagai Allah, Roh Kudus itu Maha Kuasa , Maha Tahu dan Maha Hadir. Dia sudah ada sebelum dunia dan saat dunia dijadikan (Kejadian 1:2). Dengan kalimat tersebut, Yesus sedang menegaskan agar murid-murid-Nya tak perlu takut di masa depan -saat Yesus pergi meninggalkan mereka- karena ada satu pribadi yang sama seperti Dia yaitu ROH KUDUS YANG ADALAH ALLAH akan menyertai mereka. Kalau selama ini mereka aman saat Yesus bersama-sama mereka, bersama Roh Kudus mereka pun aman.

 

Betapa indahnya juga saat Yesus menyebutkan Allah Roh Kudus akan menyertai mereka selama-lamanya. Berapa lama ‘selama-lamanya’ itu? Ya…selama-lamanya.  Perhatikan juga kalimat ‘diam di dalam kamu’. Dicatat Roh Kudus akan diam, tinggal (dwell in, abide). Istilah ini adalah sesuatu yang menarik untuk dipahami. Jika kita membaca kisah-kisah di Perjanjian Lama kita akan mendapatkan kesan bahwa kehadiran Roh Kudus itu terwakili dengan kata ‘hinggap’. Saat Allah memutuskan memakai seseorang untuk suatu tugas maka dicatat ‘Roh TUHAN menghinggapi dia’ (contoh Otniel di Hak 3:10; Gideon di Hak 6:34; Simson di Hak 14:6), dan terkesan saat tugas itu selesai atau orang yang dipakai itu melanggar aturan main Allah, maka Roh Allah itu meninggalkan mereka (contoh Saul di 1 Sam 16:14; Simson di Hak 16:20). Sedangkan pada kalimat janji Yesus dalam teks Yohanes ini, terlihat bahwa Roh Kudus itu akan tinggal secara permanen. Tepat seperti yang Guthrie sebutkan, “Sekali Roh Kudus mendiami kita, Ia akan tinggal menetap di situ”, Dia tidak akan meninggalkan kita lagi, kita tak akan terpisah lagi dari Dia.

 

Tentang diamnya Roh Kudus secara permanen ini ditegaskan dalam surat-surat pastoral dan pengajaran Paulus. Misalnya dalam  2 Korintus 1:21-22, “Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan  dari semua yang telah disediakan untuk kita” (tampilan slide 9). Dengan yakin, Paulus menegaskan karya Allah yang luar biasa dalam hidupnya dan jemaat Korintus.  Allah ‘TELAH MENGURAPI’ (yunani: chrio, bnd. kata Kristus/ Yang Diurapi) mereka yang di dalam Yesus.  Pertama, kita disadarkan bahwa semua orang percaya telah diurapi (bnd. 1 Yoh 2:20;27). Jadi mengapa masih banyak yang cari-cari urapan? Kita semua telah/sudah diurapi di dalam iman kepada Yesus. Mengapa juga masih beredar anggapan urapan hanya untuk superstar rohani? Kita semua -umat tebusan- telah diurapi, bukan sebagian. Kedua, urapan dilambangkan dengan minyak yang dituangkan atas seseorang untuk satu tugas tertentu. Ketika Allah menyelamatkan kita melalui karya Yesus di kayu salib, Dia juga 'menuangkan' Roh Kudus (baca diam/tinggal) untuk memerintah dan melindungi hidup kita. Di dalam terang Injil, urapan itu adalah lambang diamnya pribadi Roh Kudus dalam hidup orang percaya untuk selamanya.

 

Bukankah ini sangat menakjubkan, Allah Roh Kudus diam di dalam kita untuk selama-lamanya? Kita telah sepakat semua kita butuh pendamping yang bisa diandalkan, tapi juga yang ajeg, hari ini ada-besok juga ada, hari ini mampu-besok juga mampu. Tak bisa kita dapatkan jaminan pendampingan itu dari pribadi yang ada di dunia ini, bahkan dari pasangan hidup kita atau pemimpin kita. Hanya Roh Kudus yang dapat kita andalkan, berita baiknya, Dia mau kita andalkan, Dia mampu kita andalkan, karena Dia adalah Allah yang diam selamanya dalam hidup kita.

 

 

2. ROH KUDUS ADALAH PENOLONG KITA.

 

Yesus menyebut Roh Kudus sebagai penolong. Waktu Yesus mengatakannya, seolah-olah Dia berkata, “Sama seperti aku telah menjadi penolongmu yang ajaib selama ini, maka Roh Kudus juga akan menjadi penolongmu ajaib. Tentu kita akan kecewa jika ada seseorang yang hebat tinggal bersama-sama kita, tapi dia hanyalah pribadi yang pasif, diam saja tidak berkontribusi dalam hidup kita. Roh Kudus tak hanya ada di dalam kita selama-lamanya. Dia bekerja aktif dalam hidup kita dalam hidup kita. Roh Kudus berperan sebagai PENOLONG (bhs. Yunani: PARAKLETOS). Dialah pribadi ilahi yang senantiasa berjalan mendampingi hidup kita[3]. Sebagai penolong, Dia adalah Sang Konselor (counselor) yang menuntun dan mengarahkan hidup murid-murid. Dia juga berperan memberi rasa aman dan nyaman, Dia adalah Sang Penghibur (comforter).

 

Saya memikirkan seruan motivasional yang sering kita dengar untuk kita keluar dari zona nyaman (comfort zone) sebagai syarat agar kita bisa berkarya lebih baik. Menurut saya kalimat tersebut kurang lengkap. Kalau kita pikirkan sebenarnya justru rasa nyaman itu modal besar untuk kita berkarya. Kalau saya ada dalam hubungan yang nyaman dengan istri saya, maka saya akan lebih maksimal dalam bekerja. Sebaliknya jika istri saya suka merongrong, saya ‘kemrungsung’ terus, tentu kinerja jadi tidak karu-karuan. Itu ilustrasi tentang kenyamanan dari relasi antar manusia yang terbatas. Bagaimana dengan relasi dengan Allah? Anda tentu masih ingat sebuah kalimat, “God most glorified, when we most satisfied in Him”, kunci untuk kita bisa memuliakan Allah, justru dalam rasa puas, rasa nyaman kita di dalam Dia. Jadi mungkin kalimat motivasional yang lengkap adalah keluar dari zona nyamanmu sendiri, larilah pada zona nyaman Roh Kudus. Di situlah kita akan mampu berkarya bagi kemuliaan Allah.

Banyak kali dalam hidup ini kita kehilangan arah, tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Sering juga kita hancur hati karena tekanan hidup dan pergumulan iman yang berat. Di saat itulah, sadari ada pribadi Roh Kudus yang sanggup menolong hidup kita. Ajarkan pribadi dan peran Roh Kudus sejak dini kepada anak-anak kita jauh sebelum mereka diperkenalkan dengan kuasa-kuasa palsu di dunia ini. Begitu menyedihkan banyak orang tua memperkenalkan superhero-superhero fantasi tanpa pernah mengenalkan mereka kepada satu-satunya penolong yang ajaib, Roh Kudus.

 

3. ROH KUDUS ADALAH ROH KEBENARAN.

 

Peran Roh Kudus yang juga sangat penting dalam hidup kita berkaitan dengan atribut-Nya sebagai Roh Kebenaran. Yesus berkata di pasal 16:13, “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” . Tentu kebenaran yang dimaksudkan merujuk kepada kebenaran firman Allah. Murid-murid yang masih tinggal dalam dunia yang penuh dosa akan begitu mudah tergoda untuk hidup melupakan apa yang telah Yesus ajarkan, begitu juga hidup kita pada masa sekarang. Namun, di sinilah kita menjadi sadar bahwa perjuangan kita hidup dalam kebenaran bukan didasarkan pada kerinduan dan kekuatan kita sendiri. Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran tidak akan membiarkan kita hidup tidak benar. Dia begitu aktif mencuci hati kita yang mudah menyeleweng ini dengan kebenaran firman Tuhan.

 

Apa penting dan untungnya bagi kita? Ada sebuah nubuatan dalam Alkitab yang berbunyi demikian, “Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas : Maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan. Di padang gurun selalu akan berlaku keadilan  dan di kebun buah-buahan akan tetap ada kebenaran. Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya” (Yesaya 32:15-17) .

 

 

Perhatikan ada sebuah rumusan janji dalam nubuatan tersebut bahwa damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman adalah hasil dari kebenaran. Bagaimana kebenaran itu pasti ditegakkan? Saat Roh dari atas (baca: Roh Kudus) itu dicurahkan, maka kebenaran dan keadilan itu akan tegak. Nubuatan ini secara tepat digenapi saat Yesus dibaptis dan Roh Kudus turun atas-Nya. Nubuatan ini juga berlaku dalam hidup kita. Apakah Anda ingin hidup dalam damai sejahtera? Tenang? Tenteram? Hiduplah dalam kebenaran! Masalahnya, Anda yakin Anda sudah hidup dalam kebenaran? Selalu bisa hidup benar di hadapan Allah? Tidak menyeleweng?

 

Ada berita baik untuk Anda: Yesus yang berkata ‘Akulah Kebenaran’ sudah mati untuk menebus dosa kita sehingga kita dibenarkan di hadapan Allah. Selanjutnya,  Roh Kudus yang sekarang diam dalam hidup kita, secara aktif menuntun kita hidup dalam kebenaran-Nya sehingga hidup  kita dipenuhi damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman. Itulah modal utama agar hidup kita bisa memuliakan Allah sebagai tujuan hidup kita.  Soli Deo Gloria