Apa Adanya

2 Korintus 3:12-18
12Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian, 13tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang- orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu. 14Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya 15Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. 16Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. 17Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan. 18Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar- Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar

 

MEDIA SOSIAL (Social Media) adalah saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya (internet).  Para pengguna (user) media sosial berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, dan saling berbagi (sharing), dan membangun jaringan (networking).

 

Social media adalah sarana yang baik untuk kita konek dengan satu dan yang lain , bisa tempat yang baik untuk kita bisa memberitakan injil dan memberikan pengaruh yang luar biasa untuk teman-teman sekeliling kita semua. Social media juga bisa menjadi alat yang baik dan mengubah kebudayaan, sekarang karena sosial media, kita tidak perlu keluar rumah, anda bisa berhubungan dengan ribuan orang yang ada di negara yang berbeda.

 

Tetapi dengan kehebatan technologi dengan segala kecanggihannya juga ada kekurangannya dan hal-hal yang bisa merugikan kita karena sosial media juga bisa membuat anda kecanduan, mengisolasi diri dan saat anda kecanduan ada konsekuensinya apalagi dikontraskan dengan kelemahan kita sebagai manusia, sehingga bisa dipakai oleh iblis untuk menjadi celah di mana dia bisa mencuri hidup saudara, membunuh dan membiniasakan!

 

Khotbah berseri ini bukan untuk memerangi sosial media tetapi supaya kita dapat melihat bahwa apa yang nyata dan yang maya dan semu dan apa yang Tuhan mau kita punya untuk kita bisa mengalami kepenuhan Kasih karunianya yang bekerja di dalam hidup kita semua.

 

MEDIA SOSIAL SUDAH BERGESER DARI TUJUAN AWAL PENCIPTAANNYA MENJADI SEBUAH KEBUTUHAN YANG TAK TERPISAHKAN BAGI MANUSIA

 

Ada Beberapa Fakta MENARIK

 

Bicara soal selfie¸ menurut sebuah penelitian, dalam satu hari ada 93 juta orang melakukan foto selfie di seluruh dunia. Fenomena ini menunjukkan manusia ingin terlihat lebih baik dari dirinya yang sebenarnya.

 

Di Inggris, ada seorang reamaja berumur 19 tahun bernama Danny Bowman mencoba bunuh diri karena tidak puas dengan hasil selfie yang diambilnya. Ia menghabiskan 10 jam dalam sehari untuk selfie sebanyak 200 kali. Karena merasa kecewa, pemuda ini hampir saja mengalami overdosis. Untungnya, ibunya berhasil menyelamatkannya. Remaja itu kini diakui sebagai pecandu foto selfie pertama di Inggris. Sekarang ini dia tengah berjuang kembali ke kehidupan normal dengan terapi intensif mengobati kecanduan teknologi, OCD dan Body Dysmorphic Disorder, atau kecemasan berlebihan tentang penampilan pribadi.

 

Aturan Media Sosial Yang Tidak Pernah Tertulis Adalah tidak ada orang yang ingin terlihat jelek di media sosial bahkan selfie pun ada caranya yaitu biasa dari atas dan kalau ada orang selfie dari bawah biasanya itu kurang mahir. Apa yang digambarkan, di jepret oleh social media, facebook and Instagram biasanya selalu indah, ganteng, seru dan kita juga sering tidak tahu apakah itu real atau tidak misalnya; vacation, mobilnya, pestanya, makanannya, mesranya yang sudah di crop, di filter sehinga menjadi keren, kurusnya atau ketawanya bahagia.

 

Sehingga kita masuk ke dalam jebakan untuk membandingkan hidup kita yang sepertinya biasa sepertinya tidak seru dan boring tidak seperti mereka sehingga kita mengalami depresi atau kita berlomba-lomba untuk tidak mau kalah mengejar juga gambaran dan sosok dan apa yang di gambarkan sosial media kepada kita. Untuk apa yaitu untuk kita dianggap, untuk kita tidak mau kalah dan untuk mendapatkan berapa Like kita serta untuk kita bisa mendapatkan follower demi likes.

 

Mungkin dari kita tidak ada yang sampai mau bunuh diri gara-gara media sosial tetapi kalau kita terus membandingkan diri dengan orang yang ada di media sosial – padahal belum tentu yang mereka post adalah sesuatu real – maka kita masuk dalam jebakan membandingkan diri ( comparison trap). Hal ini akan melahirkan salah satu dari dua kemungkinan berikut: kita menjadi depresi karena merasa tidak sebanding dengan orang lain atau kita berusaha menjadi someone who we are not meant to be.

 

PENCITRAAN

 

Keluaran 34: 29-35
29Ketika Musa turun dari gunung Sinai-- kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu-- tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN. 30Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia… 33Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya. 34Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar; dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya. 35Apabila orang Israel melihat muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan TUHAN

 

Rasul Paulus sedang membicarakan situasi yang sebenarnya terjadi di kitab Keluaran. Dia sedang menyingkapkan rahasia yang ada di balik layar. Kalau kita berbicara tentang Musa orang yang paling penting dalam sejarah orang Israel bahkan di katakan orang yang paling Rendah Hati dan paling dekat sama Tuhan!! Ternyata setelah berhadapan dengan Tuhan maka wajah Musa yang bercahaya itu menjadi pudar namun Musa tetap berpura-pura dengan cara terus menyelubungi wajahnya supaya dianggap bahwa wajahnya masih terus bercahaya sebab kalau tidak maka Musa takut dianggap sebagai pemimpin yang tidak dihormati lagi.

 

Pergumulan yang dihadapi Musa adalah pergumulan yang sama yang kita semua hadapi. Kalau Musa menggunakan cadar untuk menutupi mukanya karena takut kelihatan aslinya maka kita menggunakan sosial media untuk menutupi kekurangan kita, dan kelemahan kita. Kita juga melakukan pencitraan karena takut terlihat aslinya atau berusaha untuk menjadi orang lain. Dan berbicara tentang selubung itu bukan hanya tentang sosial media tetapi apa saja yang kita lakukan untuk menutupi kelemahan kita dan membuat kita berusaha untuk menjadi orang lain, menjadi lebih rohani untuk dianggap orang dan dilihat orang.

 

TUHAN MAU KITA HIDUP TANPA SELUBUNG BUKAN PENCITRAAN

 

2 Korintus 3:12-13
12Karena kami mempunyai pengharapan yang demikian, maka kami bertindak dengan penuh keberanian, 13tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata orang- orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.

 

Paulus megajarkan bahwa kita tidak seperti Musa yang harus menyelubungi mukanya dan Tuhan mau kita hidup tanpa selubung bukan pencitraan.

 

Paulus berkata “ aku punya keberanian untuk menunjukkan kelemahanku, menunjukkan pergumulanku, aku tidak usah pura-pura kuat, aku tidak usah pura-pura bisa dan aku tidak perlu pura-pura seperti Musa berpura-pura.

 

Saya percaya bahwa culture inilah yang perlu dibangun dalam gereja. Culture “apa adanya”. Tanpa sadar gereja telah menjadi seperti media sosial. Di sana orang menunjukkan betapa sempurnanya mereka. Padahal gereja adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kelemahan, namun disempurnakan oleh kasih Kristus. Kita butuh lebih banyak orang yang mau terbuka di gereja, tidak takut menunjukkan kelemahan mereka dan dengan begitu anugerah Tuhan bekerja lebih nyata di gereja.

 

Mengapa susah untuk membangun culture ini apalagi di gereja? Sebagai contoh seringkali di Care Group kalau seorang diminta untuk sharing maka kebanyakan dari mereka malu untuk  melakukannya sebab culture-nya biasanya kalau kita berani bersaksi itu karena doa kita sudah dijawab atau sudah mendapat terobosan. Tetapi kalau ada yang merasa masih lemah dan mengalami pergumulan biasanya yang lain akan berkomentar bahwa itu disebabkan karena kurang rajin beribadah dan seharusnya begini dan begitu sehingga culture untuk datang apa adanya tidak bisa terjadi karena sungkan untuk menceritakan pergumulan kita dan takut nanti di dihakimi atau dinilai.

 

Sebab itu kita harus mengurangi sikap yang suka menghakimi atau menilai orang lain sebab kita semua juga punya pergumulan dan hal-hal yang tidak sempurna atau tersembunyi yang tidak terekspos. Itu sebabnya sangat susah untuk membangun culture demikian dalam konteks rohani atau gereja sampai kita dengan Tuhanpun harus melakukan pencitraan karena merasa sudah melakukan banyak hal untuk Tuhan sehingga layak untuk mendapatkan berkat dari Tuhan. Itu yang menyebabkan kita tidak bisa datang kepada Tuhan apa adanya.

 

Saya masih ingat Gembala saya mengatakan kalau kamu khotbah maka jangan khotbah sesuatu yang kamu belum pernah gumulkan sebab khotbah itu tidak akan ada powernya karena kamu pura-pura seakan-akan kamu sudah bisa padahal kamu belum. Sebab itu kalau kita juga pernah mengalami pergumulan maka kita bisa berkata kepada yang lain yang masih lemah dengan berkata bahwa mereka tidak sendirian karena kita juga pernah dan masih mengalami pergumulan tetapi kita punya Tuhan yang mengerti pergumulan kita. Kalau kita sadar bahwa kita tidak sempurna maka disitulah kasih karunia Tuhan bekerja. Sebanyak anda perlu kasih karunia maka saya juga butuh kasih karunia bahkan sama-sama kita berjalan dari kasih karunia satu kepada kasih karunia yang lain. Biarlah kita menjadi gereja yang bukan saling menghakimi atau menggurui namun saling mengingatkan akan kasih Tuhan yang sudah dilimpahkan dalam hidup kita.

 

MINTA KRISTUS UNTUK MENYINGKAPKAN

 

2 Korintus 3:14
Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.

 

Semakin kita merasa tahu maka semakin kita menyelubungi muka kita dan semakin kita berusaha menjadi orang lain maka pikiran kita menjadi tumpul sehingga membaca Firman juga tidak bisa mengerti maksudnya karena ditutupi oleh kesombongan kita dan hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.

Agama membuat selubung-selubung ini makin teba dimana kita disuruh menjadi rohani dan menjadikannya suatu keharusan, bukan dari kemauan tetapi menjadi peraturan yaitu membuat selubung yaitu seperti tirai yang memisahkan antara ruang kudus dan ruang maha kudus dan hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya.

Apa yang Kristus lakukan yaitu waktu Dia berkata “ sudah selesai” maka tirai yang memisahkan ruang suci dan maha suci itu terbuka dan semua dosa, kekurangan, kegagalan dan kebobrokan kita sudah ditanggung di kayu salib supaya kita tidak lagi takut tetapi penuh dengan keberanian datang kepada Tuhan dengan segala keberadaan kita.

 

2 Kor 3:15-16
15Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa, ada selubung yang menutupi hati mereka. 16Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.

 

Dengan selubung sering kita menyembunyikan kekurangan kita sehingga orang lain tidak bisa melihat kekurangan kita Tetapi selubung yang sama itu juga menghalangi kita untuk melihat kebaikan Tuhan yang sebenarnya.

 

 

TUHAN MENGHARGAI KEJUJURAN KITA KETIKA KITA DATANG KE HADAPANNYA APA ADANYA

 

Matius 15:22-28
22Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” 23Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” 24Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” 25Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.” 26Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” 27Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” 28Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.

 

Ketika perempuan Kanaan yang datang kepada Yesus itu menyamar seperti orang Yahudi maka tidak ada seorangpun yang tahu kecuali Yesus. Perempuan ini berpikir bahwa supaya dia bisa mendapatkan kesembuhan atau perkenanan dari Yesus maka dia harus pura-pura menjadi orang Yahudi. Yesus tahu siapa dia sebenarnya sebab itu Yesus menguji perempuan itu dan dikatakan seperti anjing. Ketika perempuan itu menyadari keberadaaannya dan membuka selubungnya dengan mengatakan bahwa benar dia itu seperti anjing maka akhirnya dia mendapatkan kesembuhan.  Kita ini seringkali sama seperti perempuan Kanaan ini yaitu datang kepada Tuhan dengan segala kepalsuan dan pencitraan kita yang kita pikir itu akan mendatangkan berkat atas kita. Kita ini seperti perempuan ini yaitu najis, tidak layak dan tidak masuk hitungan dan Tuhan mau kita hidup tanpa selubung dan bukan pencitraan.  

 

2 Korintus 3:18
Dan kita semua mencerminkan (contemplate = merenungkan) kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah (Transformed) menjadi serupa dengan gambar- Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar

 

Tanggalkan  selubung kita supaya kita bisa melihat kebaikanNya, apa yang nyata dan apa yang maya dan apa kehendakNya. Kalau kita ingin mengalami perubahan atas kelemahan dan kesempurnaan kita nejadi serupa dengan gambarNya maka intinya bukan dengan pura-pura atau peraturan tetapi dengan merenungkan kemuliaan Tuhan. Kalau mau bandingkan maka jangan bandingkan diri kita dengan orang lain tetapi bandingkan diri kita  dengan Kristus. Hidup kita akan merasa aman ketika kita lebih mendengar apa kata Kristus  daripada apa kata orang.