Why We Don't See Miracles Like The Apostle Did

 

Markus 6: 53 -56

6:53 Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. 
6:54 Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. 
6:55 Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. 
6:56 Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.

 

Ada sebagian orang percaya yang pernah mengalami mujizat dan sebagian lain tidak pernah mengalaminya. Namun seringkali pemahaman tentang mujizat antara orang yang satu dengan yang lain itu berbeda-beda. Apakah definisi Mujizat itu? Menurut Baker Encyclopedia of Christian Apologetics, 783) maka Mujizat (Miracle) di definisikan “ sesuatu yang tidak umumnya terjadi bahkan melampaui hukum alam, bukan suatu yang biasa atau sederhana tetapi perbuatan Allah yang khusus “.

Allah itu melakukan banyak pekerjaan dan kalau dikategorikan menjadi :

 

1.  General Providence :

 

Ini adalah pemeliharaan Allah yang sifatnya umum dan berlaku untuk semua orang, siapapun dia, apapun kondisinya baik dia orang percaya atau bukan maka Allah tetap memelihara dan menopang.Ketika Alkitab mengatakan bahwa dunia kita sudah jatuh dalam dosa, tetapi kita yang jatuh di dunia yang sudah jatuh dan tetap bisa menikmati bagian-bagian tertentu maka itu adalah pemeliharaan Allah. Contoh: kalau kita menerima gaji karena kita bekerja maka sesungguhnya itu adalah berkat Tuhan, mengapa demikian? Dunia itu jatuh maka kondisi normal kita itu sebenarnya adalah kejatuhan sehingga kalau kita mengalami bencana dan penderitaan seharusnya kita tidak perlu terkejut sebab seperti itulah kondisi yang sesungguhnya. Dan kalau di dunia yang sudah jatuh ini kita bisa menikmati hal-hal yang baik maka kita perlu sadar bahwa itu adalah anugerah Allah.

 

 2. Special Providence :

Ini adalah pemeliharaan yang secara khusus yang diberikan kepada umat percaya namun dengan cara tidak melawan hukum alam. Contoh: ada keluarga dari orang percaya yang diselamatkan Tuhan dari ancaman pembunuhan dan pemerkosaan dalam suatu peristiwa namun berhasil selamat dengan jalan turun dari lantai 3 dengan memakai tali ikatan dari sprei.

 

Mujizat

Kalau cara kerja Tuhan itu banyak mengapa Tuhan tidak selalu memakai mujizat dan mengaja mujizat itu jarang sekali terjadi. Tuntutan kepada Tuhan untuk melakukan mujizat sekarang ini banyak terjadi bahkan untuk hal-hal yang kecilpun banyak orang yang menuntut mujizat. Orang yang selalu mengharapkan mujizat maka dikuatirkan bahwa dalam diri orang itu ada yang salah dalam hati dan pikirannya.

Ada dua kesalahan orang yang selalu mengharapkan mujizat yaitu :

 

1. Problem dalam orientasi

Mengapa dalam Alkitab diceritakan tentang Yesus yang banyak melakukan mujizat yaitu karena Tuhan Yesus ingin mengatakan kepada orang banyak yang melihat Dia secara natur adalah manusia dan belum mengenaliNya sebagai Allah yang bereinkarnasi sehingga mujizat dan tanda ajaib dibuat Yesus supaya mereka mengenalNya sebagai Allah yang hidup dan benar sehingga mereka percaya, kagum dan hormat akan Allah. Sehingga tanda-tanda dan mujizat itu membuat orang orientasinya bukan kepada diri sendiri tetapi supaya mengenal siapakah Allah itu.

Ketika Markus menuliskan orang-orang yang menjamah jubah Yesus itu menjadi sembuh bukan untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki iman yang besar atau hebat namun untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang luarbiasa dimana ketika Dia hadir bisa mengerjakan banyak hal dan bisa mencurahkan  berkat dan kasihNya. Jadi mujizat itu orientasinya adalah kepada Allah dan bukan pada manusia. Wayne Grudem berkata bahwa mujizat bukan hanya pekerjaan Allah yang special tetapi juga membangkitkan sesuatu, mengagumi dan akhirnya untuk menyaksikan Allah yang hidup.

 

Jadi kalau Tuhan melakukan mujizat kepada seseorang itu bukan karena apa yang telah dia lakukan tetapi karena Tuhan yang luarbiasa dan semua itu terjadi tujuannya adalah untuk kemuliaan nama Tuhan. Kalau ada orang mengalami mujizat dan orientasinya adalah semua itu karena apa yang mereka telah lakukan maka itu adalah sikap yang penuh dengan kesombongan. Jadi tuntutan terjadinya mujizat menyiratkan kesombongan manusia. Sebagai ilustrasi, jika kita hendak berkunjung ke rumah orang yang sangat kaya atau menghadap presiden, sudah tentu sangat wajar jika yang membukakan pintu atau gerbangnya adalah pegawai atau asistennya. Dan bukankah hal itu cukup (untuk dapat membawa kita kepada tuan rumah sesungguhnya)? Betapa sombongnya kalau kita berharap tuan rumah atau presiden itu sendiri yang turun tangan membukakan pintu untuk kita.

 

Di dalam catatan Markus 6:56, kita mendapati bahwa orang-orang sakit itu hanya meminta izin untuk menyentuh jumbai jubah Tuhan Yesus, sebagaimana yang dilakukan perempuan yang sakit pendarahan (Mrk. 5:28-29). Hal ini mereka lakukan karena mereka sadar bahwa mereka tidak layak sehingga harus Tuhan Yesus datang secara khusus, melihat, memeriksa, mengulurkan tangan dan menyembuhkan mereka. Mereka tahu mereka bukanlah orang yang sangat penting, sampai-sampai Tuhan Yesus harus repot-repot melakukan penyembuhan pribadi dan khusus untuk mereka.

 

 

2. Problem Kedegilan Hati

Tuntutan mujizat yang selalu terjadi ini menyiratkan kedegilan hati (ketidak-percayaan) manusia. Jika kita percaya Tuhan memegang kendali atas segala sesuatu dan Ia turut bekerja di dalam segala sesuatu, mengapa tidak bisa kita memercayai-Nya ketika Ia melakukan sesuatu tanpa mujizat dan tanpa hal-hal ajaib?! Tuntutan untuk terus mengalami hal yang ajaib bukan menunjukkan kepercayaan kita akan kuasa-Nya, justru merupakan bentuk ketidak-percayaan kita kepada kasih dan karya Tuhan yang ajaib dan luar biasa. 

 

Markus sengaja menuliskan kesimpulan pelayanan Tuhan Yesus di Galilea ini sebagai sebuah kontras terhadap ketidak-percayaan murid-murid Tuhan Yesus. Mereka yang sudah melihat secara langsung Tuhan Yesus melakukan berbagai macam tanda ajaib: memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan serta berjalan di atas air, tetapi mereka tetap tidak percaya karena hati mereka degil (6:52). Sebaliknya, orang banyak yang hanya mendengar kisah penyembuhan perempuan yang sakit pendarahan dengan cara menyentuh jubah Tuhan Yesus segera percaya, yang terbukti melalui permohonan mereka kepada Tuhan Yesus.

 

Bukankah setiap kita sudah melihat bahkan mengalami kasih penyertaan dan anugerah Tuhan yang besar? Bukankah kita adalah orang-orang yang berdosa namun sudah mendapatkan karya terbesar Allah, yakni keselamatan melalui penderitaan, kematian, dan kebangkitan Tuhan Yesus? Jika Allah Bapa sendiri mau berkorban menyerahkan anak tunggal-Nya dan Yesus Kristus mau berkorban menyerahkan nyawa-Nya, bukankah tidak ada hal yang baik bahkan terbaik yang tidak akan Allah berikan kepada kita untuk dapat hidup memuliakan-Nya? Seorang yang bernama Polycarpus ketika diminta oleh pasukan yang menangkapnya untuk menyangkali imannya satu kali saja maka dia berkata “ selama 86 tahun aku mengiring Yesus maka satukalipun Dia tidak pernah berbuat salah kepadaku. Anugerah demi anugerah telah dicurahkan kepadaku, bagaimana mungkin untuk satu kali ini aku harus mengkianati Dia.”

 

Pergumulan, kesulitan dan permasalahan hidup akan masih kita hadapi dan mungkin dalam kasus-kasus tertentu Tuhan masih mengijinkan untuk terjadi mujizat dan kalau itu terjadi maka syukurilah itu. Namun ketika kita menderita dan sudah bergumul dan berdoa selama bertahun-tahun namun mujizat juga tidak terjadi maka sebenarnya Tuhan tetap melakukan mujizat yaitu karya kematianNya, kebangkitanNya dan penyertaanNya dari sekarang sampai selama-lamanya.  Dia tidak pernah meninggalkan kita, sebab itu mari kita terus pegang tanganNya dan biarlah Dia yang menuntun dan memimpin langkah kita. Apapun metode yang Tuhan pilih baik itu mujizat atau yang biasa maka kita harus tetap percaya bahwa Dia adalah Allah yang baik, yang memimpin dan menolong dalam setiap kehidupan kita.